Mohon tunggu...
Aditya Prapanca
Aditya Prapanca Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa.

" اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلَا تَنْظُرْ مَنْ قَالَ " lihatlah apa yg di katakan dan jangan melihat siapa yg mengatakan -Ali bin Abi Tholib-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menciptakan Generasi Muda yang Religius dan Pekerja Keras melalui Karakter K.H.Abdul Wahid Hasyim

11 November 2021   18:04 Diperbarui: 12 November 2021   11:23 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: voi.id

Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim, sosok pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia yang lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 (Jumat Legi, 5 Rabi'ul Awal 1333 Hijriyah). Ia adalah ayah dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy'arie, salah satu pahlawan nasional Indonesia. Seperti yang  diketahui,  sosok Abdul Wahid yang lebih dikenal dengan nama Wahid Hasyim, beliau berasal dari keluarga yang sangat terpandang. Ayahnya, K.H. Hasyim Asy'ari, merupakan pendiri dan pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang.  Beliau salah satu ulama  yang paling terkemuka dan paling luas pengaruhnya pada saat itu. Beliau dikenal sangat ahli dalam bidang tafsir dan hadits, di samping memiliki pengetahuan yang sangat mendalam mengenai ilmu-ilmu keislaman lainnya. Pesantren yang dipimpinnya telah melahirkan banyak ulama besar yang kemudian juga mendirikan dan mengasuh pesantren. Kakek dari ayah Abdul Wahid Hasyim, yaitu K.H. Asy'ari adalah pendiri pesantren Keras di Jombang. Sementara kakek ayahnya (mertua KH. Asy'ari), yaitu Kyai Usman adalah seorang kyai terkenal dan pendiri pesantren Gedang, sekitar dua kilometer sebelah timur Jombang. Ibunya (istri KH. Hasyim Asy'ari) adalah putri kyai Ilyas dari Sewulan (Madiun).

Melihat latar belakang keluarga dari Abdul Wahid Hasyim, sudah dipastikan keilmuan agama dalam diri beliau sangat baik. Bagaimana tidak, Wahid Hasyim kecil merupakan  sosok anak yang mempunyai kelebihan dengan otak yang sangat cerdas. Diusianya yang baru tujuh tahun, beliau sudah khatam al-Qur'an, yang mana diajarkan langsung oleh kakeknya. Hingga beranjak dewasa, ketika menginjak usia 18 tahun, beliau kembali melanjutkan pendidikannya ke Mekkah, di samping untuk menunaikan rukun Islam kelima juga untuk memperdalam berbagai cabang ilmu agama. Di tanah suci, ia belajar selama dua tahun. Dengan waktu yang terbilang singkat tersebut, tampak ia sebagai sosok yang memiliki bakat intelektual yang matang. Beliau menguasai tiga bahasa asing, yaitu bahasa arab, Inggris dan Belanda.

Kemauan belajar mandiri (otodidak) yang dilakukan beliau, telah  memberikan pengaruh signifikan bagi praktik dan kiprahnya dalam pendidikan dan pengajaran, khususnya di pondok pesantren termasuk juga dalam politik. Setelah kembali dari Mekkah, Wahid Hasyim merasa segala ilmu yang dia dapat harus di amalkan dengan melakukan memodernisasi, baik di bidang sosial, keagamaan, pendidikan dan politik. Sampai  pada usia 24 tahun, Wahid Hasyim mulai terjun ke dunia politik. Bersama para sahabatnya, ia gencar dalam memberikan pendidikan politik, pembaharuan pemikiran dan pengarahan tentang perlunya melawan penjajah. Menurut beliau, pembaharuan hanya mungkin efektif apabila bangsa Indonesia terbebas dari penjajah.

