Mohon tunggu...
adityaastyn
adityaastyn Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis

JANGAN MENJADI SEORANG PENJILAT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Anti Speaker dan Religion di Sebuah Desa Parung Panjang

6 Maret 2019   11:40 Diperbarui: 6 Maret 2019   12:43 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parung Panjang merupakan daerah di Kabupaten Bogor Berbatasan dengan Kota Tanggerang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Parung panjang memiliki 11 desa yang terletak di pinggiran Kabupaten Bogor. 

Parung Panjang, Kabupaten Bogor tidak memiki Budaya yang banyak, tetapi memiliki beberapa budaya yang sangat identik dan menarik, contohnya dari kesamaan 3 desa yang saling berdekatan, yaitu Desa Kabasiran, Desa Cikuda, dan Desa Dago. Sampai saat ini budaya masih sangat melekat, bahkan sudah menjadi tradisi yang sangat umum bagi masyarakat disini.

Salah satu budaya yang sangat melekat yaitu anti speaker dan religion

Budaya Anti Speaker dan Religion yang berlangsung dari nenek moyang sudah sangat kental di 3 desa saat ini. Kenapa 3 desa ini memiliki budaya yang sama? Dikarenakan mereka sangat berdekatan yaitu dengan satu jalur bisa kita lalui yang memiliki jarak antar desa sekitar 2 km saja. Budaya yang sangat kental yaitu Anti Speaker dan Religion.

Yang dimaksud Anti Speaker itu yaitu anti yang namanya Speaker seperti menyalakan Televisi, acara Nikahan dan yang lainnya. Selanjutnya contoh Religion yaitu masyarakat yang masih kental dengan agama islam dan sangat mendalami yaitu banyaknya pesantren di setiap desa, banyak santri yang di ucapkan oleh Kepala Desa Dago (Pak Muhdom), Sekretaris Desa Cikuda (Pak Saniani), Sekretaris Desa Kabasiran (Pak Dodi Suryadi).

Dari 3 Narasumber yang ditemui berbicara bahwa budaya disini sedikit tetapi ada budaya yang sangat kental yaitu banyaknya santri dan pondok pesantren disini dari jaman dahulu hingga saat ini, contohnya masyarakat disana jika Shalat ke masjid selalu pakai sarung, baju koko dan juga peci, dan juga ada beberapa masyarakat sekitar disini yang masih mengikuti budaya Anti Speaker. Nanum, budaya Anti Speaker hanya banyak berlaku dikalangan para Kyai

Masyarakat desa di kecamatan Parung Panjang masih sangat mempertahankan budaya dari dulu hingga sekarang, budaya ini sama halnya seperti budaya di suku baduy yang dimana masyarakat tidak  menggunakan barang elektronikan sangat kental sekali dalam mendalami agama islam.

Menurut 3 Narasumber tersebut berpesan bahwa Budaya tersebut akan terus berlangsung hingga suatu saat nanti, asalkan masyarakat disini bisa meneruskan budaya tersebut dengan benar dan dapat melastarikannya. Budaya seperti ini juga ada di beberapa Desa Parung panjang Lainnya, namun yang memiliki budaya yang sama yaitu di Desa Dago, Cikuda, dan Kabasiran dikarenakan mereka saling berdekatan antar Desa.

           

           

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun