Mohon tunggu...
Aditya Raihan Afnani
Aditya Raihan Afnani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Globalisasi Jepang dan Kapitalisme Oriental

22 Maret 2024   06:57 Diperbarui: 22 Maret 2024   06:58 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Globalisasi mengacu pada proses dimana negara dan masyarakat menjadi lebih saling terhubung melalui peningkatan arus barang, jasa, uang, manusia, dan ide melintasi batas internasional. Globalisasi ekonomi adalah salah satu aspek dari fenomena yang lebih luas dari globalisasi dan berfokus pada integrasi perekonomian nasional ke dalam perekonomian internasional melalui perdagangan, investasi asing langsung, aliran modal, migrasi, dan penyebaran teknologi.

Dalam lanskap ekonomi kontemporer, Jepang berdiri sebagai perpaduan unik antara kapitalisme Oriental tradisional dan globalisasi modern. Perpaduan ini telah membentuk kebijakan ekonomi dan strategi perusahaan, sehingga menghasilkan pendekatan yang berbeda terhadap pasar global.

Kapitalisme oriental di Jepang dicirikan dengan penekanannya pada stabilitas jangka panjang, keharmonisan kelompok ekonomi, dan jaringan hubungan interpersonal dalam konglomerat bisnis yang dikenal sebagai 'keiretsu'. Konglomerat ini sering kali menampilkan cross-shareholding agreement, yang menumbuhkan loyalitas dan saling mendukung di antara perusahaan anggota. Sistem ini berperan penting dalam munculnya keajaiban ekonomi Jepang pascaperang, yang memungkinkan terjadinya industrialisasi dan kemajuan teknologi yang pesat.

Namun, permulaan globalisasi menimbulkan tantangan yang signifikan terhadap model tradisional ini. Integrasi pasar global menuntut lebih banyak fleksibilitas, inovasi, dan perubahan menuju nilai pemegang saham. Respons Jepang adalah dengan mengadaptasi kerangka kapitalisme Oriental untuk mengakomodasi tekanan global ini. Adaptasi ini melibatkan deregulasi industri, mendorong kewirausahaan, dan mendorong investasi asing.

Pemerintah Jepang memainkan peran penting dalam transisi ini dengan menerapkan kebijakan yang membuka perekonomian terhadap perdagangan dan investasi internasional. Inisiatif seperti paket kebijakan ekonomi 'Abenomics' bertujuan untuk merevitalisasi perekonomian Jepang dengan menggabungkan stimulus fiskal, pelonggaran moneter, dan reformasi struktural.

Salah satu dampak globalisasi yang paling menonjol terhadap perekonomian Jepang adalah bangkitnya perusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan seperti Toyota, Sony, dan Panasonic telah menjadi nama terkenal di seluruh dunia, yang menunjukkan kemampuan Jepang dalam memanfaatkan pasar global sambil mempertahankan budaya perusahaan yang berbeda yang berakar pada kapitalisme Oriental. Selain itu, pendekatan Jepang terhadap globalisasi ditandai dengan komitmen terhadap kualitas dan inovasi. Label 'Made in Japan' identik dengan standar tinggi dan keunggulan teknologi, sebuah reputasi yang dimanfaatkan perusahaan Jepang untuk bersaing secara global.

Meskipun terdapat keberhasilan-keberhasilan tersebut, integrasi Jepang ke dalam perekonomian global bukannya tanpa tantangan. Negara ini menghadapi stagnasi ekonomi, populasi yang menua dengan cepat, dan kebutuhan untuk menyeimbangkan budaya kerja yang unik dengan tuntutan angkatan kerja global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun