PUISI - Puisi Memperingati Hari Anti Korupsi 'Raksasa Zamrud katulistiwa' Karya Mahasiswa Yogyakarta.
Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat ditentukan oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait.Â
Untuk ikut memperingati hari anti korupsi yang selalu diperingati setiap tahunnya pada tanggal 9 Desember.
Aditya, Mahasiswa Program Studi Informatika di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa membuat sebuah karya puisi yang berjudul Raksasa Zamrud Katulistiwa.
Puisi ini menceritakan tentang bagaimana rakusnya para koruptor yang diibaratkan seperti para raksasa di dalam negeri para kurcaci. Berikut adalah isi dari puisi tersebut:
Raksasa Zamrud Katulistiwa
Betapa rakusnya raksasa negeri iniÂ
Pakaiannya bergambar timbangan jidatnya tertulis tiraniÂ
Berapa banyak gubuk yang runtuh diinjaknyaÂ
Hanya untuk membesarkan bangunan batunyaÂ
Berapa banyak air laut dan minyak yang surut keringÂ
Hanya untuk melegakan dahaga anak-anaknyaÂ
Berapa banyak pohon yang tercabut dari tanahnyaÂ
Hanya untuk menjaga dapur istrinya tetap menyalaÂ
Berapa banyak jiwa yang mati dan membusukÂ
Hanya untuk menutupi bau kotorannyaÂ
Mereka datang dengan slogan keadilan yang merataÂ
Rata-rata mentok depan rumah saudara sedarahÂ
Koar-koar dengan dalih menjagaÂ
Malah mereka sendiri yang meluluh lantahkannyaÂ
Janji manis, bukti tragis
Berakal, perilaku binalÂ
Berfikir, sifat kikirÂ
Cerdik, cara licikÂ
Dengar-dengar ada juga raksasa berhati muliaÂ
Nyata-nyata tak lebih seperti pohon tak berbuahÂ
Entah hukum di negeri ini atau bagaimanaÂ
Kesalahan dikepala kurcaci dan kebenaran dipantat raksasaÂ
Kemakmuran akan tetap jadi legendaÂ
Jika penghambat kesejahteraan tak dibinasakan sampai akarnyaÂ
Tuhan...
Mereka sudah melebihi batasannyaÂ
Turunkan peringatanmu atau jadikan kami sebagai perantaramuÂ
Paling tidak, tanamkanlah jiwa kesatria ArjunaÂ
Yang berani melesatkan panah hukum kepada yang berdosa
Mau sampai kapan kalian terdiam ?Â
Sampai habisnya emas dan perak dari dalam tanahÂ
Sampai hilangnya warna hijau dan biru dari gambar petaÂ
Atau sampai punahnya saudara sebangsaÂ
Di mana prinsip harga mati yang kalian banggakanÂ
Kesejahteraan telah dicuri, kalian mati suriÂ
Lihatlah sebelah kananmuÂ
Lihatlah kurcaci kecil ituÂ
Kedua matanya ditutup kain merahÂ
Mulut terjahit tak bisa berbicaraÂ
Tangan dan kaki terikat dicakar patung garudaÂ
Tak berdaya seperti bongkahan kayu termakan usia
Menjadi tumbal demi amertanya sendawa raksasa durjanaÂ
Wahai para kurcaciÂ
Tak perduli apa warna topi kerucutmuÂ
Tak perduli perbedaan akan tugasmuÂ
Meski badan tak tertutup zirahÂ
Tangan tak mengepal senjataÂ
Bersatulah...Â
Jangan takut untuk membusungkan dada dan melantangkan suaraÂ
Ini negeri kalian, negeri nenek moyang kalianÂ
Dibangun dengan bambu runcing berlumuran darahÂ
Lawanlah!***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H