Seringkali kita mendengar orang mengatakan bahwa "membaca dapat membuka jendela dunia". Membaca merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengetahui apa yang tidak ada di hadapan kita, dan tidak ada di sekeliling kita. Kenapa harus mengetahui apa yang tidak ada didekat kita, padahal yang ada di dekat kita saja kita sudah kerepotan untuk mengurusnya!? Mungkin terbersit pertanyaan menggelitik seperti itu dalam benak kita.
Hei, pernah tidak mendengar ungkapan, saat kita mengalami suatu masalah yang sulit kita pecahkan, maka berpikirlah out of the box! That's right. Inilah alasan kenapa membaca itu penting. Membaca membuat wawasan kita bertambah, membaca membuat cakrawala kita meluas, membaca membuat kita mampu memecahkan masalah dari sudut pandang yang lebih banyak, membaca membuat kita bermimpi dan memiliki ambisi, bahkan membaca mampu menghasilkan suatu revolusi. Dalam salah satu bukunya, Felix Siauw menceritakan tentang bagaimana Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel memperoleh kegigihan yang luar biasa besar untuk bisa menaklukkan Konstantinopel. Ternyata semasa kecilnya, setiap kali sebelum tidur, Beliau selalu dibacakan kisah-kisah kepahlawanan para pendahulunya. Hal ini ternyata menanamkan suatu mentalitas mujahid yang besar dalam diri Muhammad Al-Fatih. Right! Kuatnya pengaruh membaca bahkan mampu menggulingkan suatu kekuasaan!?
Membaca penting untuk peningkatan peradaban masyarakat dan kemajuan suatu bangsa. Sehingga majunya suatu bangsa dapat diukur dari tingginya minat baca dari masyarakatnya.
Sejak tahun 2000, Salah satu program internasional, PISA (Programme for International Student Assessment), yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) berinisiatif untuk melakukan survei ke beberapa negara terkait profil kemampuan dasar siswa yaitu membaca, matematika, dan sains di akhir masa wajib belajar mereka (sekitar usia 15 tahun). Survei PISA ini diselenggarakan setiap 3 tahun sekali, yaitu tahun 2000, 2003, 2006, dan 2009. Beberapa aspek yang diukur PISA dari membaca yaitu kemampuan memahami bacaan (understanding), menggunakan (using), mengidentifikasi (identifying) informasi yang ada dalam bacaan, dan merefleksi serta mengevaluasi bacaan (reflecting on written text). Berdasarkan survei PISA ini, dari 41 negara yang disurvei, ironisnya, negara Indonesia menempati "urutan ke-3 dari belakang" (urutan ke-39), menyusul kemudian negara Albania, dan Peru. Secara berurutan dari peringkat pertama yaitu, Finlandia, Kanada, New Zealand, Australia, Irlandia, Hongkong, China, Korea, Inggris, Jepang, dan Swedia. Hal ini merupakan suatu "prestasi" yang sangat membanggakan bagi negara Indonesia, dan mungkin sangat wajar jika menteri pendidikan kita (Mohammad Nuh) sangat memaksakan diberlakukannya kurikulum yang baru, yaitu kurikulum 2013 dengan segera. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki image kurang baik pendidikan negara Indonesia di mata internasional.
Minat baca masyarakat Indonesia yang sangat rendah menjadi faktor penentunya. Kenapa minat baca negara Indonesia ini sangat rendah? Hal ini mungkin sebagai dampak tidak langsung dari kebijakan pemerintah yang sama sekali tidak mewajibkan jumlah buku yang harus dibaca oleh peserta didik selama masa belajarnya. Kebijakan membaca cenderung hanya sekedar anjuran bukan kewajiban. Sehingga wajar, minat baca masyarakat sangat rendah, kebodohan semakin meraja lela, tindakan yang tidak lagi intelek, lebih mengutamakan fisik daripada akal sehat, demo dan tawuran siswa dimana-mana, persaingan kerja semakin tidak sehat, para petinggi di pemerintahan yang semakin tidak bijaksana dalam pengambilan keputusan, masyarakat dan pejabat tidak ada bedanya. Kebijakan para pejabat, menghasilkan generasi2 yang hobi tawuran, yang kemudian setelah dewasa malah mencalonkan diri menjadi pemangku kebijakan di pemerintahan. Kondisi suatu bangsa menjadi seperti lingkaran setan yang tak ada buntutnya.
Hal ini bisa saja diperbaiki dengan suatu hal kecil, yaitu membiasakan membaca pada diri kita setiap harinya. Pecahkan setiap masalah itu dengan ilmu, dengan sudut pandang yang luas, dan dengan tindakan yang cemerlang. Kita perlu sadar, bahwa Allah tidak memberikan suatu masalah kepada manusia jika tidak ada solusinya. Sehingga saat kita tidak tahu harus bagaimana memecahkan suatu masalah yang ada dihadapan kita, itu artinya bukan berarti Allah tidak adil dan tidak tahu kemampuan kita, tapi sebenarnya kita yang tidak punya ilmu untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, yang kita butuhkan adalah ilmu. Jangan mencari ilmu hanya saat kita dipertemukan pada suatu masalah, tapi carilah ilmu sebelum kita bertemu masalah. Bekali diri kita dengan ilmu, dan tambahkan ilmu kita dengan membaca. Ingat, awal revolusi yang dibawa oleh Muhammad Rasulullah adalah turunnya wahyu pertama, yaitu perintah "membaca"..!?
written by: Aditya Rakhmawan (2014)
nb. Tinggalkan jejak donk yaaa... bwt masukan2 nih... thanks ya :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H