Perkenalan pertama saya dengan tulisan mas Inu terjadi awal Maret 2009, tentang kunjungan presiden ke bencana alam di Jawa Barat.Terus terang saya miris dengan ibu-ibu pejabat yang berseragam pink, sempat-sempatnya berpose di sawah sambil mengacungkan tanda victory, serasa lagi tamasya mungkin. Sulit rupanya untuk membangkitkan empati terhadap korban bencana, padahal masih di lokasi bencana. Apalagi saat suaminya sedang bekerja, mungkin kepentingan rakyat menjadi prioritas terakhir.
Perjumpaan kedua dengan tulisan mas Inu, ketika saya membaca postingan kegelisahan mas Inu menunggu kehadiran Pak Beye ke UN (United of Ngajogjakarta). Sempat saya terkecoh dengan postingan tersebut. Walah, ternyata mas Inu lagi dag-dig-dug menunggu kehadiran buku Pak Beye dan istananya ke rumah mas Inu.
Saya kemudian membuka arsip postingan mas inu dari tahun 2008. Ya, saya mengerti kegelisahan mas Inu bahwa sebagai wartawan tentu harus menulis apa adanya statement resmi dari istana di harian Kompas. Walaupun, di salah satu postingan, mas Inu meragukan statement Pak Andi tentang sesuatu topik pertemuan Pak JK dan Pak Beye.
Terus terang, ketika membaca kabar mas Inu dilengserkan dari istana Negara ke UN, saya merasa kehilangan liputan khusus soal istana. Dan memang betul, postingan dari mas Inu setelah lengser dari istana, banyak mengulangi postingan yang terdahulu, termasuk foto-foto yang digunakan. Akhirnya puncak keterkejutan saya adalah penerbitan buku tetralogi Pak Beye. Saya menghormati keberanian dan integritas serta keinginan berbagi mas Inu ketika menulis tentang istana dan fenomena di dalamnya dari sisi investigatif.
Namun menerbitkan tulisan blog dalam bentuk buku adalah persoalan lain. Penerbit tentu sangat berkepentingan dengan modal dan keuntungan yang diperoleh. Dan sisi integritas maupun keinginan berbagi mas Inu pada titik ini bersilangan dengan kepentingan penerbit. Tentu harga buku tersebut , masih terjangkau oleh Kompasianer. Bukan pada masalah harga, tetapi lebih ke idealisme dan keinginan awal mas Inu untuk berbagi.
Tetapi siapalah saya hendak mempermasalahkan penerbitan buku tersebut. Materi tentu bukan masalah bagi mas Inu, karena gaji wartawan jelas sangat layak. Tenar? Siapa kompasianer yang tidak kenal dengan mas Inu? Semoga pihak istana tidak mempermasalahkan buku tersebut. Mas Inu, apa yang Anda cari lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H