Mohon tunggu...
Aditya Pratomo
Aditya Pratomo Mohon Tunggu... -

Mahasiswa S1 Univ. AtmaJaya Yogyakarta, TaeKwonDo's Athlete

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

The Brent Spar Controversy: An Example of Risk Communication Gone Wrong

3 Maret 2013   20:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:23 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Materi Perkuliahan Komunikasi dan Lingkungan, Dosen : Yohanes Widodo, M. Sc.

Oleh : Aditya Pratomo Putro

Sulit bagi kita untuk mengingat-ingat kembali tentang peristiwa kontroversial mengenai lingkungan yang pernah mengundang banyak perhatian media, yakni mengenai The Brent Spar. The Brent Spar adalah sebuah tempat penyimpanan minyak yang dimiliki oleh perusahaan Shell dan Exxon yang terletak di Laut Atlantik Utara. Hal tersebut menjadi hal yang memalukan bagi Shell ketika mereka melakukan pembuangan ke dalam laut, dan yang menjadi sorotan ialah ketika John Major dan pemerintah Inggris membenarkan tindakan yang dilakukan oleh Shell dan memberinya gelar The Best Practicable Environmental Option ( BPEO ). Lalu Greenpeace yang merupakan aktivis lingkungan yang bertempat di jerman mengadakan kampanye besar yang ditujukan untuk memprotes tenggelamnya The Brent Spar yang kemudian didukung oleh beberapa pemerintah.

Study Kasus

Di awal-awal tahun 1994, dua raksasa perusahaan minyak, Shell dan Exxon memiliki masalah dengan pembuangan pelampung penyimpanan minyak yang bernama Bent Spar. Membuang Brent Spar menimbulkan teka-teki bagi pemilik, dimana pemilik tidak diwajibkan oleh hukum untuk membuang pelampung tersebut di daratan. International Maritim Organisation berpedoman bahwa tenggelamnya suatu struktur di laut merupakan pilihan yang bisa diterima. Alhasil, Shell memberi kajian mengenai pertimbangan dalam lingkup teknis, keamanan dan implikasi lingkungan dari pembuangan. Adapun beberapa opsi yang dikeluarkan oleh Shell :

1.Pembuangan di darat

2.Menenggelamkan di tempat asal

3.Dekomposisi pelampung di tempat

4.Menenggelamkan di laut ( tapi dalam perairan U.K )

Shell pada akhlirnya memilih opsi yang ke empat, hal tersebut dipilih dengan harapan biaya yang rendah dengan dampak lingkungan yang kecil. Selain itu bila dilakukan di darat akan memakan biaya yang tinggi dan berisiko tinggi pula bagi pekerjanya. Lalu Brent Spar mulai melakuakan aksinya setelah mendapatkan ijin dari Department of Trade and Industry yang mengijinkan Brent Spar untuk membuang pelampung tersebut ke dalam laut. Hal tersebut mulai gempar ketika Greenpeace dengan berani mempublikasikan foto kegiatan yang terjadi di Brent Spar pada media. Akhirnya muncullah banyak perdebatan yang pada intinya mengecam tindakan yang dilakukan Brent Spar, hal tersebut muncul dengan anggapan bahwa apa yang dilakukan oleh Brent Spar akan menuju pada pencemaran atau polusi, baik terjadi di laut maupun daratan. Aksi protes semakin besar ketika banyak grup yang join ke dalam gerakan yang disebut Green Action, aksi yang dilakukan antara lain melakukan boikot terhadap stasiun pengeboran minyak, melakukan survey yang pada akhirnya memiliki hasil untuk menyetujui pemboikotan stasiun pengeboran minyak dan pemberhentian aktivitas di Brent Spar. Kemudian Greenpeace juga mengklaim bahwa terdapat banyak sekali kandungan metal beran dan material organik beracun tinggi yang tidak dipublikasikan oleh pihak Shell.

Namun menurut Shell, resiko akan tidak lebih aman jika dilakukan di darat, karena jika dilakukan di laut akan mengurangi dampak resiko terhadap lingkungan. Seperti meminimalisir kandungan radio aktif, bahan kimia campuran dll saat melakukan pembuangan, namun masalahnya Brent Spar belum meneliti masalah seberapa kontaminasi yang dihasilkan oleh Brent Spar di dalam laut dan masalah lingkungan.

Di sisi lain, pernyataan dari Brent Spar juga mampu diterima oleh pihak lain, walaupun masih perlu adanya diskusi mengenai topik tersebut. Bila hal itu terjadi, lalu apa yang salah dengan Shell sehingga tidak mampu mengubah pandangan dan perspektif publik ?

a.Yang pertama ketika memanggil david, david adalah anggota greenpeace dimana aktivis ini berani mengungkapkan apa yang terjadi di Shell, kemudian memburu Shell dimana media sangat menyukai hal tersebut.

b.Shell terlihat terlalu tamak, sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan dari publik.

c.Shell terlihat sebagai target yang mudah untuk diboikot.

d. Seharusnya hal yang dilakukan oleh Shell tidak didasari oleh kepentingan poliyik atau ekonomi antara korporasi dengan pemerintahan.

Selain itu terdapat beberapa kekekurangan strategi komunikasi resiko yang dilakukan oleh pihak Shell dan Pemerintahan, antara lain :

a.Lebih menerapkan pendekatan top-down, bukan dialog. Padahal pendekatan top-down akan memberi kesan yang arogan terhadap Shell.

b.Shell tidak memiliki kepercayaan dari publik, karena tidak adanya kejelasan yang akan disamapaikan oleh Shell, atau tidak ada one voice.

c.Shell tidak mengcounter symbolic meaning dari kata ‘pembuangan di laut’.

d.Shell tidak menggunakan keahlian ilmuwan untuk mengcounter klain dari Greenpeace.

e.Greenpeace lebih punya inisiatif untuk menggerakkan massa dan mendominasi jaringan informasi media.

Tulisan di atas merupakan sebuah intisari dari bacaan : Ragnar E.Lofstedt dan Ortwin Renn, The Brent Spar Controversy : An Example of Risk Communication Gone Wrong

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun