Dalam medis, ada istilah Gangguan Bipolar untuk menjelaskan fenomena perubahan emosi yang labil. Kepala Seksi Gangguan Bipolar Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya, dr Handoko Daeng, SpKJ (K) menjelaskan
"Gangguan bipolar sendiri merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran,"
[caption id="attachment_327196" align="aligncenter" width="611" caption="Ilustrasi Wajah Pengidap Gangguan Bipolar (http://www.depressionandbipolardisorder.com/)"][/caption]
Episodik berarti terjadi dalam kurun waktu tertentu saja, manik/hipomanik adalah rasa gembira yang berlebihan dan depresi adalah kondisi lawannya yaitu rasa murung/gelisah/mudah marah yang berlebihan. Kedua emosi yang saling berlawanan ini datang dan pergi dengan cepat, tergantung kondisi pemicu emosi sang pengidap gangguan bipolar ini.
Ketika melakukan orasi kampanye di Gelora Bung Karno pada Pileg lalu, kita melihat betapa menggebu-gebunya pidato Capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Gestur tubuh, mimik muka, kata-katanya sarat dengan emosi. Tanpa sungkan ia biarkan dirinya terbawa arus emosi yang deras dan terlihat jelas dari sikap, turtur kata dan perilakunya. Di waktu yang lain, sudah banyak cerita beredar mengenai temperamen Sang Jenderal yang tinggi.
[caption id="attachment_327199" align="aligncenter" width="600" caption="Orasi Emosional Prabowo di GBK (detik.photo)"]
[caption id="attachment_327207" align="aligncenter" width="620" caption="Aum..! (tempo.co)"]
Rombongan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) seperti Suryadharma Ali, Suharso Monoarfa, Hasrul Azwar, dan Joko Purwanto kala 2009 pernah dilempar dengan handphone. Masih untung, sasaran meleset. Ini terkait dengan penarikan dukungan kepada Prabowo saat itu.
Fadli Zon, Waketum Gerindra juga pernah merasakan langsung kebringasan Prabowo. Fadli pernah dipukuli Prabowo sampai masuk rumah sakit. Padahal kita tahu, betapa loyal dan setianya Fadli, semenjak 1998 pun ia sudah menjadi loyalis Prabowo dan terlibat dalam pengerahan massa demo tandingan mahasiswa. Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani juga bernasib sama, ketika gagal melobi PPP di awal bergerilya koalisi, ia mendapat hadiah tempeleng dari Prabowo.
Diktator Uni Soviet paling kejam, Joseph Stalinn adalah seorang psikopat dan paranoid, bahkan orang-orang kepercayaan yang berada di lingkarannya ia habisi, hilang tak berjejak, karena ia selalu merasa akan dikhianati. Atau juga yang terbaru, pemimpin Korea Utara Kon Jong-Un, yang mengeksekusi paman kandungnya sendiri karena diduga kuat akan melakukan persekongkolan untuk menlakukan kudeta.
[caption id="attachment_327203" align="aligncenter" width="620" caption="Kim Jong-Un: Mengeksekusi Pamannya Sendiri (http://www.poopteen.com/)"]
Lewat buku Perjalanan Prajurit Para Komando terbitan Kompas, dipaparkan Prabowo pernah hendak menculik LB Moerdani karena dianggap akan mengkudeta, Soeharto. Ancaman kudeta Benny Moerdani tak terbukti. Luhut dan para komandan Kopassus menilai saat itu Prabowo stres berat.
Awak media pun tak luput dari dampak emosi yang kurang terkendali dari Prabowo. Cara ia merespon pertanyaan yang kritis dari wartawan (utamanya tentang keterlibatannya dalam kasus pelanggaran HAM) cenderung emosional. Janjinya untuk menjaga kebebasan pers jika terpilih sebagai presiden nanti patut dipertanyakan.
Namun kita lihat beberapa waktu terakhir. Ada yang berubah dari Prabowo Subianto. Ia terkesan lebih jinak dibanding biasanya. Mulai dari berusaha tampil luwes sebagai juri tamu di acara dangdut salah satu TV Swasta dengan berjoget ria (jogetnya kaku, nggak asyik dan terlihat dipaksakan), sampai dengan sikapnya yang berbalik 180 derajat ketika mengambil nomor urut di KPU. Prabowo yang sebelumnya bersikap ofensif, bahkan cenderung meledak-ledak, mendadak menjadi kalem. Megawati Soekarnoputri ia salami dengan hormat, pesaing satu-satunya dalam kontestasi pilpres, Joko Widodo juga ia perlakukan dengan sopan. Ini kontradiktif dengan sikap sebelumnya yang menyerang Kubu Jokowi habis-habisan dalam berbagai kesempatan.
[caption id="attachment_327204" align="aligncenter" width="480" caption="Prabowo Joget (http://i1.ytimg.com/)"]
[caption id="attachment_327205" align="aligncenter" width="700" caption="Prabowo Joget Lagi (http://data.tribunnews.com/)"]
Jika kalem dan santunnya Jokowi cenderung stabil dan tidak banyak berubah, perangai Prabowo terlihat labil, fluktuatif. Ini patut kita cermati: apakah seorang yang normal dapat dengan begitu saja menyetel emosinya dalam waktu singkat?
Orang dengan bipolar dapat seketika meledak-ledak dan mudah tersinggung selama episode gangguan suasana hati. Tapi sesaat kemudian ia kembali tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Ini relevan dengan perilaku Prabowo yang digambarkan adiknya, Hashim Djojohadikusumo baru-baru ini yang mengibaratkan temperamen Prabowo yang seperti gunung merapi, yang meletus lalu sejuk.
Satu hal lagi yang tak mungkin disepelekan. Penderita Gangguan Bipolar ini juga memiliki hasrat seksual yang tak terkendali. Satu saat menggebu-gebu, di saat lain lenyap sama sekali. Terbayang betapa sulitnya masa menggebu-gebu ini dilewati oleh seorang yang tidak mempunyai pasangan untuk pelampiasan hasrat biologisnya. Tentunya rasa frustrasi tak akan terelakkan karena gagalnya memenuhi hasrat tersebut.
Ini isu yang serius, karena Prabowo Subianto tengah mengajukan diri menjadi Calon Presiden Republik ini. Siapa pun yang terpilih nanti akan mengurus hajat hidup 250 juta lebih penduduk Indonesia. Jika seorang sulit mengontrol emosinya sendiri, bagaimanakah ia hendak mengontrol mitra koalisinya, menteri-menteri, gubernur, serta ratusan juta kepala rakyatnya?
[caption id="attachment_327206" align="aligncenter" width="530" caption="Capres Gangguan Mental (http://4.bp.blogspot.com/)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H