Masih banyak kiprah dan terobosan dari perjalanan beliau yang sangat menginpirasi , tetapi dari sedikitnya paparan perjalanan beliau di atas dapat disimpulkan bahwa semua kerja keras, kemauan yang kuat, dan sikap religius dari sosok K.H Abdul Wahid Hasyim patut diikuti bagi generasi muda saat ini. Negara Indonesia butuh generasi muda  seperti beliau agar Indonesia dapat menjadi negara yang maju. Maka dari itu, para pemuda nya lah yang harus memulai meneladani sikap dari K.H Abdul Wahid Hasyim, agar kedepannya Indonesia dipenuhi oleh orang-orang yang beriman dan pekerja keras. Berikut pendapat saya mengenai dua nilai karakter yang dapat diteladani oleh generasi muda dari sosok KH.Abdul Wahid Hasyim.

Pertama, Religius. Nilai religius ini merupakan nilai yang menjadi landasan bagi beliau dalam bersikap. Sungguh miris, ketika melihat bagaimana sikap para generasi muda saat ini. Jika melihat berita melalui tv atau berbagai media lainnya, lagi lagi sikap buruk para pemuda selalu  muncul di tampilan berita tersebut. Menurut saya, salah satu hal yang membuat sikap seseorang menjadi buruk, yaitu kurangnya pendidikan karakter melalui nilai religius. Seseorang disebut religius ketika ia merasa perlu dan berusaha mendekatkan dirinya dengan tuhan (sebagai penciptanya) dan patuh melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.(Abdillah, 2017: 35). Berangkat dari pernyataan tersebut, bisa kita simpulkan bahwa jika generasi muda berusaha mendalami dan mempelajari sikap religius dalam diri mereka dengan melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, maka setidaknya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa akan muncul, sehingga akan terwujudnya insan yang baik di negeri ini.

Kedua, sikap yang diajarkan KH Abdul Wahid Hasyim dalam karakter pengembangan diri, yaitu Sikap kerja keras dan Mandiri. Melalui  karakter mandiri, bagi KH Abdul Wahid Hasyim seseorang akan  mampu menghadapi pekerjaan yang sulit yang mana  pada akhirnya tidak mudah dalam  meminta bantuan terhadap orang lain. Beliau juga memiliki rasa kerja keras yang tinggi. Hal ini ditunjukan dengan karir pendidikan beliau yang sudah dari kecil mendalami ilmu agama di pesantren, berangkat dari guru satu ke guru yang lain. Hal inilah yang membuat KH.Abdul Wahid Hasyim memiliki wawasan yang luas, sehingga beberapa kontribusi yang beliau lakukan terbilang berhasil. Diantaranya ikut serta dalam keanggotaan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan  Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), lalu menjadi Menteri Agama pada tiga kabinet (Hatta, Natsir, dan Sukiman), dan masih banyak lagi kontribusi penting yang diberikan Wahid bagi agama dan bangsa. 

Sikap seperti inilah yang harus dimiliki oleh generasi muda untuk kedepannya. Sebagai generasi yang akan memegang bangsa ini, kita sebagai pemuda harus mau bekerja keras dalam memajukan bangsa Indonesa. Tidak hanya sebatas ucapan, akan tetapi aksi dan kontribusi lah yang dibutuhkan bagi bangsa ini. Kita dapat memulainya dari hal kecil, seperti mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif berorganisasi, turut serta dalam pengembangan diri seperti mengikuti kegiatan perlombaan, webinar dan sebagainya. Terlebih di zaman sekarang ini, lebih mudah untuk mendapat segala informasi yang dapat kita gunakan untuk mengupgrade skill sesuai potensi diri masing-masing.  

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, banyak sekali nilai positif yang dapat kita ambil dari sosok KH.Abdul Wahid Hasyim. Terutama dalam hal ini, generasi muda. Sikap-sikap seperti beliau harus dimiliki oleh para pemuda saat ini, agar kedepanya mereka  dapat membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat manusia, serta mengembangkan potensi dasar agar dapat memiliki keteladanan yang baik.

Tulisan ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bela Negara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun