Mohon tunggu...
Aditya Cahya Saputra
Aditya Cahya Saputra Mohon Tunggu... -

Student of Bogor Agricultural University

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Eksplorasi Negeri Dua Benua

2 Agustus 2015   07:18 Diperbarui: 12 Agustus 2015   07:08 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang” (Imam Syafii)

Pepatah dari Imam Syafii diatas bisa menjadi motivasi bagi kita untuk terus menjelajahi bumi ini untuk menemukan segala kebesaran Sang Pencipta Alam Semesta ini, Allah Azza Wajalla. Hal inilah yang mendasari perjalanan Aditya Cahya Saputra sebagai delegasi Indonesia dalam ajang Student Congress on International Relations (SCIR) 2015 di Maltepe University, Istanbul, Turki 12-15 April 2015. Dia merupakan salah satu dari dua perwakilan yang mewakili Indonesia dalam event tahunan kampus Maltepe University. Dalam ajang kali ini dia membawakan sebuah paper yang berjudul “Analysis the Phenomena of Death Penalty for Law Enforcement in Indonesia.

Mahasiswa yang mengambil jurusan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor berkesempatan mendapatkan wawasan yang berharga mengenai isu-isu hubungan Internasional dari peserta konferensi yang lain. Sebagian besar peeserta berasal dari daerah Balkan dan Mediterania seperti Macedonia, Serbia, Georgia, Kosovo serta negara-negara pecahan Uni Sovyet seperti Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan lain-lain. Pelajaran mengenai sejarah dan konflik masing-masing negara asal peserta menjadi bahan kajian yang menarik pada event ini.

Namun yang tidak kalah menarik dari event ini adalah perjalanan tak terlupakan dalam menyusuri negeri dua benua ini. Konferensi diadakan di Istanbul bagian Asia sehingga untuk mencapai tempat wisata harus menyeberang ke benua seberang melewati jembatan yang berdiri kokoh di atas Selat Bosphorus. Sungguh indah dan pengalaman yang menakjubkan bisa merasakan sensasi perjalanan dua benua.

Perjalanan spiritual mengunjungi tempat bersejarah peradaban Islam di zaman Kekhilafahan Utsmani menjadi agenda terakhir yang diadakan event ini. Sultanmehmet Mosque dan Hagia Sophia menjadi tempat utama destinasi tujuan paling menarik di kota Istanbul dengan bangunan khas dan nilai-nilai filosofisnya. Sultanmehmet Mosque atau yang lebih dikenal Blue Mosque menjadi masjid terbesar di Istanbul yang setiap hari dikunjungi banyak wisatawan baik muslim maupun non muslim untuk melihat arsitektur dan ornamen khasnya yang didominasi warna biru yang indah. Berbeda dengan Hagia Sophia yang dulu menjadi saksi digunakan sebagai tempat ibadah dua agama Samawi, yaitu Nasrani dan Islam. Keberadaannya sekarang dijadikan sebagai museum dan tempat wisata bagi pengunjung dari berbagai negara.

Perjalanan dalam menyusuri negeri dua benua dan pusat peradaban Islam masa lalu menjadi pengalaman yang tidak terlupakan dan inspiratif untuk dibagikan kepada orang lain. Alhasil tidak hanya sekedar wawasan hubungan Internasional yang didapatkan, perjalanan spiritual menjadi bumbu abadi yang membekas dalam kehidupan travellernya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun