Mohon tunggu...
Aditya HendrawanPutra
Aditya HendrawanPutra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi di bidang badminton

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Fix Your Bad Habit

30 November 2022   19:15 Diperbarui: 30 November 2022   19:21 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Sadar atau tidak, setiap orang pasti memiliki kebiasaan buruk. Tetapi, karena kebanyakan orang sudah sangat terbiasa, maka hal itu tidak dianggap lagi sebagai kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk dan kebiasaan baik membentuk pola dalam kehidupan sehari-hari, keduanya pun saling bersaing untuk mendominasi.

Secara naluri, setiap orang memiliki alarm untuk mengingatkan untuk mengingatkan diri mereka sendiri apabila mereka melakukan kesalahan, kekeliruan, atau sesuatu yang buruk. Menyepelekan kebiasaan kecil yang kemudian menjadi kebiasaan buruk yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain, atau bahkan lingkungan dalam skala besar

Lebih tepatnya ponsel, barang sebaguna yang mampu mendatangkan apapun yang orang mau. Ponsel sudah seperti barang wajib ada dimanapun orang itu berada. Tetapi adanya ponsel tidak membuat orang semakin pintar justru sebaliknya, nyawa menjadi taruhan hanya untuk terlihat menarik. 

Ketika semua orang berlomba-lomba untuk tampak bagus dengan satu atau dua foto, dengan rela mengkorbankan harga diri, kehormatan, sampai mengkorbankan nyawa yang tidak bisa diganti.

Judul : Fix Your Bad Habit

Penulis : Retno D.N

Penerbit : Psikologi Corner Yogyakarta

Editor : Herman Adamson

Tahun terbit : 2020

Tebal buku : iv + 156 halaman

Ukuran : 20cm x 14cm

Harga : Rp. 28.000

Peresensi : Aditya Hendrawan Putra

Ada istilah you are what you think, ada juga you are what you eat. Apa yang masuk kedalam tubuh akan keluar lagi dari tubuh dalam bentuk energi maupun kotoran. Jika yang kita konsumsi untuk otak kita adalah berita hoaks dan tidak berguna, maka yang keluar dari mulut kita adalah sesuatu yang bisa disebut sebagai kotoran,  kalimat kotor, kasar, atau kalimat yang seharusnya tidak kita ucapkan.

Sama halnya dengan tidur, orang-orang yang suka tidur telat atau tidur pada jam-jam yang dimana seharusnya mereka beraktivitas. Pagi hari sampai siang, mereka tidur, sedangkan sore sampai larut malam mereka beraktivitas. Kebiasaan buruk ini akan mereka maklumi meski sebenarnya menyalahi waktu-waktu kerja organ tubuh mereka sendiri.

 Dalam hal ini Retno D.N menjelaskan bahwa kesehatan tubuh adalah prioritas nomor satu bagi setiap orang. Kesehatan fisik dan jiwa adalah hal yang harus seimbang, karena ternyata sehat fisik belum tentu sehat jiwa. Aktivitas fisik contohnya yaitu dengan olahraga teratur, meditasi bisa dilakukan setelah sholat untuk orang muslim, karena sholat dilakukan dalam kondisi tenang menuju keadaan meditatif. 

Maka dari itu melakukan aktivitas fisik yang cukup, bermeditasi, dan disiplin dalam melakukan dua hal tersebut adalah kunci untuk memiliki kesehatan tubuh dan jiwa. 

Penulis menuliskan bahwa banyak hal yang kita anggap sepele namun ternyata hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan. Kebersihan merupakan hal yang sangat mendasar bagi kehidupan setiap orang. Hal yang mendukung kebersihan adalah kerapian, dimana dua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Lalu, satu hal yang mungkin masih dilupakan beberapa orang yaitu wewangian. Ketiga hal tersebut adalah elemen yang penting jika kita ingin merasakan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Kebersihan, kerapian, wangi, dan kenyamanan adalah empat hal sepele yang masih sering terabaikan namun sangatlah penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Retno D.N juga menuliskan tentang perasaan yang diinginkan semua manusia sesungguhnya adalah ketenangan dan kebahagiaan. Kebahagiaan bukan datang dari luar, tetapi dari dalam. Segala sesuatu yang terjadi diluar, adalah refleksi yang sudah diproyeksikan dari dalam diri, dan akan kembali masuk ke dalam diri untuk melihat respons balik. 

Dari dalam diri, kita memiliki kekuatan untuk menyembuhkan rasa sakit tanpa obat. Sumber utama tubuh adalah air. Tapi, sumber utama kehidupan adalah Sang Pencipta. Yang kita lihat ini tidak diciptakan secara acak, melainkan diciptakan dengan rumus yang teratur.   

Dalam bab ini Retno D.N menuliskan bahwa humoris dapat diartikan dengan kepintarannya membuat lelucon sehingga dengan mudah membuat orang lain tertawa. Sementara ceria dapat diartikan  sebagai orang yang mudah gembira dan tertawa. Banyak cara untuk membuat kita ceria, kita bisa lihat banyaknya konten-konten Youtube, Tiktok, Instagram, dan media sosial lainnya yang dijadikan tempat lucu-lucuan atau ajang pencarian bakat komedi pun sudah lama eksis.

Retno D.N menjelaskan dimasing-masing orang mungkin memiliki definisi berbeda pada toxic relationship, tapi apapun definisinya , efek "hubungan beracun" ini tetap sama merugikan. Dari banyaknya hubungan buruk itu, ada empat hubungan yang mungkin kita pernah mengalaminya, hubungan dalam keluarga, persahabatan, kekasih, dan hubungan dengan lawan jenis tapi bukan sebagai kekasih. 

Dan kita harus memilih dengan siapa akan bertahan dan dengan siapa kita menyerah lalu melepaskan.

Disini penulis menerangkan bahwa semua orang pasti memiliki keinginan maupun niat yang baik, tetapi terkadang hal tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik. Membuat perencanaan untuk tujuan jangka pendek dan jangka panjang adalah hal yang paling benar dilakukan. 

Misalnya saja bisa dengan mengatur ulang jadwal lama, mendata kebiasaan buruk dan membuat cita-cita jangka panjang dan jangka pendek. Pastikan semua keinginan yang telah disusun bukanlah suatu paksaan jika ada tujuan yang tidak tercapai, maka itu adalah resiko yang harus diambil dan kita harus mendisiplinkan diri.

Kelebihan dari buku ini yaitu buku ini sangat baik untuk dibaca oleh semua kalangan yang ingin memperbaiki kebiasaan buruknya karena membuat kita bisa mengetahui kebiasaan buruk yang biasa kita lakukan tanpa disadari, dan buku ini mudah dibaca karena ditulis dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

Kekurangan dari buku ini yaitu saat membaca buku ini mungkin sebagian orang akan merasa jenuh karena didalam buku ini isinya sangat monoton dan hanya berisikan tulisan saja. Penjelasan mengenai cara untuk memperbaiki kebiasaan buruk yang ada didalam buku ini juga kurang menegaskan apa yang harus dilakukan.

Kesimpulan dari buku ini yaitu kita tidak harus menghilangkan kebiasaan buruk kita sepenuhnya tetapi lebih tepatnya mengurangi kebiasaan buruk tersebut. Karena segala sesuatu akan menjadi buruk jika sudah berlebihan, bahkan hal yang baik pun akan menjadi buruk ketika berlebihan.

*) Mahasiswa Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun