Mohon tunggu...
Aditya Irawan
Aditya Irawan Mohon Tunggu... -

I see and I observe

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kelamnya Langit Demokrasi di Puri Cikeas

5 Juli 2014   11:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:24 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya Soesilo Bambang Yudhoyono sudah tidak netral lagi. Malam tadi (04/07/2014), bertempat di Puri Cikeas, disiarkan secara live oleh TV nasional, SBY menerima kedatangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa lengkap dengan elite parpol pengusung koalisi mereka.

SBY yang selama ini malu-malu dalam memberikan dukungannya kepada salah satu capres, kini secara terang-terangan sudah memberikan restunya kepada pasangan capres Prabowo-Hatta.

Bak seorang raja yang menerima rombongan putra mahkota beserta para punggawanya, SBY seolah ingin menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa Prabowo inilah yang akan menggantikan kepemimpinannya.

[caption id="attachment_332098" align="aligncenter" width="663" caption="Prabowo-Hatta dan gerbong koalisi sowan SBY (viva.co.id)"][/caption]

Sebenarnya keberpihakan SBY sudah lebih awal ditunjukkan, hanya saja seperti biasa ia tak melakukannya sendiri. Secara resmi, Partai Demokrat menyatakan dukungannya kepada Prabowo-Hatta lewat Ketua Harian DPP Partai Demokrat, Syarief Hasan dalam jumpa pers di Kantor Pusat Demokrat di Jakarta, pada hari Senin (30/06/2014) lalu.

SBY adalah presiden incumbent, SBY adalah pendiri, Ketua Dewan Pembina, sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat. SBY adalah Partai Demokrat itu sendiri. Jika sebelumnya ada kader dan simpatisan menyatakan dukungan terhadap salah satu capres, tidaklah afdhol jika SBY belum pasang badannya sendiri.

Berlatar pendopo kediamannya di Puri Cikeas, SBY memberikan wejangannya kepada Prabowo. Ada 5 pesan yang dititipkan SBY kepada Prabowo.

·Pertama, SBY mengingatkan Prabowo-Hatta untuk sabar dan tidak reaktif.

"Pak Prabowo mesti sabar, saya yakin kuat, supaya tak jatuh. Kalau pemimpin tak kuat kasihan rakyatnya. Kalau politik panas, pemerintah tak bisa bekerja,"

·Kedua, SBY meminta Prabowo-Hatta harus terus bekerja meski banyak kritik yang ditujukan kepada mereka.

"Tak boleh menyerah, pasti ada yang dihasilkan. Meskipun kadang masyarakat kritis, teruslah bekerja dan berikhtiar," kata SBY.

·Ketiga, SBY berpesan Prabowo-Hatta tak tergoda dengan kepentingan pribadi, keluarga, atau golongan. Pemimpin, kata SBY, harus mengedepankan kepentingan rakyat.

"Kalau memimpin harus mengedepankan kepentingan rakyat. Kepentingan kelompok dan keluraga setelah rakyat. Ada banyak godaan, tapi Bapak harus kokoh dan tak tergoda," imbuh SBY.

·Keempat, SBY berpesan Prabowo dan Hatta harus menjadi pemimpin yang memiliki jiwa menyayangi dan adil, termasuk kepada lawan politik.

"Kalau bapak memimpin, harus memimpin dan menyayangi semua dan adil, termasuk kepada yang tak memilih. Pemimpin tak boleh menyimpan amarah dan dendam, semua harus dicintai apa adanya," sebut SBY.

·Terakhir, SBY berpesan Prabowo dan Hatta menjaga demokrasi. Sebab, demokrasi di Indonesia masih dalam tahap pematangan.

"Namun demikian, demokrasi dan kebebasan harus dihormati. Saya yakin bapak berdua bisa menghormati nilai demokrasi, politik harus stabil supaya ekonomi tumbuh," sebut SBY.

