Menurut saya teks merindukan sosok pemimpin humoris cukup menarik karena teks ini menjelaskan mengenai presiden gus dur yakni presiden ke-4 RI yang sering sekali membuat candaan berupa anekdot. Namun, kebanyakan anekdot yang dibuat oleh gus dur dianggap menyebarkan kebencian saat dibacakan oleh orang lain. Seperti contohnya, ketika seorang pria warga Kepulauan Sula, Maluku Utara, sempat diamankan kepolisian setempat setelah mengunggah salah satu guyonan Presiden keempat RI di media sosial. Hal ini menyebabkan narasi publik terhadap peristiwa tersebut menjadi negatif.Â
Teks anekdot adalah sebuah cerita atau kisah singkat yang unik lantaran mengandung lelucon atau unsur lucu. Kelucuan yang berada dalam teks anekdot tidak hanya berupa suatu candaan, namun bisa juga sebuah kritikan dalam bentuk candaan.Â
Contoh teks anekdotÂ
KursiÂ
Bagus: "Anton, kita main tebak-tebakan, yuk! Kursi apa yang membuat orang lupa ingatan?"Â
Anton: " Kuri goyang! Orang yang duduk di atas kursi goyang akan mengantuk dan tertidur Saat tidur, orang, kan, lupa."Â
Bagus: "Hahahaha, lucu, tapi jawabanmu salah." Anton: "Hmm, kursi apa dong?"Â
Bagus: "Jawabannya adalah kursi jabatan!" Anton: "Lho, kok begitu?" Bagus: "Jelas lah! Coba kamu ingat, sebelum duduk di kursi jabatan, banyak calon berjanji macam-macam. Tetapi setelah duduk di kursi itu, mereka lupa ingatan soal janji-janjinya!"Â
Anton: "Hahahahaha betul juga."Â
Teks ini menghina para semua wakil negara ini yang lupa dengan janji mereka.Â
Dalam teks anekdot tersebur fungsi yang paling terlihat atau dominan adalah fungsi primer, dimana teks anekdot adalah sebagai sarana ekspresi yang berhubungan dengan ketidaksukaan, ketidakpuasan, kejengkelan, kebencian, dan sebagainya. Di teks diatas, sang penulis membuat teks anekdot yang mengkritik orang-orang yang mendapat posisi di pemerintahan, dimana sebelum mereka dipilih mereka sudah berjanji banyak kepada masyarakat, namun kebanyakan dari janji mereka merupakan omong kosong dan janji tersebut tidak dilakasanakan oleh mereka. Dimana, posisi mereka digambarkan dalam bentuk sebuah kursi dan saat mereka sudah duduk mereka lupa dengan janji tersebut.Â
Hal yang terjadi dalam teks anekdot yang saya jadikan contoh, juga terjadi di sekitar kita. Seperti contohnya, seorang caleg yang berjanji dalam kampanye untuk melakukan pembangunan yang lebih maju. Namun, setelah dipilih sang caleg ini lupa dengan janji tersebut dan tidak melakukannya.Â
Kesimpulan dari teks ini adalah bahwa anekdot dalam konteks pemimpin humoris dapat memiliki dampak negatif jika tidak dipahami dengan baik oleh pendengar atau jika disampaikan dengan cara yang salah. Meskipun anekdot sering kali digunakan sebagai sarana humor atau kritikan yang ringan, ada kemungkinan bahwa mereka dapat menyinggung atau menyebarkan kebencian jika tidak disampaikan dengan hati-hati.