Mohon tunggu...
Aditya Pratomo
Aditya Pratomo Mohon Tunggu... -

Mahasiswa S1 Univ. AtmaJaya Yogyakarta, TaeKwonDo's Athlete

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Indonesia Bukan Lagi Negaraku, tapi Nerakaku

20 Maret 2013   19:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:28 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa sekarang mungkin banyak orang yang akan mengeluh dengan Negara ini, kekacauan ada dimana-mana. Tidak hanya di beberapa kalangan, tapi semua terjadi lebih dari itu. Ketika pernah kudengar samar-samar orang dari luar negeri berkata bahwa Negara kami adalah Negara antah brantah, mungkin hal itu bisa dikatakan benar. Indonesia seharusnya tidak perlu marah, Negara kami seharusnya cukup bercermin saja. Coba lihat dunia dalam negeri kita ini, layaknya dalam dunia di neraka. Kita saling “makan”, saling menindas. Hal itu membuat perjuangan kita dimana kita bisa bersatu untuk mempertahankan negeri ini, budaya negeri ini, rakyat negeri ini, semua itu terasa omong kosong.

Kita lihat para penguasa negeri ini, semakin banyak media dan forum yang memperbincangkan tentang masalah dan problem mengenai korupsi tapi pada kenyataannya kasus korupsi juga tak kunjung berhenti, atau bahkan bertambah. Ya, semua itu mencerminkan bahwa Negara kita itu banyak dusta, banyak bicara namun berbeda dengan kenyataan. Penguasa yang seharusnya menjaga rakyatnya malah membunuh rakyatnya sendiri dengan perlahan-lahan dengan cara mengambil hak yang seharusnya diterima oleh rakyat.

Mundur satu langkah kita menuju kepada sebuah lembaga, banyak sekali kasus yang serupa seperti kasus korupsi simulator. Selain itu yang pernah marak menjadi bahan perbincangan yakni rumah sakit yang menolak bayi yang sedang sakit. Dimana rasa kemanusiaannya? Adakah? Mungkin mereka itu berorganisasi selayaknya sekumpulan hewan, bayi yang tak berdosa dan membutuhkan bantuan pun mereka enggan untuk menolongnya. Pernahkah kamu dengar mengenai seorang terdakwa pidana entah itu korupsi atau semacamnya, mereka dirawat dirumah sakit ketika mau disidang di pengadilan? Saya rasa itu sering terjadi, rumah sakit macam apa itu? Membantu yang bersalah dan mengacuhkan yag tak berdosa, itukah yang selama ini disebut sebagai pahlawan kesehatan? Saya rasa tidak.

Lebih dekat lagi kita mundur kepada rakyatnya sendiri. Lihat masyarakat kita, saling tikam, rampok, bunuh menyiksa dengan sesama, kapan kita bisa kompak untuk membangun negeri ini menjadi yang lebih baik kalau kita sendiri sebagai rakyat belum bisa kompak malah saling tikam seperti ini. Sudah hilangkah rasa kemanusiaan kita sebagai sesama rakyat atau manusia? Sudahkah? Kenapa dengan mudahnya kalian menindas kerabatmu sendiri, itukah wujudmu yang sebenarnya? Kalau memang seperti itu adanya, berarti kita hidup di negeri ini bukanlah sebagai sekumpulan masyarakat rakyat Indonesia, melainkan kita ini sekumpulan hewan yang saling bunuh seperti rantai makanan di alam liar.

Dari penguasa, lembaga, dan rakyat, kita akan melihat lebih dekat lagi kepada bagian yang lebih dekat lagi. Keluarga, keluargapun bisa menjadi sebuah neraka bagi sebagian orang. Akhir-akhir ini sering kita dengar permasalahan atau kasus-kasus yang terjadi dalam ranah keluarga. Contohnya, seorang ayah memperkosa anak kandungnya, orang tua yang tega membunuh anaknya, pasangan suami istri yang saling bunuh. Kenapa? Keluarga seharusnya menjadi pelindung yang paling utama bagi setiap orang, setiap individu. Inikah yang disebut dengan kasih saying? Benar begitukah? Dengan cara dan adat apa? Cara dari neraka kah? Tanyakan pada dirimu, apakah masih ada sedikit rasa kemanusiaan pada dirimu yang bisa digunakan untuk memulai sebuah perubahan.

Melihat kasus-kasus di atas, apakah masih ada dibayanganmu anggapan bahwa “tanah kita tanah surga”? merka bilang Negara kita sedang memulai untuk hal yang lebih maju dan lebih baik, apakah itu hanya sebagai opini atau hanyalah dongeng negeri ini? Bila kita melihat pada realita yang sedang dialami oleh negeri kita ini tentu saja yang dirasakan bahwa INDONESIA BUKAN LAGI NEGARAKU, TAPI NERAKAKU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun