Tidak terasa kita semua para umat muslim di seluruh dunia telah melaksanakan ibadah puasa selama 1 bulan ini. Dalam bulan Ramadhan, para umat muslim di seluruh dunia tentunya sudah memahami dan mengetahui bahwa di bulan ini semua amalan yang kita kerjakan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Untuk itu semua orang muslim berlomba-lomba untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya.
Dalam bulan Ramadhan ini, banyak sekali amalan-amalan yang dapat dilakukan, seperti sholat tarawih, tadarus, bersedekah dan yang lainnya. Saat bulan ramadhan ini, ada salah satu malam yang dimana malam tersebut lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qodar. Saat malam Lailatul Qodar, biasanya suasana pada malam itu sangat tentram dan juga tenang serta banyak keistimewaan dari malam ini. Akan tetapi malam lailatul Qadar ini tidak tercatat di dalam kalender. Untuk itu rasa dan hati kitalah yang dapat menentukan kapan malam Lailatul Qodar itu datang.
Setelah melakukan ibadah puasa selama bulan Ramadhan ini, para umat muslim kemudian merayakan hari raya yaitu Idul Fitri yang artinya kembali ke fitrah. Tradisi yang sering kita jumpai pada saat Idul Fitri ini adalah saling bermaaf-maafan, baik itu kepada kakek, nenek, orangtua, kerabat dan juga para tetangga serta teman-teman kita.
Dalam tulisan kali ini, saya akan sedikit bercerita mengenai guru saya saat mengajarkan mengaji pertama dulu di TPQ. Tentunya kita semua pasti mempunyai guru yang sangat berjasa bagi diri kita, salah satunya adalah guru mengaji. Saat mengaji atau membaca Al-Quran, tentunya kita semua tidak langsung bisa dan lancar membacanya. Kita harus belajar mengenai huruf, bacaan atau juga dikenal dengan huruf hijaiyah, dan juga hukum-hukum yang ada di dalam Al-Quran. Hal ini tak lepas dari pembelajaran mengaji saat kita kecil dulu.
Pada waktu kecil dahulu, tepatnya mungkin pada saat usia anak TK, saya di daftarkan mengaji di sebuah TPQ. TPQ memiliki kepanjangan dari Taman Pendidikan Al-Quran. TPQ ini tidak jauh dari rumah saya tinggal. TPQ ini bernama TPQ AL-Fattah. Banyak sekali murid yang belajar mengaji disana, bahkan sampai saat ini.
Di TPQ Al-Fattah ini, ada beberapa guru yang mengajar dari mulai jilid pertama sampai dengan tingkat yang paling tinggi yaitu membaca Al-Quran. Ada beberapa guru atau pengajar yang mengajar saya pada waktu itu. Pada saat jilid pertama ini, kita dikenalkan dan diajarkan berbagai bentuk dan pelafalan huruf Al-Quran.Â
Pada waktu jilid pertama, saya diajar oleh pengajar yang bernama Mbak Santi atau Ustadzah Santi. Ustadzah Santi ini merupakan guru yang mendapat bagian untuk mengajar jilid pertama sampai jilid 6 kalau tidak salah. Tentunya mbak Santi ini dibantu dengan pengajar yang lainnya juga. Ustadzah Santi ini juga merupakan tetangga saya dan juga masih menjadi kerabat saya, kemudian beliau menikah dan mengundurkan diri sebagai pengajar di TPQ Al-Fattah karena mulai pindah rumah mengikuti suaminya.
Selain itu saya juga pernah diajar oleh Bu Ul, yaitu istri dari yang memiliki TPQ Al-Fattah ini. Beliau ini yang mengajarkan saya tentang bagaimana cara membaca huruf hijiyah. Beliau juga mengajarkan saya tentang tanda-tanda waqaf dan juga bacaan panjang dan pendek itu harus bagaimana.
Selain mengajar, Bu Ul ini terkadang juga menjual makanan atau snack untuk para muridnya. Beliau biasanya menjual cilok yang sudah dibuat di rumahnya sendiri. Cara mengajar beliau ini sangat sabar dan kalem, mungkin Bu Ul ini adalah salah satu guru favorit saat belajar mengaji dulu. Namun  pada tahun 2020 an kemarin, beliau telah meninggal dunia. Semoga amal dan ilmu yang telah diberikan kepada para murid-muridnya bisa menjadi ladang pahala bagi beliau.
Saya juga pernah diajar oleh menantu dan juga suami beliau. Nama dari menantu beliau adalah mas Ta'in, begitu nama panggilan beliau. Beliau juga terkadang mengajar di TPQ ini. Mas Ta'in ini adalah seorang lulusan dari pondok pesantren. Selain itu, beliau juga sering menjadi imam sholat Jum'at di masjid desa saya. Waktu itu saya diajarkan tentang bagaimana cara sholat dan berwudhu. Ajaran dari beliau yang saya ingat sampai sekarang adalah ketika sujud, telapak tangan kita harus biasa saja, tidak boleh terlalu renggang dan juga terlalu rapat di antara sela-sela jari kita.
Yang terakhir adalah pak Munib. Pak Munib ini adalah suami dari Bu Ul sekaligus pemilik dari TPQ Al-Fattah ini. Pak Munib ini pada waktu itu mengajar di bagian yang sudah tamat iqra' dan melanjutkan ke membaca Al-Quran. Saat itu saya juga sempat diajar oleh Pak Munib ini. Waktu itu saya pernah diajarkan tentang hukum-hukum tajwid dalam Al-Quran serta lagu atau biasa beliau sebut sebagai "ros" dalam membaca Al-Quran. Beliau mengajarkan pada saya 3 nada lagu untuk membaca Al-Quran dan sampai saat ini juga nada lagu tersebut masih saya gunakan. Selain itu, saya juga sempat diajarkan tentang beberapa kitab dan juga huruf-huruf arab gundul atau arab pegon yang bisa diartikan menjadi sebuah kalimat.