Mohon tunggu...
Aditya Adhikara Wisaksono
Aditya Adhikara Wisaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMA

murid sma

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indahnya Toleransi di Dunia Ini

24 November 2024   21:38 Diperbarui: 24 November 2024   21:39 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perbedaan merupakan suatu hal yang indah

Perbedaan merupakan suatu hal yang sangat indah. Dengan adanya perbedaan, muncullah suatu keberagaman. Di Indonesia, banyak sekali perbedaan yang kita miliki seperti perbedaan budaya, agama, dll. Seringkali orang salah melihatnya dan karena itu muncullah suatu konflik. Namun, di Indonesia menurut saya konflik yang paling sering terjadi adalah adanya perbedaan pendapat mengenai suatu agama.

Di indonesia, tercatat terdapat enam agama yang dianut oleh masyarakat yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu. Oleh karena itu, setiap masyarakat di Indonesia memiliki kebebasan untuk beragama dan tidak boleh ada satupun orang yang memaksa. Dengan adanya perbedaan ini, kita tidak boleh melihat ini sebagai suatu penghalang. Kalau kita melihatnya seperti itu, kita bisa dengan mudah dipecah belah ataupun dihasut oleh negara lain. 

Pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan

Pada hari itu, setibanya kami di Pondok Pesantren Al-Mizan, kami rombongan dari SMA Kolese Kanisius langsung disambut dengan hangat oleh para santri dan santriwati. Kami langsung merasa nyaman dan senang berada disana karena kami selalu ditemani oleh santri dan santriwati di Pondok Pesantren Al-Mizan. Para santri dan santriwati terlihat sangat senang menemani kami dan saya sendiri tidak melihat satupun dari mereka merasa terpaksa menemani kami. Saya yang sendiri merupakan seorang muslim tetapi tidak pernah pergi ke pesantren melihat teman-teman saya yang mayoritas beragama katolik berinteraksi dengan santri dan santriwati merupakan suatu hal yang indah. Saya tidak menyangka bahwa selama berada di sana percakapan kita dengan para santri bisa nyambung dan saya juga melihat banyak sekali momen-momen berkesan selama berada di sana. Seperti contohnya, kami belajar mengaji, mengikuti jam belajar mereka yang saya rasa sangatlah padat dan melelahkan, dll.

Selama berada di sana, lingkungan di sana dengan di sekolah sangatlah berbeda. Biasanya, di sekolah kami membawa bekal dan makan sendiri-sendiri. Di sana, kami makan bersama-sama di dalam satu wadah yang sama dan lauk yang sudah dibagi rata dan kami tidak bisa meminta lebih. Namun, walaupun porsi lauk yang terbatas, lauk yang disajikan sangatlah enak dan jarang sekali kami makan di Jakarta. Selain itu, selama berada di sana, kami juga tidak terbiasa dengan sekolah asrama dimana para muridnya tidak pulang dan tinggal di daerah sekolah. Mereka bangun pukul 4 pagi dan selesai kegiatan pukul 10 malam. Saya merasa sangat lelah mencoba mengikuti jam belajar mereka karena saya sangat tidak terbiasa karena biasanya kegiatan belajar mengajar di sekolah dimulai pada pukul 7 pagi dan selesai pada pukul 2.30 siang. Perbedaan waktu belajar mereka dengan kami sangatlah berbeda. Biasanya kami hanya sekolah selama 7 jam dan pada saat ekskursi kami sekolah selama sekitar 12 jam.

Dibalik semua hal yang kami tidak terbiasa, banyak sekali pengalaman berharga yang kami dapatkan selama berada di sana. Seperti saat hari kedua di pondok pesantren, kami diajarkan bermain alat musik yang bernama genteng. Jadi alat musik ini berasal dari batu bata untuk genteng yang tidak dipakai dan cara memainkannya itu dengan memukul batu bata tersebut dan ada ketukannya. Memainkan alat musik ini sangatlah menyenangkan. Selain itu, kami juga saling bertukar pikiran dengan ustad yang berposisi sebagai salah satu pimpinan pesantren Al-Mizan. Pada saat hari kedua, setelah mengaji pagi pak ustad mengadakan sesi diskusi dengan kami. Pada saat itu, teman-teman saya yang penasaran dengan ajaran agama Islam bertanya dengan pak ustadnya. Saya sangat senang dengan pak ustad ini karena Ia merupakan orang yang cara pikirnya sangat terbuka dan semua hal yang Ia jelaskan Ia mencoba menghubungkannya dengan cara pandang agama katolik agar teman-teman saya lebih mengerti dan juga cerita terdahulu agama Islam dan Katolik sangatlah mirip sehingga masih bisa untuk dihubungkan. 

Mempersiapkan toleransi dari muda merupakan hal yang penting

Menurut saya, untuk kedepannya, setiap anak di Indonesia perlu diajarkan yang namanya toleransi. Kalau diajarkan dari muda, menurut saya anak-anak akan lebih mudah paham dan bisa menerapkannya dari kecil. Apabila nilai toleransi sudah muncul dari masa dini, saya rasa konflik antar agama tidak akan pernah terjadi lagi di Indonesia karena rasa toleransi yang sudah dimiliki oleh anak-anak sejak dini dan mereka sudah belajar bahwa perbedaan pendapat merupakan suatu hal yang normal. Cara yang bisa dilakukan untuk membangun rasa toleransi dari anak-anak bisa seperti mengadakan kegiatan bermain bersama ataupun belajar bersama dengan murid-murid yang beragama lain seperti kegiatan ekskursi yang diadakan oleh SMA Kolese Kanisius dengan berbagai pesantren di Pulau Jawa. Kalau nilai toleransi tidak diajarkan dari masa anak-anak hingga remaja dan sudah terlanjur dewasa, untuk menumbuhkan rasa toleransi dalam dirinya akan menjadi hal yang sangat sulit.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun