Mohon tunggu...
Aditya Kurniawan
Aditya Kurniawan Mohon Tunggu... Animator - mahasiswa

Mahasiswa pendidikan masyarakat universitas sriwijaya semester 3, Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menelaah Dinamika Belajar dan Pembelajaran dalam Mencapai Pendidikan yang Bermakna

15 Oktober 2024   20:23 Diperbarui: 15 Oktober 2024   20:37 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses belajar dan pembelajaran merupakan inti dari pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan individu yang cerdas, berdaya saing, dan mampu menghadapi tantangan zaman. Kedua konsep ini saling melengkapi, namun memiliki perbedaan mendasar dalam hal peran dan fungsinya. Belajar merupakan proses internal yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mencoba memahami, menyerap, dan mempraktikkan pengetahuan atau keterampilan baru. Belajar tidak selalu bersifat formal, melainkan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Misalnya, seorang anak bisa belajar mengenali warna atau huruf dari permainan sehari-hari, sementara seorang dewasa bisa belajar melalui pengalaman hidup dan interaksi sosial.

Sementara itu, pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak lain (biasanya pendidik) untuk menciptakan kondisi yang memfasilitasi proses belajar. Pembelajaran terjadi melalui pendekatan yang dirancang secara sistematis, dengan memanfaatkan metode, strategi, dan sumber daya yang tersedia untuk memaksimalkan pencapaian belajar siswa. Dalam konteks ini, peran guru, dosen, atau fasilitator sangat penting. Mereka bertindak sebagai pengarah dan penyedia sumber daya bagi siswa agar dapat belajar secara efektif.

Dalam beberapa dekade terakhir, konsep belajar sepanjang hayat (lifelong learning) semakin diakui penting dalam dunia pendidikan. Seiring dengan perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang pesat, kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi menjadi sangat krusial. John Dewey (1938), seorang filsuf pendidikan terkemuka, menekankan bahwa pendidikan tidak hanya tentang mempersiapkan seseorang untuk hidup, tetapi pendidikan itu sendiri adalah kehidupan yang harus terus berlangsung. Pandangan ini memperkuat gagasan bahwa belajar bukanlah sesuatu yang terbatas pada masa sekolah, melainkan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup.

Selain itu, pendekatan pembelajaran modern telah bergeser dari model yang berpusat pada guru ke model yang berpusat pada siswa. Teori Konstruktivisme yang diperkenalkan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky mengemukakan bahwa siswa tidak hanya pasif menerima informasi, melainkan mereka membangun pengetahuan melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran yang efektif terjadi ketika siswa terlibat aktif dalam proses belajar, di mana mereka dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan apa yang telah mereka ketahui sebelumnya.

Lebih jauh lagi, pendekatan seperti Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) dan Pembelajaran Kolaboratif telah terbukti meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Barrows dan Tamblyn (1980), Pembelajaran Berbasis Masalah membantu siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan untuk belajar secara mandiri. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk berperan sebagai peneliti yang aktif, yang pada akhirnya memampukan mereka untuk menghadapi tantangan dunia nyata dengan lebih baik.

Namun, dalam praktiknya, tantangan dalam proses belajar dan pembelajaran tidak sedikit. Kurangnya akses terhadap sumber daya pendidikan berkualitas, kesenjangan digital, serta metode pembelajaran yang kurang inovatif masih menjadi kendala di banyak tempat. Sebagai contoh, di banyak daerah terpencil, akses terhadap teknologi digital yang mendukung pembelajaran jarak jauh masih terbatas. Hal ini dapat menghambat proses belajar, terutama di era di mana teknologi memainkan peran kunci dalam pendidikan.

Selain itu, motivasi belajar individu juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan proses pendidikan. Teori Self-Determination yang dikembangkan oleh Deci dan Ryan (1985) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik---dorongan internal untuk belajar---lebih efektif dalam jangka panjang dibandingkan motivasi ekstrinsik seperti hadiah atau hukuman. Oleh karena itu, guru dan pendidik perlu menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung munculnya motivasi intrinsik ini dengan cara memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengeksplorasi minat mereka, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan mendukung otonomi siswa dalam belajar.

Kesimpulannya, sinergi antara belajar dan pembelajaran merupakan kunci untuk mencapai pendidikan yang bermakna dan relevan. Pembelajaran yang efektif bukan hanya tentang menyampaikan pengetahuan, tetapi juga tentang menciptakan kondisi di mana siswa dapat belajar secara aktif, kritis, dan mandiri. Dengan pemanfaatan pendekatan yang tepat dan dukungan teknologi yang semakin maju, kita dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung proses belajar sepanjang hayat dan menghasilkan individu yang siap menghadapi tantangan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun