Mohon tunggu...
Aditya Dwi Lichjayadi
Aditya Dwi Lichjayadi Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN Cimanggung

Saya adalah Guru Sosiologi di SMAN Cimanggung Kab. Sumedang Provinsi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Antara Mencari Ilmu atau Mencari Selembar Rupiah

22 November 2020   22:55 Diperbarui: 22 November 2020   23:34 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan kebutuhan umat manusia sepanjang hayat. Kita semua membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun kita berada. Pendidikan sangatlah penting artinya. Sebab apabila kita memiliki pendidikan yang baik, maka kita akan mampu bersaing dengan yang lain dan memudahkan kita dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi, bila manusia tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan menjadi terbelakang. 

Dengan demikian pendidikan haruslah dapat mencakup semua kalangan masyarakat tanpa memandang status sosial yang mereka sandang. Itu semua diperuntukkan untuk menghasilkan  manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di zaman modernisasi, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Di negara kita, Indonesia, Sistem Pendidikan dari tahun ke tahun hampir selalu mengalami perubahan dengan seiring perkembangan zaman. Perubahan-perubahan tersebut selain membawa dampak yang positif juga membawa dampak yang negatif. Baik dari tidak berjalannya sistem pendidikan yang sudah ditetapkan, perangkat pendidikan yang tidak cukup bermutu dan berkompeten, hingga biaya pendidikan yang kian hari kian melambung jauh.

Semua kalangan masyarakat merasakan dan mengakui mengenai sebuah penyataan, bahwa pendidikan di Indonesia sangat sangatlah mahal. Itu semua terbukti dengan mahalnya biaya masuk peserta didik, biaya operasional sekolah yang terbilang terlalu besar, hingga sumbangan-sumbangan yang diminta dari pihak sekolah diluar dari biaya untuk pendidikan. Semua itu jelas memberatkan peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Padahal mereka sangatlah membutuhkan pendidikan sejak dini untuk keberlangsungan hidup meraka kelak di masa depan.

Bagi mereka yang dari kalangan berada dalam segi materi, pendidikan mahal bukanlah sebagai rintangan yang berarti. Mereka tetap bisa mengenyam pendidikan walaupun mereka juga mengetahui dan merasakan mahalanya pendidikan. Tetapi, bagi mereka yang secara ekonomi menengah ke bawah biaya pendidikan seakan menjadi tembok raksasa yang membentengi pendidikan di indonesia hingga sulit bagi mereka untuk memasuki bahkan sekedar mendekat pun masihlah terasa sulit.

Tidak heran apabila kita sering melihat banyak anak-anak sekitar kita yang putus sekolah menjadi anak jalanan. Sebenarnya bukan kehendak mereka, orang tua mereka atau siapapun menjadi anak jalanan, tapi karena mahalnya biaya pendidikan dan himpitan ekonomi yang tak terbendung. Orang tua mereka tidak sanggup untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Bahkan untuk mencari makan dan kebutuhan sehari-hari pun terkadang mereka kesulitan.

Dimana pun kita mencari, tak akan ada orang tua  yang tak ingin anaknya agar mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Tak ada pula anak yang ingin putus sekolah. Semua tentu ingin mendapatkan pendidikan, tapi apa mau dikata, pendidikan bagi mereka seakan menjadi impian yang hanya akan menjadi sebatas impian saja. Mereka lebih memilih hidup di jalanan, mencari rupiah agar mereka tetap bisa menjalani kehidupan ini. Bahkan ada anggapan bahwa bersekolah tidaklah bermanfaat, hanyalah membuang-buang uang dan waktu mereka. Hingga akhirnya mereka lebih mengarahkan anak-anaknya untuk bekerja ketimbang mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah.

Memang, pemerintah kita sudah melakukan berbagai langkah yang mereka anggap tepat untuk mengatasi masalah mahalnya pendidikan. Tapi, selalu saja tidak pernah sampai bahkan tidak menjangkau sedikitpun pada tujuan yang sebenarnya. Selalu  saja terlihat baik awalnya tapi akan memburuk di akhirnya. 

Di mulai dari Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) yang merupakan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar 20%. Angka yang tidaklah kecil tetapi kenapa tetap saja masih ada sekolah yang memungut biaya pendidikan dari peserta didik. Padahal pemerintah sudah mengultimatum agar dana BOS tidak ada penyelewengan. Tapi masih saja ada oknum yang mengambil apa yang jelas bukan hak mereka.

Ditambah lagi pemerintah sudah mewajibkan agar semua rakyatnya mendapatkan pendidikan dengan sistem wajib belajar 12 tahun. Bagaimana mau mereka mendapatkan pendidikan minimal sampai tingkat SLTA/SMA/MA, SD pun mereka tidak tamat. Hal ini diperparah dengan kebijakan berbeda setiap sekolah di setiap daerah. Ada daerah yang sudah menggratiskan biaya sekolah secara penuh, ada pula yang hanya biaya operasional pendidikan tidak dengan biaya registrasi dan perlengkapan sekolah.

Belum lagi tidak meratanya penyebaran bantuan dana dari pemerintah dan perbedaan biaya sekolah antara di daerah pedesaan dengan daerah perkotaan. Hal ini terbukti dengan kita merinci biaya pendidikan di perkotaan akan lebih mahal dibandingkan di daerah daerah kecil. Hal ini seharusnya tidak terjadi, karena ini bertolak belakang dengan tujuan pemerintah yaitu pemerataan biaya pendidikan di seluruh Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun