Peran generasi muda sangat sering dikaitkan dengan kemajuan suatu bangsa . Bahkan di Indonesia, peran pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah tidak diragukan lagi. Hal ini bahkan sudah terjadi sejak masa perjuangan sejarah kemerdekaan Indonesia. Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan tantangan besar bagi remaja khususnya pemuda maupun mahasiswa. Kemampuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa universitas malikussaleh salah satunya ialah kemampuan literasi yang tinggi sehingga dihasilkan generasi pemuda yang cerdas, selain pengetahuan (ilmu) ialah adab yang baik (budi luhur).Namun hal ini masih belum terwujud secara maksimal, banyak mahasiswa diwilayah aceh yang Tingkat kemampuan pendidikan yang rendah, literasi budaya, norma, sejarah dan potensi Aceh sendiri. Contohnya diwilayah Aceh utara, yaitu sejarah Sultan Malikussaleh.
mengenal sosok sultan al-malikussaleh
Sosok Meurah Silue (Al-Malik Al-Saleh) adalah putra dari Meurah Seulanga (Meurah Jaga), cucu Meurah Silue dan cicit dari Meurah Mersa (Toe Mersa). Dalam catatan Ibrahim Alfian (2005) disebutkan dalam Hikayat Raja-Raja Pasai (HRRP) bahwa raja yang baru memeluk Islam itu diberi nama Sulthan Malik Al-Salih, sedangkan sebelum masuk Islam ia bernama Meurah Silue. Catatan tersebut punya korelasi secara langsung dengan sejarah Melayu dalam mengenal siapa sosok Malik Al Saleh sebagai raja Islam pertama kerajaan Pasai. Dalam sejarah melayu disebutkan bahwa pada pertengahan abad ke XII datanglah sebuah kapal dari Djeddah/Mekkah yang dinahkodai oleh Syech Ismail dan Fakir Muhammad bekas raja dari Mukhtabar (Malabar) hendak pergi ke negeri Samudra sebagai pembawa wasilah dari syarif Mekkah untuk memasukkan Islam ke Negeri Samudra sebagai penyampai pesanan dari Rasulullah SAW. Dalam perjalanannya Syech Ismail dan Fakir Muhammad turun ke darat beberapa kali di semenanjung Sumatera dan bertemu dengan beberapa orang Islam, menyuruh untuk membaca Al-Quran. Namun tidak ada yang mampu membaca AlQuran. Kemudian Syehc Ismail dan Fakir Muhammad kembali naik berkapal hingga sampailah ke sebuah Negeri Samudera, namun pada ketika itu keduanya belum percaya bahwa ini adalah Negeri Samudera. Setelah bertemu dengan Meurah Silue kepala dari Negeri Samudera, maka berkenalan hingga Meurah Silue memeluk agama Islam. Setelah Meurah Silue memeluk agama Islam, beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, dan meludahi ke dalam mulutnya, tiada beberapa hari berikutnya Meurah Silue pandai membaca dan menghafal ALQuran 30 Juz. Sehingga baru dipercaya oleh Syech. Ismail dan Fakir Muhammad bahwa ini benar ini adalah Negeri Samudera sesuai dengan petunjuk dari Syarif Mekkah. Setelah kedua musfir itu bermufakat, lalu kemudian Meurah Silue diangkat menjadi raja dalam Negeri Samudera yang bergelar Sultan Malik Al-Saleh dan segala perkakas kebesaran dari kerajaan Mukhtabar (Malabar) diberikan kepada Sulthan Malikussaleh. Sosok Malik As-Shalih, tertanam dengan sikap Religius, Akademis, Transformatif, Berwawasan global, dan cinta damai. tipe Malik As-Shalih secara umum dibuktikan dengan terjemahan nisam yang berbunyi, "Kubur ini kepunyaan almarhum hamba yang dihormati, yang diampuni, yang taqwa, yang menjadi penasehat, yang terkenal, yang berketurunan, yang mulia, yang kuat beribadah, penakluk, yang bergelar Sultan Malik As-Shalih."
Perwujudan lima pilar kemalikussalehanÂ
1. Religius Â
Sultan Malik Al-Shaleh adalah sosok yang yang religius, orang yang pernah berjasa dalam penyebaran agama islam di Nusantara bahkan Asia Tenggara dalam berdirinya suatu kerajaan islam. Kata dasar religius berasal dari bahasa latin religare yang berarti menambatkan atau mengikat. Dalam bahasa inggris disebut dengan religi dimaknai dengan agama. Nilai religius adalah nilai yang bersumber dari keyakinan ke Tuhanan yang ada pada diri seseorang. Dengan demikian nilai religius ialah sesuatu yang berguna dan dilakukan oleh manusia, berupa sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.Â
2. Akademis
Universitas Malikussaleh memiliki komitmen selalu menghasilkan lulusan yang unggul dan menghargai nilai-nilai kearifan lokal yang bersifat multikultural. Insan unggul berkorelasi dengan spirit akademis yaitu insan yang selalu menciptakan halhal yang baru atau invensi, inovatif dan kreatif. Gagasan ini penting untuk melahirkan lulusan Unimal yang bermental akademik seperti yang dicontohkan oleh Sulthan Malik AlShaleh dalam membuka cara berpikir, bertindak dan berkeyakinan sesuai dengan keilmuan yang dimiliki. Pilar ini sejalan dengan pengetahuan dan kompetensi mahasiswa di bidang akademiknya.Â
3. Transformatif
Membawa perubahan, dimana Samudra Pasai yang menjadi pusat tamaddun Islam di Asia Tenggara merupakan pula kerajaan pertama, yang berikhtiar mengaktualisasikan perintah Allah dalam al-Qur'an dengan mempergunakan ungkapan al-sultan al-'adil dalam mata uangnya yang terbuat dari emas yang dinamakan dirham. Agama Islam merupakan identitas bagi masyarakat 28 Aceh dan dijadikan indikator yang dapat membentuk satu kesatuan sosial dalam masyarakat. Ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat Aceh diserap dalam adat istiadat, pemerintahan, hukum, sosial dan perekonomian. Pendidikan merupakan sebuah arena untuk mewujudkan perubahan dalam kehidupan sosial. Dalam hal ini, kemampuan karakter mahasiswa mengenainya pilar transformatif diharapkan dalam membawa perubahan dalam Pendidikan. Artinya Pendidikan transformatif tidak hanya bergerak pada sisi transfer of knowledge, tapi juga aktif dalam menanamkan akhlak al-karimah. Dalam hal ini akhlak merupakan tolok ukur keilmuan seseorang.
4. Berwawasan Global
Berkaitan erat dengan aspek pengetahuan dan kompetensi literasi. Dimana Sultan Malikussaleh merupakan seorang raja yang terbuka dan berwawasan global. Proses globalisasi merupakan tolok ukur keberhasilan perekenomian suatu bangsa. Globalisasi yang dilakukan Sultan Malikussaleh dapat dilihat dari aktivitas dakwah dan perdagangan yang dilakukan dengan berbagai kerajaan baik di dalam negeri maupun internasional. Berwawasan global sendiri merupakan sebuah pra kondisi di era revolusi industri 4.0 menuju 5.0. Perkembangan global saat ini senantiasa menuntut para mahasiswa untuk update berbagai isu-isu lokal, regional, nasional dan internasional. Maka belajar berbagai aspek sepanjang hayat adalah tuntuntan eksistensial yang harus terus menerus dilakukan. Untuk itu peningkatan literasi akan sejarah sangat dibutuhkan agar sejarah tidak terlupakan.