Dalam kapasitas apakah SBY menerima kedatangan Prabowo-Hatta dan kawan-kawan? SBY tidak didampingi oleh jajaran menteri kabinetnya, maka tidak dapat dikatakan ia hadir sebagai seorang presiden. Para petinggi Partai Demokrat juga tidak terlihat, maka sulit dikatakan ia muncul sebagai Ketua Umum Demokrat.

SBY menemui Prabowo sebagai seorang SBY, seorang penguasa yang akan menyerahkan tongkat estafet kekuasaan kepada orang yang ia percayakan amanatnya. Tapi menilik 5 wejangan SBY di atas, terdapat paradoks dalam penyerahan amanat kepercayaan ini.

Tiap butir wejangan SBY kepada Prabowo mengandung kekhawatiran yang sulit untuk disembunyikan. Mulai dari pesan untuk sabar dan tidak reaktif, tidak anti kritik, tidak mengutamakan kepentingan pribadi/golongan, merangkul lawan politik, sampai pada menghormati demokrasi. Kesemua pesan ini mengandung nilai yang jauh dari karakteristik seorang Prabowo Subianto.

Seolah bahwa wejangan ini adalah surat wasiat seorang ayah kepada anaknya yang nakal. Sang ayah khawatir dan menduga si anak akan ceroboh menjaga wasiatnya, namun sang ayah tak punya pilihan lain karena cuma anak itu yang bersedia untuk diamanati.

[caption id="attachment_332094" align="aligncenter" width="400" caption="Prabowo Subianto akhirnya mendapat restu dari Soesilo Bambang Yoedhoyono (detik.com)"]

1404509704815197885
1404509704815197885
[/caption]

Inilah puncak dari simulasi kelamnya langit demokrasi negeri ini. Presiden medioker kita yang selama satu dekade memimpin bangsa ini akhirnya mengamanatkan wasiatnya kepada seorang yang memiliki banyak catatan kelam di masa lalu.

Prabowo sampai hari ini bahkan tak pernah diadili atas kejahatan kemanusiaannya. Ya, isu ini tak akan pernah usang dan pudar selama ia belum mempertanggungjawabkan perbuatan kriminal maha beratnya.

Jika dirasa beban masa lalu Prabowo belum berat, tengoklah para punggawa koalisinya yang hadir di pendopo Puri Cikeas malam tadi.

Ada Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi, Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan(PPP) Emron Pangkapi, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta, dan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) MS Kaban.

Hadir pula elite partai lain, yakni Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham, Zulkifli Hasan dan Tjatur Sapto Edy dari PAN, Bendahara Umum Partai Golkar Setya Novanto, Sekretaris Jenderal PBB BM Wibowo, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani, Ketua Dewan Pakar Partai Hanura Hary Tanoesoedibjo, Sekretaris Jenderal PPP M Rohmahurmuzy, dan Ketua DPP Partai Golkar Rizal Mallarangeng.

Tergambar wajah-wajah sumringah para punggawa koalisi Prabowo-Hatta yang turut hadir menemui Panglima Tertinggi negeri. Ya, seorang panglima pemegang pucuk komando militer dan kepolisian beserta intelijen dan seluruh perangkat lain termasuk para, kementerian, kepala daerah dan segenap turunannya.

Sisa 5 hari ini, semua amunisi yang ada di gudang penyimpanan mulai dikerahkan habis-habisan. Segala trik dan jurus akan dikerahkan untuk menyasar tujuan utama: penguasaan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Moralitas tentunya akan dikesampingkan. Politik uang, kecurangan administratif, manipulasi data, provokasi dan agitasi, intimidasi, adalah  jurus terakhir yang sudah lazim dipakai pihak dengan syahwat kuasa tinggi.

Genderang perang terakhir sudah ditabuh. Waspadalah, pasang mata dan telinga. Teguhkan tekad dan niat. Sisakan ruang untuk akal sehat dan nurani dalam menentukan pilihan. Semoga simulasi kelamnya langit demokrasi Indonesia yang dipertunjukkan di Pendopo Puri Cikeas tidak menjadi kenyataan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun