Mohon tunggu...
adi surya
adi surya Mohon Tunggu... -

abdi dalem, suroboyo

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mas Inu, Apa yang Anda Cari?

12 Agustus 2010   14:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:06 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkenalan pertama saya dengan tulisan mas Inu terjadi awal Maret 2009, tentang kunjungan presiden ke bencana alam di Jawa Barat.Terus terang saya miris dengan ibu-ibu pejabat yang berseragam pink, sempat-sempatnya berpose di sawah sambil mengacungkan tanda victory, serasa lagi tamasya mungkin. Sulit rupanya untuk membangkitkan empati terhadap korban bencana, padahal masih di lokasi bencana. Apalagi saat suaminya sedang bekerja, mungkin kepentingan rakyat menjadi prioritas terakhir.

Perjumpaan kedua dengan tulisan mas Inu, ketika saya membaca postingan kegelisahan mas Inu menunggu kehadiran Pak Beye ke UN (United of Ngajogjakarta). Sempat saya terkecoh dengan postingan tersebut. Walah, ternyata mas Inu lagi dag-dig-dug menunggu kehadiran buku Pak Beye dan istananya ke rumah mas Inu.

Saya kemudian membuka arsip postingan mas inu dari tahun 2008. Ya, saya mengerti kegelisahan mas Inu bahwa sebagai wartawan tentu harus menulis apa adanya statement resmi dari istana di harian Kompas. Walaupun, di salah satu postingan, mas Inu meragukan statement Pak Andi tentang sesuatu topik pertemuan Pak JK dan Pak Beye.

Terus terang, ketika membaca kabar mas Inu dilengserkan dari istana Negara ke UN, saya merasa kehilangan liputan khusus soal istana. Dan memang betul, postingan dari mas Inu setelah lengser dari istana, banyak mengulangi postingan yang terdahulu, termasuk foto-foto yang digunakan. Akhirnya puncak keterkejutan saya adalah penerbitan buku tetralogi Pak Beye. Saya menghormati keberanian dan integritas serta keinginan berbagi mas Inu ketika menulis tentang istana dan fenomena di dalamnya dari sisi investigatif.

Namun menerbitkan tulisan blog dalam bentuk buku adalah persoalan lain. Penerbit tentu sangat berkepentingan dengan modal dan keuntungan yang diperoleh. Dan sisi integritas maupun keinginan berbagi mas Inu pada titik ini bersilangan dengan kepentingan penerbit. Tentu harga buku tersebut , masih terjangkau oleh Kompasianer. Bukan pada masalah harga, tetapi lebih ke idealisme dan keinginan awal mas Inu untuk berbagi.

Tetapi siapalah saya hendak mempermasalahkan penerbitan buku tersebut. Materi tentu bukan masalah bagi mas Inu, karena gaji wartawan jelas sangat layak. Tenar? Siapa kompasianer yang tidak kenal dengan mas Inu? Semoga pihak istana tidak mempermasalahkan buku tersebut. Mas Inu, apa yang Anda cari lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun