SANTRI STOP 3 BESAR DOSA PENDIDIKAN
Membahas dunia pendidikan,santri berperan sangat penting, apalagi mereka di didik dengan cara yang sangat mengedepankan nilai-nilai kebenaran dan nilai pendidikan berbudi luhur.
3 DOSA BESAR PENDIDIKAN yang harus di stop oleh santri adalah:
1.PELECEHAN SEKSUAL sangat tidak asing lagi dari dunia pendidikan ia tidak memandang siapa korbannya,mungkin bisa saja seorang murid atau bahkan yang lebih mengerikan adalah korbannya seorang gurunya,kemudian juga sebaliknya seorang pelakunya pun juga tak bisa di pungkiri mungkin itu siswanya atau gurunya,oleh karena itu seorang santri harus menyetop perbuatan yang sangat menodai dunia pendidikan itu tersebut yang mungkin terjadi di sekolah umum maupun di dunia pesantren. Berdasarkan catatan KEMENTRIAN PPPA ada 9.588 anak yang menjadi korban kekerasan seksual 2022.dari jumlah itu,anak korban kekerasan seksual paling banyak di jawa tengah yakni 873 jiwa.dari data yang tertera diatas kita bisa lihat bagaimana pelecehan seksual sangat banyak sekali,maka dari itu santri berperan penting untuk menyetop pelecehan seksual dengan cara mensosialisasikan lewat media atau mungkin langsung terjun kemasyarakat.
2.BULLYING FISIK juga sering kita jumpai didunia pendidikan efek dari tindakan tersebut ialah dapat mengakibatkan korban mengalami depresi dan dapat membatasi perilaku berfikir, sosial,pertumbuhan dan mengakibatkan kematian.motif dari tindakan bullying fisik ialah menganggap seorang korban lemah,bulylying fisik di dunia pendidikan sangat tidak patut di lakukan karena di dunia pendidikan kita di ajarakan bagaimana kita menyikapi permasalahan,tidak seharusnya seorang siswa atau mungkin pengajar melakukan tindakan tersebut karena tindakan tersebut tidak mencerminkan dunia pendidikan.dari Data FSGI juga menunjukan, jumlah korban perundungan di satuan pendidikan selama paruh pertama 2023 adalah sebanyak 43 orang. Rinciannya, 41 orang korban berasal dari peserta didik dan dua orang lainnya adalah guru.Sementara pelaku perundungan didominasi oleh peserta didik, yaitu sejumlah 87 orang pelaku. Diikuti oleh pendidik (5 orang), orang tua (1 orang), dan kepala madrasah (1 orang).kita semua tidak boleh menutup mata atas kasus yang terjadi di atas,khususnya santri harus berani di garda terdepan dalam menyetop kasus diatas,dengan cara melakukan kajian-kajian yang didalamnya tertuang dengan larangan berbuat bullying fisik terhadap sesama.karena perbuatan tersebut bertentangan dengan hukum negara dan dan hukum agama.
3. CONTROL THE USE OF SOCIAL MEDIA(mengontrol penggunaan media sosial) didunia pendidikan kita sangat tidak terkontrol penggunaan medsos bahkan sering terjadi pencemaran nama baik,berita hoax,provokasi.dari dunia medsos yang tak bisa terkontrol itu menyebabkan perubahan budaya sosial sehingga apa yang mereka lihat terlihat viral,sehingga mereka seakan akan harus mengikuti trend yang sedang ramai seperti halnya joget paragoy,joget paragoy tidak akan trend jika tidak di publikasikan di medsos yang kemudian disitu terdapat penyalahgunakan joget paragoy dengan bertelanjang dan menunjukan keseksian tubuhnya,hilangnya kemaluan tersebut dapat mencerminkan bahwa rendahnya kualitas pendidikan,yang tak mengandung kesopanan,kemudian di medsos pun juga dapat digunakan untuk mengadu domba antara pihak,karena di medsos itu semua orang tidak memandang jabatan bahkan mirisnya mereka tidak dapat membedakan mana yang seharusnya mereka hormati,kejahatan dunia media sosial pun sekarang sudah sangat banyak,apabila seseorang yang berkecimbung didalam pendidikan tidak mampu mengontrol dirinya mereka akan menjadi liar pengetahuan dan mentah-mentah menerima segala informasi dari sumber yang tidak jelas,penting sangat sekali kita memilah dan memilih sumber-sumber berita bahkan ilmu yang kita dapat dari media sosial,dampak tersebut akan mempengaruhinya di kehidupan sehari-hari bahkan mengakibatkan butanya sudut pandang yang sangat begitu luas.Menurut laporan Digital 2023, warganet Indonesia menghabiskan rata-rata 3 jam 18 menit di media sosial tiap harinya. Saat ini, ada 167 juta pengguna media sosial di Indonesia.dari data tersebut kita harus berperihatin karena hakikat penggunaan media sosial hanya itu mempermudah komunikasi antar sesama lain,peran santri disitu juga sangat penting bahkan santri harus bisa memasang badan agar pengontrolan media sosial di negara kita ini menjadi lebih baik lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI