Sebagai bagian dari generasi X akhir dan generasi Y awal, pastilah punya banyak cerita tentang per Kereta Api an di Indonesia. Beragam cerita suka duka menggunakan moda transportasi masal jarak jauh ini terangkai dalam memorable yang indah untuk dikenang dan diceritakan.
Kereta Api memang tidak lepas dari dokumentasi sejarah negeri ini, bahkan tercatat kereta api sudah dibangun sejak zaman kolonial belanda, dan sisa-sisa peninggalannya masih bisa kita saksikan di museum kereta api ambarawa, ungaran jawa tengah. Kereta api juga menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih serta mempertahankan kemerdekaan.
Pertama kali saya menggunakan moda transportasi masal kereta api ini adalah di pertengahan tahun 80-an, seingat saya masih kelas 2 SD bersama keluarga naik kereta senja utama dari stasiun balapan solo menuju stasiun jatinegara jakarta timur. Di jaman itu, belum ada kereta executive macam argo lawu atau argo dwipangga.
Hal yag acapkali kita temui di jaman itu hingga awal awal tahun 2000 an adalah baik itu kereta kelas ekonomi maupun kereta kelas bisnis adalah masih menjual tiket tanpa tempat duduk, biasanya mereka yang memegang tiket tanpa tempat duduk ini akan duduk lesehan di bordes kereta (diantara gerbong satu dengan lainnya), atau menempati lorong-lorong jalan di gerbong.
Tempat yang paling jorok dan paling dihindari orang atau kalaupun kesana jika dalam kondisi sangat-sangat terpaksa adalah toilet kereta. Tempat ini baik di kelas ekonomi atau kelas bisnis sekalipun, kondisinya tidak jauh berbeda alias 11 dan 12. Toilet kereta jaman dahulu ini seperti tidak pernah tersentuh untuk diperbaiki minimal dirawat, hanya sebatas untuk kelengkapan saja, itupun jika ada yang mau memakainya.
Kondisi suram, seperti kran air yang tidak berfungsi normal, bekas urin atau tinja yang tidak dibersihkan secara maksimal, ditambah lagi dengan kaca rias yang seringkali kondisinya sangat memprihatinkan, sudah pecah atau retak dengan lampu penerangan yang seadanya, membuat makin angker dan jarang dijamah oleh manusia. Â Â Â
Seiring dengan perkembangan jaman, manajemen per kereta api an di Indonesia makin membaik dan lompatan besar reformasi KAI nya ketika PT KAI dipegang oleh Pak Ignasius Jonan. Dimana gebrakannya adalah mensterilisasi kereta api dan area keberangkatan di stasiun dari penumpang gelap, pedagang asongan dan orang-orang yang tidak ada kepentingan langsung.
Selain itu, demi kenyamanan penumpang dilakukan beragam perombakan manajemen pengelolaan kereta api dan salah satunya adalah merupakan perumbakan total atas pengelolaan toilet di setiap gerbong kereta. Hal yang menarik adalah Pak Jonan mampu melihat permasalahan secara detil, yang mungkin saja terlewatkan dari pemikiran orang awam. Toilet yang awalnya hanya sebagai pelengkap, menjadi salah satu perhatian perbaikan demi menjaga kenyamanan penumpang.
Kalau dahulu sebelum tahun 2012 an, kita selalu was was jika mau naik kereta api, apalagi kereta api rute jarak jauh, pasti sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menggunakan toilet, karena ketidaknyamanannya. Saat ini kita bisa merasa nyaman, bahkan bisa lebih rileks menikmati perjalanan sambil makan dan minum, tanpa ada perasaan ngga nyaman jikalau nanti harus menggunakan toilet kereta di tengah perjalanan.
Sebenarnya selain dari lompatan perubahan dan inovasi peningkatan kenyamanan pengguna jasa kereta api ini ada juga pengaruh lain di luar teknologi yaitu perubahan habit atau behaviour masyarakat Indonesia yang semakin paham atas kebersihan lingkungan, kesehatan dan juga meningkatnya komitmen untuk menjaga/merawat barang publik.