Mohon tunggu...
aditya prima yudha
aditya prima yudha Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

Faculty of Economics and Business Universitas Pakuan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Peningkatan Kualitas Produksi dan Akses Pasar untuk Kelompok Petani Kopi Desa Megamendung, Bogor

21 Desember 2020   07:50 Diperbarui: 21 Desember 2020   08:15 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia di bawah Brazil, Kolombia dan Vietnam. Untuk pasar lokal, konsumsi kopi dalam negeri terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berbagai wilayah di Indonesia menjadi sentra penghasil kopi yang sudah dikenal baik pada skala nasional maupun internasional seperti Aceh, Sumatera Utara, Bali, Toraja dan Papua. 

Di Propinsi Jawa Barat, khususnya wilayah Bogor memiliki topografi wilayah pegunungan dan dataran tinggi yang sangat mendukung untuk budidaya tanaman kopi. Kopi Bogor belum cukup dikenal secara nasional, bahkan banyak dari masyarakat Bogor sendiripun tidak mengetahui bahwa Bogor memiliki potensi kopi yang cukup besar. 

Potensi kopi di Kabupaten Bogor seluas 5.668 ha, yang terdiri dari lahan kopi robusta 5.342 ha dan kopi arabika 326 ha, tersebar di Kecamatan Sukamakmur, Tanjungsari, Babakanmadang, Pamijahan, Rumpin, Cisarua dan Megamendung. Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. 

Desa Megamendung memiliki potensi kopi robusta dan Arabica dengan luas wilayah sekitar 500 ha. Permasalahan yang dialami para petani kopi di desa Megamendung adalah sangat bergantung kepada tengkulak dan belum menghasilkan kopi yang berkualitas baik. 

Pemanenan biji kopi dilakukan dengan sistem rambat yaitu keseluruhan buah cherry kopi dipetik baik buah cherry hijau ataupun merah, hal ini mengakibatkan mutu kopi menjadi rendah, dan produktifitas pohon kopi menjadi turun. Harga jual yang dibeli oleh para tengkulak relatif sangat murah. 

Proses pengolahan buah cherry kopi hingga menjadi green beans (bji kopi yang sudah kering) belum dilakukan dengan baik, dan sebagian besar petani kopi di desa Megamendung belum melakukan proses pengolahan ini.Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia di bawah Brazil, Kolombia dan Vietnam. 

Untuk pasar lokal, konsumsi kopi dalam negeri terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berbagai wilayah di Indonesia menjadi sentra penghasil kopi yang sudah dikenal baik pada skala nasional maupun internasional seperti Aceh, Sumatera Utara, Bali, Toraja dan Papua. 

Di Propinsi Jawa Barat, khususnya wilayah Bogor memiliki topografi wilayah pegunungan dan dataran tinggi yang sangat mendukung untuk budidaya tanaman kopi. Kopi Bogor belum cukup dikenal secara nasional, bahkan banyak dari masyarakat Bogor sendiripun tidak mengetahui bahwa Bogor memiliki potensi kopi yang cukup besar. 

Potensi kopi di Kabupaten Bogor seluas 5.668 ha, yang terdiri dari lahan kopi robusta 5.342 ha dan kopi arabika 326 ha, tersebar di Kecamatan Sukamakmur, Tanjungsari, Babakanmadang, Pamijahan, Rumpin, Cisarua dan Megamendung. Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Desa Megamendung memiliki potensi kopi robusta dan Arabica dengan luas wilayah sekitar 500 ha. 

Permasalahan yang dialami para petani kopi di desa Megamendung adalah sangat bergantung kepada tengkulak dan belum menghasilkan kopi yang berkualitas baik. Pemanenan biji kopi dilakukan dengan sistem rambat yaitu keseluruhan buah cherry kopi dipetik baik buah cherry hijau ataupun merah, hal ini mengakibatkan mutu kopi menjadi rendah, dan produktifitas pohon kopi menjadi turun. 

Harga jual yang dibeli oleh para tengkulak relatif sangat murah. Proses pengolahan buah cherry kopi hingga menjadi green beans (bji kopi yang sudah kering) belum dilakukan dengan baik, dan sebagian besar petani kopi di desa Megamendung belum melakukan proses pengolahan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun