Mohon tunggu...
Samuel Aditya Eko Putranto
Samuel Aditya Eko Putranto Mohon Tunggu... -

Pemerhati sosial, individu maupun kelompok. Bengkel Kejiwaan\r\n \r\nMahasiswa Psikologi Sanata Dharma

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Psikometri, Kebutuhan yang Terbuang

5 Maret 2013   03:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:19 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Akhir- akhir ini, banyak mahasiswa dari berbagai kalangan social jarang memikirkan atau menemukan angka atau perhitungan dalam berbagai teori, dan studi – studi lanjutan atau referensi yang mereka dapatkan. Selain mahasiswa, ada banyak lagi, seperti peneliti – peneliti perilaku, dan masyarkat modern sekarang.

Mereka belum sadar akan kebutuhan yang satu ini, yakni pengukuran, atau psikometri (dalam lingkup psikologi). Pengukuran dapat dilakukan oleh semua orang. Mereka dapat mempelajarinya, dari tahap dasar hingga pada jenjang yang lebih serius, contohnya menjadi peneliti. Pada tahap dasar, anda dapat mengetahui bahwa pengukuran dapat kita jumpai pada berbagai tempat, dan situasi waktu yang idak terduga. Sebagai contoh, ketika anda ingin memasuki dunia perkuliahan, anda akan dihadapkan dengan berbagai tes masuk. Anda hanya mengerjakan, dan menunggu hasilnya, tanpa mengetahui bagaimana pengukuran pada tes yang telah anda kerjakan sebelumnya. Pengukuran dilakukan oleh piha lain, dimana merekalah yang memutuskan apakah hasil tes tersebut memenuhi syarat, dalam maksud sudah memenuhi standar. Selain pada tes masuk perguruan tinggi bagi calon mahasiswa, pengukuran juga digunakan oleh praktisi, peneliti, dan berbagai bidang lainnya, seperti klinis, industry organisasi dan sebagainya.

Pengukuran – pengukuran tersebut dijumpai pada berbagai pekerjaan sehingga harus dapat menarik keputusan yang tepat. Pada bidang klinis, pengukuran dilakukan ketika sedang mengassesmen pasien. Kehati – hatian dan penguasaan kemampuan dasar dari pengukuran harus menghuni, dan teliti, karena hasil pengukuran tersebut berdampak pada kehidupan orang lain. Peneliti harus menjelaskan secara rinci informasi – informasi yang sudah didapatkan dari proses pengukuran kepada pihak pasien (seperti diagnose). Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan interpretasi yang berdampak buruk pada pasien. Untuk peneliti – peneliti dari berbagai bidang, seperti pendidikan, psikologi, dan peneliti perilaku. Pengukuran menjadi hal utama dari proses panjang penelitian mereka. Peneliti eksperimen menggunakan metode kuantitatif dalam mengolah data – data yang telah dikumpulkan lalu dikelolah sehingga menghasilkan sebuah penelitian yang bermanfaat bagi khalayak ramai. Tidak hanya pada eksperimen, peneliti dapat juga meneliti perbedaan antar individu, perubahan individu atau masyarakat pada berbagai jenjang waktu, dan perbedaan treatment pada berbagai kondisi, dan masih banyak lagi. Dalam mengolah data – data yang terkumpul peneliti harus teliti dalam melakukan pengukuran. Pengukuran yang tidak valid akan membuat penelitian menjadi sia- sia, karena tidak dapat dibuktikan, dan diterima oleh peneliti lain. Tidak sampai disitu, penelitian yang sudah menemukan hasil, harus dievaluasi kembali, dan melakukan kritik – kritik terhadap data yang dikumpulkan sebelumnya sehingga penelitian dapat dianggap valid, dan diterima oleh peneliti lain. Dapat dilihat, pengukuran yang dilakukan oleh peneliti merupakan proses, dan kebutuhan utama bagi mereka, tetapi banyak orang menganggap pengukuran hanya hal biasa.

Kita sebagai orang awam, berrasumsi bahwa kita tidak akan berrtemu dengan pengukuran yang dilakukan seperti peneliti sebelumnya, tetapi dalam faktanya tidak. Anda secara langsung atau tidak langsung akan bertemu dengan pengukuran tesebut, siap maupun tidak siap. Dari berbagai bidang kita akan menemui pengukuran psikologis, misalnya dalam pendidikan (pada perguruan tinggi, telah dijelaskan sebelumnya), pekerjaan, perkembangan, dsb. Dalam bidang pekerjaan, anda menginginkan jabatan anda naik atau dipromosikan. Tetapi anda belum mengetahui apa yang ia akan hadapi sebelum ia menduduki jabatan itu. Mari kita menyamakan pemikiran. Ya. Anda, dan saya akan berhadapan dengan pengukuran. Pengukuran dalam konteks ini, meliputi kepribadian, kompetensi, dan perilakuan dalam atau selama bekerja. Anda akan dinilai, apakah anda pantas atau tudak untuk menerima jabatan yang membutuhkan kompetensi yang lebih. Masyarkat juga belum mengerti akan pengukuran, ketika mereka berkonsultasi dengan psikolog. Mereka menerima diagnose yang diberikan oleh psikolog tanpa mengetahui bagaimana diagnose itu terbentuk.

Masyarakat luas seharusnya mengetahui informasi, dan mengerti akan dasar penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Maka dari itu harus ada komunikasi diantara berbagai pihak. Menurut Nunnally (1970) pada hal ini, komunikasi menjadi topic utama, dalam arti bahwa standarisai pada aneka aspek alat dan proses pengukuran memudahkan komunikasi yang akurat anatar ilmuwan dan antara ilmuwan dan publiknya.

Pengukuran juga dapat berdampak kematian bagi individu, jika peneliti tidak meninjau kembali penelitian yang dilakukannya. Dengan demikian,dalam penelitian perlu adanya obeyektivitas.Menurut Nunnally (1970), pengukuran akan disebut obyektivitas, apabila memenuhi criteria bahwa setiap pertanyaan atau fakta yang dibuat oleh seorang ilmuwan harus bisa dibuktikansecara independen oleh ilmuwan – ilmuwan lainnya.

·Test Theory

Pengukuran sebelumnya menjelaskan bagaimana pengukuran berpengaruh pada berbagai bidang dan dampaknya pada individu. Di sini, anda akan mengetahui bagaimana pengukuran psikologis akan dibuat berdasarkan perhitungan matematika yang sudah terstandar oleh beberapa landasan teori.

Dalam praktek pembuatan pengukuran, anda terlebih dahulu memahami seberapa besar sebuah masalah memperngaruhi pengukuran. Lalu anda dapat merumuskan metode – metode yang dapat mengatasi atau meminimalkan masalah tersebut.

Sebelum anda membuat pengukuran, anda terkebih dahulu mengetahui landasan teori yang akan anda gunakan. Landasan teori tersebut akan menjadi standar bagi anda dalam pembuatan tes. Dasar teori dan pembuatan tes juga membutuhkan pemahaman model matematika, sehingga bagi mereka yang belum mengerti pengukuran, dapat mempelajarinya.

Dalam proses pembuatan tes, ada tahap – tahap yang dibutuhkan, seperti

1.Merumuskan pertanyaan atau hipotesis penelitian

2.Menentukan definisi operasional untuk setiap variable dalam hipotesis dengan menentukan bagaimana harus dikontrol atau diukur selama penelitian

3.Memilih instrument dan prosedur yang diperukan untuk mengukur setiap variabel

4.Pengujian keakuratan , sensitivitas instrument dan prosedur yang akan digunakan

5.Mengumpulkan data eksperimental

6.Meringkas data matematis, dan melakukan tes statistic untuk memastikan bahwa hasil yang diamati dapat berubah

Prinsip pengukuran terdapat pada langkah ke – 2 hingga ke- 4, karena pada langkah ke – 4 membutuhkan pengumpulan data dan ringkasan data statistic dari hasil sampel sebelum eksperimen dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa insturmen berfungsi sebelum percobaan dilakukan.

Pada tahapke – 3 hingga ke – 4, anda dapat melihat bagaimana pengukuran bisa dilakukan pada setiap variable Pemilihan instrument harus benar – benar tepat, maka harus dilakukan tes sebelum eksperimen, sehingga akan mendapatkan hasil yang bagus pada penelitiannya.

Banyak ilmuwan melakukan penelitian melalui tahap – tahap ini, juga selalu melakukan pengecekan instrument sebelum eksperimen dilakukan, agar mendapatkan variable yang kompleks sehingga eksperimen dapat mengungkap perbedaan atau pengaruh yang terjadi pada setiap variabelnya.

Daftar Pustaka

Furr, R.M. and Bacharach, V.R. (2008). Psychometrics: An Introduction. Thousand Oaks: Sage Publications, Inc

Supratiknya, (1998). Psikometri. Jogjakarta: USD

Supratiknya, 1998. Psikometri. Jogjakarta: USD

Supratiknya, 1998. Psikometri. Jogjakarta: USD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun