sepak bola Indonesia tengah menjadi perbincangan dunia. Bagaimana tidak, tim asuhan pelatih Shin Tae Yong ini mengalami peningkatan drastis dari segi permainan dan prestasi.
Tim NasionalHal itu tidak terlepas dari sederet pemain keturunan yang ikut berkontribusi pada perubahan gaya bermain Timnas Indonesia. Sebut saja Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, hingga Thom Haye yang memiliki segudang pengalaman di kancah sepak bola dunia khususnya Eropa.
Namun, hal itu turut menuai kecaman dari beberapa pihak. Mirisnya, kecaman tersebut justru datang dari masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa program pemain keturunan hanya akan merusak potensi pemain lokal yang kita miliki.
Hasil kurang memuaskan saat Kualifikasi Piala Dunia 2022 membuat PSSI melakukan gebrakan dengan mendatangkan pelatih kelas dunia asal Korea Selatan, Shin Tae Yong.
Pada awal kepatihannya, Shin Tae Yong menghebohkan publik dengan metode latihan yang keras dan berani untuk memberi kesempatan lebih kepada pemain muda untuk bermain di level internasional.
Awalnya banyak yang meragukan, tapi seiring waktu keputusan itu berbuah manis. Terlebih lagi dengan program pemain keturunan yang kerap dilakukan.
Terdapat perbedaan signifikan antara definisi pemain keturunan dan naturalisasi. Pemain keturunan adalah orang yang memiliki darah Indonesia maksimal dari kakek atau neneknya yang memiliki hak untuk mendapat kewarganegaraan Indonesia. Jadi, para pemain ini tidak memerlukan syarat minimal tinggal atau berkarir di Indonesia.
Sementara itu, pemain naturalisasi merupakan orang yang tidak memiliki garis keturunan Indonesia. Mereka haruslah memenuhi syarat minimal 10 tahun tinggal di Indonesia atau setidaknya menetap lima tahun berturut-turut.
Kehadiran para pemain ini membawa perubahan positif pada banyak aspek, seperti gaya bermain, fisik, dan mentalitas. Hal tersebut tentulah bisa diwajarkan mengingat pengalaman yang mereka dapat di level klub Eropa dan Asia.
Ditambah lagi usia mereka yang notabene masih di bawah 23 tahun sehingga memiliki potensi jangka panjang. Kedatangan pemain keturunan yang berkarir di luar negeri tentu mengurangi beban jajaran pelatih untuk menaikkan prestasi Timnas Indonesia.
Hal itu terjadi karena pemain keturunan memiliki visi bermain yang jauh lebih baik dibanding pemain yang berkarir di liga lokal Indonesia.