Mohon tunggu...
aditya nusantara
aditya nusantara Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis sekarang ini lagi menempuh S1 Manajemen di UIN Malang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hari Ibu

22 Desember 2013   22:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:36 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan di car free day hanya untuk sekedar refreshing. Refreshing buat apa? Refreshing buat menghilangkan kepenatan yang sudah saya alami selama kurang lebih 2 minggu terakhir ini. Meski berangkat sendirian, tak menyurutkan niat untuk berangkat ke CFD. Karena memang, saya lagi membutuhkan refreshing.

Saat saya ke CFD, ada pemandangan yang berbeda di CFD. Ya, peringatan hari ibu. Karena hari ini bertepatan tanggal 22 Desember yang mana diketahui tanggal tersebut diperingati sebagai hari ibu. Bagi saya, hari ibu tidak hanya tanggal 22 desember tapi setiap hari. Kalau hanya tanggal 22 desember saja berarti kalo mau ungkapin rasa sayang terhadap ibu, satu tahun sekali dong. Padahal hampir tiap hari kasih sayang ibu selalu diberikan kepada anaknya. Entah itu hanya lewat do’a karena memang kita jauh sama ibu seperti saya ini atau dengan omelan saat kita ada di rumah. Semua itu dilakukan oleh ibu, tidak lain hanya untuk kebaikan anaknya.

Kita sebagai anak sudah sepatutnya membalas kasih sayang seorang ibu meski kasih sayang ibu tak akan pernah terbalaskan. Ibu merawat kita sejak lahir hingga nanti kalau kita sudah dianggap mampu bertahan hidup sendiri. Sebelum hal itu tercapai, ibu kitalah yang merawatnya. Sebagai anak, kita jangan membalas kasih sayangnya karena seberapapun balasan kita tak akan tergantikan. Sebagai anak, yang bisa kita lakukan untuk membalas kasih sayang seorang ibu adalah membuat ibu kita tersenyum. Bagaimanapun caranya kita harus bisa membuat ibu kita selalu tersenyum. Sampai kapanpun anak tetaplah anak. Meski orang tua kita kelak sudah tidak ada di dunia ini, sudah keharusan bagi anak untuk mendoakannya seperti orang tua yang terus mendoakan anaknya di kala masih ada di dunia ini.

Saya menyebut hari ini bukan hari ibu saja tapi hari bapak. Gak adil dong, masak hari ibu saja diperingati sedangkan hari bapak tidak. Padahal secara hukum biologi, seorang anak bisa lahir di dunia ini karena sumbangsih bapak juga. Mungkin perjuangan bapak tidak begitu besar seperti ibu saat melahirkan yang mempertaruhkan nyawanya demi buah hati yang dikandungnya selama 9 bulan di rahimnya. Sebenarnya perjuangan bapak tak kalah besar sama ibu kita, bapak harus banting tulang untuk mencari nafkah dan memenuhi semua keperluan yang dibutuhkan. Kita saja sebagai anak kalau butuh uang saku, pasti nyariin bapak. Hanya saja kita tidak sadar akan hal itu.

Ibu adalah sosok perempuan yang dengan tulus dan penuh kasih sayang merawat anaknya tanpa meminta balasan apapun. Perasaan ibu jauh lebih kuat terhadap anaknya, hal ini sudah saya buktikan disaat saya sakit di kost sendiri ibu akan langsung nelpon menanyakan kabar anaknya. Tapi yang bikin miris saya, akhir-akhir ini banyak anak yang sudah menginjak usia remaja cenderung melupakan jasa ibunya yang sudah susah payah merawatnya dikala masih kecil.

Apakah anda termasuk remaja yang melupakan jasa orang tua kita? Hanya anda yang tahu jawabannya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun