Lebih dari Sekadar Profesi, Perawat Lansia sebagai Mitra Setia dalam Menemani Masa Tua yang Penuh Makna
Memasuki masa tua merupakan sebuah keniscayaan yang akan dilalui oleh setiap individu. Sebagaimana dikemukakan oleh Nugroho (2008), bahwa penuaan merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Dalam perjalanan tersebut, para lansia seringkali menghadapi berbagai kendala, seperti penurunan kemampuan fisik, kognitif, dan psikologis. Terlebih bagi mereka yang hidup sendiri tanpa keluarga atau pendamping, fase ini dapat menjadi sangat berat dan menyedihkan.
Dalam situasi seperti ini, kehadiran seorang perawat lansia menjadi sangat penting, tidak hanya bertugas merawat secara fisik, tetapi juga menjadi mitra setia yang menemani perjalanan hidup lansia dengan penuh kebahagiaan dan kehangatan.
Peran perawat lansia sebagai mitra setia dapat dilihat dalam teori “Nursing as Caring” dari Boykin dan Schoenhofer. Dalam teori tersebut disebutkan bahwa kepribadian seorang perawat ditingkatkan melalui partisipasi dalam memelihara hubungan dengan orang lain yang peduli dan mengakui pentingnya mengenal seseorang sebagai pribadi (Alligood, 2014). Sehingga perawat harus mampu membangun hubungan erat, saling percaya, dan penuh penghormatan dengan pasien mereka.
Dalam konteks perawatan lansia, perawat memiliki kesempatan untuk menciptakan hubungan yang mendalam dengan para lansia dan menjadi pendamping dalam perjalanan masa tua yang penuh makna.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020 jumlah penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta jiwa atau sekitar 10,9% dari total populasi (Badan Pusat Statistik, 2020). Angka ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Oleh karena itu, kebutuhan akan perawat lansia yang profesional dan berempati juga akan semakin besar.
Menurut Nugroho (2008), lansia sering mengalami perasaan kesepian, putus asa, dan kehilangan makna hidup. Oleh karena itu, perawat lansia harus mampu menjadi pendengar yang baik, memberikan motivasi, dan membantu lansia menemukan kembali makna hidup mereka. Perawat lansia juga harus memiliki kesabaran dan ketulusan dalam melayani lansia dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.
Perawat lansia yang kompeten tidak hanya memiliki keterampilan teknis dalam memberikan perawatan, tetapi juga kemampuan interpersonal yang kuat. Mereka harus mampu membangun hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dengan para lansia. Sebagaimana disebutkan oleh Kementerian Kesehatan RI (2021), bahwa perawat lansia harus memiliki sikap sabar, ramah, dan empati dalam melayani pasien lanjut usia.
Melalui pendekatan yang penuh kasih sayang dan perhatian, perawat lansia dapat menjadi teman setia yang menemani para lansia dalam menjalani hari-hari mereka. Mereka tidak hanya membantu dalam aktivitas sehari-hari, tetapi juga menjadi pendengar yang baik dan memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan.
Selain itu, perawat lansia juga berperan sebagai pendamping dalam menjaga kesehatan mental para lansia. Sebagaimana dikemukakan oleh World Health Organization (2017), bahwa kesehatan mental merupakan komponen penting dalam mencapai kesejahteraan bagi lansia. Dengan dukungan dan pendampingan yang tepat, para lansia dapat melewati masa tua dengan lebih bahagia dan bermakna.