Mohon tunggu...
Aditya Fachril Bayu Anandhika
Aditya Fachril Bayu Anandhika Mohon Tunggu... Programmer - Chief Technology Officer (CTO) di Tanduria

Saya adalah seorang profesional di bidang teknologi dengan minat besar dalam pertanian perkotaan. Hobi saya termasuk berkebun, coding, dan membaca buku tentang inovasi teknologi. Saya juga suka membuat konten tentang teknologi pertanian dan berbagi tips tentang berkebun di media sosial.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Tanduria: Menyemai Harapan di Tengah Badai

19 Juli 2024   09:46 Diperbarui: 19 Juli 2024   09:50 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Di suatu sore bulan Juli 2021, ketika matahari mulai terbenam di ufuk barat dan cahaya keemasan memeluk pepohonan, aku bertemu dengan teman-teman dari Surabaya. Mereka datang dengan wajah ceria, membawa semangat baru yang menyala-nyala setelah memutuskan membuka bisnis baru. Bisnis yang bahkan sebelumnya sudah sangat mapan. Nama bisnis itu adalah "Tanduria". Tandur dengan ceria, begitu mereka menjelaskan dengan senyum lebar di wajah. Ketika aku menceritakan tentang Tanduria kepada teman-temanku di JatimTimes, mereka mengira ini adalah sebuah band folk indie. Nama yang terdengar begitu artistik, membangkitkan imajinasi tentang petikan gitar dan lantunan lagu-lagu merdu.

Namun, di balik nama itu, tersimpan sebuah ide yang sederhana namun revolusioner: menjual paket bertanam di rumah. Sebagai seorang manajer IT media online, aku diliputi tanda tanya. Bisnis macam apa ini? Bagaimana mungkin ini bisa laku? Kebodohanku tentang dunia pertanian membuatku meragukan potensi bisnis ini. Tetapi, rasa penasaran dan semangat teman-teman membuatku memutuskan untuk bergabung.

Hari-hari pertama kami dipenuhi dengan optimisme dan antusiasme. Kami berkumpul di ruang tamu yang sederhana namun hangat, membahas strategi dan ide-ide kreatif. Namun, perjalanan kami dimulai dengan penuh perjuangan. Selama tujuh hingga delapan bulan pertama, kami bisa dikatakan berpuasa. Orderan hanya datang 4, 8, hingga 12 paket sehari. Setiap malam, aku duduk di depan layar komputer, memantau perkembangan penjualan dengan hati yang berat. Di tengah keterbatasan itu, kami memutuskan untuk membuat ecourse tentang tanaman. Sembari proses pembuatan, aku dan beberapa teman yang punya keahlian dalam pemasaran lewat Facebook Ads, bekerja keras untuk mempromosikannya.

Ketika ecourse itu diluncurkan, ada 3000 orang yang mendaftar. Sebuah hasil yang membangkitkan harapan di tengah keraguan. Kami merayakan pencapaian ini dengan senyum dan pelukan, merasakan bahwa usaha kami tidak sia-sia. Namun, keberhasilan ini hanyalah permulaan dari perjalanan panjang yang penuh liku.


Badai besar mulai datang setahun kemudian. Di Oktober 2023, kami mendapat panggilan dari kepolisian terkait izin edar pupuk kami. Hal ini sudah kami antisipasi, karena sejak November 2022, kami telah mempekerjakan seorang legal untuk mengurus perizinan. Ketika surat panggilan itu tiba, hatiku terasa seperti dihimpit beban berat. Malam itu, aku tidak bisa tidur, memikirkan bagaimana kami akan menghadapi masalah ini. Setelah menjelaskan bahwa kami sedang dalam proses pengurusan, kami akhirnya bisa melanjutkan bisnis kami di marketplace.

Meski demikian, kami menjadi lebih berhati-hati. Kami menarik semua produk yang masih dalam proses pengurusan dan menggantinya dengan pupuk yang sudah lengkap izinnya dari kampus UMM, berkat bantuan Prof. Indah dan pupuk ribostnya. Namun, penjualan produk baru ini tidak sebaik sebelumnya. Dari Januari hingga Juni 2024, kami terpaksa menahan gaji manajemen demi mendahulukan operasional dan gaji staf. Setiap bulan, kami duduk bersama, menghitung anggaran dengan cermat, mencoba mencari solusi di tengah kesulitan. Ada kalanya aku merasa putus asa, namun semangat teman-teman selalu membangkitkan kembali harapanku.

Masalah lain muncul di bulan Juli 2024. Kali ini, unit 1 Ditreskrimsus menggeledah kami terkait dugaan pelanggaran pasal 100 dan 102 tentang merek dagang. Ceritanya dimulai ketika aku mendaftarkan merek Tanduria di website merek dagang pada tahun 2022. Namun, ada sanggahan dari merek lain yang dianggap mirip. Dari sudut pandangku sebagai orang IT, logonya jelas berbeda dan namanya pun tidak sama. Tetapi, aku membuat kesalahan fatal dengan tidak memberikan jawaban atas sanggahan tersebut, sehingga merek dagang Tanduria ditolak.

Di tahun 2023, aku meminta bantuan teman dari Universitas Brawijaya untuk mengurus masalah ini, tetapi hingga tulisan ini dibuat, merek dagang tersebut belum juga rilis. Namun, pendaftaranku yang kedua terkait merek dagang ternyata dari kacamata hukum dianggap sebagai sebuah itikad tidak baik. Hal ini menambah kompleksitas masalah yang kami hadapi.

Kembali ke masalah di bulan Juli 2024, kami diinterogasi terkait dugaan pelanggaran merek dagang. Tanggal 17 Juli menjadi hari yang berat. Banyak pertanyaan dilontarkan, dan saksi ahli menyatakan bahwa merek kami dianggap sama dengan merek yang sudah ada. Kami pun akhirnya melakukan mediasi dengan pelapor, yang berujung pada keputusan untuk menyerahkan semua aset digital kami, mulai dari media sosial hingga marketplace.

Malam itu, setelah keputusan diambil, aku duduk sendiri di kantor yang kini terasa begitu hampa. Semua kenangan perjuangan kami selama tiga tahun terakhir berkelebat di benakku. Tangisan, tawa, kekecewaan, dan harapan bercampur aduk menjadi satu. Begitulah akhir perjalanan kami di Tanduria. Sebuah perjalanan yang penuh liku, diwarnai dengan perjuangan, kegembiraan, dan kesedihan. Seperti tanaman yang tumbuh di tengah badai, kami belajar bahwa setiap tantangan adalah bagian dari proses pertumbuhan. Meski Tanduria berakhir, semangat kami untuk terus berkarya dan berinovasi tidak pernah padam. Sebab, di balik setiap badai, selalu ada pelangi yang menanti.

Aku menyadari bahwa meskipun kami harus menyerahkan segala aset yang telah kami bangun dengan susah payah, perjuangan kami tidak pernah sia-sia. Setiap tetes keringat, setiap malam tanpa tidur, setiap senyum dan tangis, semuanya menjadi bagian dari perjalanan kami yang berharga. Kami belajar untuk bertahan, untuk bangkit dari keterpurukan, dan untuk terus berharap meski harapan itu tampak tipis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun