Mohon tunggu...
Aditya Mulyawan
Aditya Mulyawan Mohon Tunggu... Freelancer - Jack of All Trades

Ingredients : 93% anxiety, the rest is eternal love and deep-dish pizza. Full-time (copy)writer, part-time jukebox selektor, and got no time for unrequited love.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Tak Ada Lagi Label "Made In U.S.A" untuk Levi's 501

4 September 2019   17:19 Diperbarui: 4 September 2019   17:31 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar mengejutkan muncul dari salah satu label sekaligus inventor jeans asal Amerika Serikat, Levi's. Pertama kali dalam sejarahnya, Levi's akan memindahkan fasilitas produksi jeans ikonik 501 di lini Levi's Vintage Clothing (LVC) mereka dari Amerika Serikat ke Bulgaria dan Turki.

Para penggemarnya tentu tahu bahwa saat ini LVC adalah satu-satunya lini dari Levi's yang memproduksi jeans 501 yang di Amerika Serikat. Selain memiliki nilai historis, produk Levi's dengan label "Made In U.S.A" dikenal akan kualitasnya yang ciamik, baik dari segi orisinalitas desain, bahan, hingga keseluruhan produksinya.

Momen ini telah diprediksi sejak tutupnya pabrik pembuat bahan denim White Oak milik Cone Mills pada 2017 silam. White Oak dikenal akan kualitas bahannya yang mendunia dan menjadi bahan untuk jeans 501 sejak awal kelahirannya.

LVC sebagai lini yang secara konsisten mempertahankan semua elemen klasik jeans 501 pun terpaksa mulai menyuplai bahan dari sumber lain, yaitu Kaihara Mills dari Jepang. Meski memiliki kualitas yang relatif sebanding, keputusan ini nampaknya menurunkan minat penggemar setianya. Hal ini disinyalir menjadi faktor utama yang menyebabkan  fasilitas produksi Levi's di Amerika Serikat mendapatkan "rapor merah" belakangan ini.

Menjamurnya tren fast fashion pun turut menjadi salah satu faktor penting yang bermain dalam runtuhnya fasilitas-fasilitas produksi di negara adidaya, termasuk Levi's. Pasalnya, berbagai label fast fashion ini dapat menekan biaya produksi secara signifikan meski harus mengorbankan faktor kualitas dan kelayakan fasilitas produksinya.

Tren ini turut berperan pula dalam mengubah alur berpikir konsumen pakaian yang awalnya berkiblat pada "kualitas" menuju "kuantitas". Tak aneh tentunya karena label fast fashion berhasil menyilaukan banyak pasang mata dengan banderol harga murah dan ratusan koleksi baru setiap minggunya.

Terlepas dari pro dan kontra dari tren yang meruntuhkannya, para penggemar setia Levi's tentunya akan merindukan jeans 501 berlabel "Made In U.S.A". Pemindahan fasilitas produksi ini tak hanya menghilangkan nilai-nilai historis dan sentimental yang selama ini ada, tetapi juga memunculkan sebuah pertanyaan baru.

"Apakah Levi's dapat mempertahankan level kualitas yang selama ini menjadi salah satu atribut utama jeans 501 buatan Amerika?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun