Jika kita menengok kebelakang di tahun 90an, tentu kita akan menjumpai banyak anak muda yang beramai-ramai untuk menonton siaran televisi yang mereka nanti. Pada tahun 90an televisi masih menjadi barang elektronik mewah yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang tergolong kelas menengah keatas dalam perekonomiannya.Â
Jadi tak heran jika pada tahun itu banyak anak muda yang berbondong-bondong menonton siaran televisi secara bersama-sama. Pada tahun 90an siaran televisi belum sebanyak di era sekarang ini, sehingga untuk menonton siaran yang mau mereka saksikan harus menunggu jam-jam tertentu. Siaran yang biasa ditonton adalah kartun seperti Si Unyil yang tayang di stasiun televisi satu-satunya yang ada pada masa itu.
Jika pada tahun 90an hanya ada satu stasiun televisi yang ada di Indonesia yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI), maka pada akhir tahun 90an jumlah stasiun televisi di Indonesia mengalami pertambahan seperti RCTI dan SCTV.Â
Hingga tahun 2020 stasiun televisi di Indonesia sudah mencapai 15 siaran terbaik, siaran itu akan jauh lebih banyak apabila ditambahkan dengan jumlah siaran televisi berbayar dan siaran televisi lokal yang ada. Beberapa contoh stasiun televisi yang popular  antara lain GTV, MNCTV, iNEWS, Indosiar, ANTV, Trans7, Trans TV, NET., dan lain sebagainya.
Dari banyaknya stasiun televisi yang berkembang di Indonesia, hal tersebut tentu menambah jumlah siaran televisi yang ada. Berbeda dengan tahun 90an dimana televisi masih menjadi barang yang langka, ditahun 2022 ini televisi dapat dengan mudah dijumpai. Hampir setiap rumah di kota maupun di desa memiliki televisi, bahkan ada yang memiliki lebih dari satu di rumahnya.
Tidak diherankan lagi apabila jumlah siaran televisi bertambah banyak mengingat banyaknya perusahaan-perusahaan stasiun televisi yang berkembang. Tetapi masihkan anak muda mau menonton siaran televisi yang ada di Indonesia sekarang ini? Mengingat pada generasi sekarang setiap anak muda pasti memiliki gadged di gengamannya.
Jika saya mengamati dan mencari informasi dari sebagian anak muda khususnya generasi milenial, mereka lebih memilih menonton siaran luar negara seperti drama Korea, perfilman dan menggunakan media sosial daripada menonton siaran televisi di Indonesia saat ini. Mereka mengungkapkan apa yang mau ditonton dari siaran televisi di Indonesia, Ketika banyak siaran yang tidak relevan dengan kehidupan dan selera anak muda sekarang.
Menonton televisi biasa dilakukan anak muda di waktu luang untuk mencari hiburan dan informasi yang ada di tanah air maupun manca negara. Tak sedikit televisi yang mengandung pesan moral dan informasi yang menarik. Tetapi juga banyak dijumpai siaran televisi Indonesia terutama sinema elektronik yang jarang sekali disukai oleh anak muda.Â
Karena pada dasarnya anak muda sekarang lebih menyukai sinema elektronik dengan episode yang tidak terlalu banyak seperti drama Korea, lain halnya dengan sinema elektronik yang sering disiarkan saat ini yang memiliki banyak sekali episode seperti Dari Jendela SMP yang mencapai 778 episode, Ikatan Cinta 183 episode, dan Putri Untuk Pangeran mencapai 500 episode dan masih akan terus bertambah.Â
Drama Indonesia baru-baru ini telah mengalami perkembangan dengan menyajikan episode-episode singkat dan alur cerita yang sesuai dengan anak muda, tetapi drama Indonesia dengan episode yang singkat tersebut banyak ditayangkan di aplikasi-aplikasi berbayar.
Tidak hanya episode yang terlalu banyak tetapi alur cerita yang terkadang tidak relevan dengan realita tak jarang hal tersebut membuat penonton merasa bosan. Sehingga banyak anak muda yang memilih menonton siaranlainnya seperti kartun dari pada sinema elektronik yang disajikan. Kartun itupun tidak hasil karya anak bangsa contohnya Upin-Upin karya negara Malaysia dan Spongebob dari Amerika Serikat. Seharusnya siaran kartun di Indonesia didominasi oleh kartun-kartun karya anak bangsa yang mengandung jati diri bangsa kita sendiri.