Mohon tunggu...
Aditya Setiawan
Aditya Setiawan Mohon Tunggu... profesional -

Fresh graduate. Lagi magang. Suka nonton. Tertarik nulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Riwayat Aku dan Lingkungan

24 Maret 2014   21:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:32 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada suatu hari di ibu kota, lahirlah Aditya, seorang bayi laki – laki yang tampan. Aditya adalah bayi yang sangat lucu dan menggemaskan. Seperti bayi pada umumnya, ia mengompol setiap malam. Untuk mengatasi masalah itu, sang ibu memakaikan buah hatinya popok. Popok yang dipakai adalah popok berbahan kain, bukan popok sekali pakai berbahan plastik. Si ibu menganggap popok kain lebih nyaman bagi Aditya karena terbuat dari kain yang lembut. Menurut ibu, popok kain lebih hemat karena bisa dipakai ulang (reuse). Selain itu, dengan menggunakan popok kain si ibu dapat mengurangi (reduce) penggunaan plastik. Popok sekali pakai mengandung bahan plastik yang sulit terurai dalam tanah sehingga hanya akan menambah tumpukkan sampah.

Saat berusia 6 tahun, Aditya siap mengecap bangku pendidikan di level sekolah dasar. Ayah dan ibu memasukkannya ke sekolah dengan kualitas terbaik yang jaraknya dekat dengan rumah. Aditya bersepeda untuk sampai ke sekolah. Menurut ayah, bersepedalebih menyehatkan. Disamping itu, sepeda juga ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar (reduce).Setiap hari ibu menyiapkan bekal makan siang lengkap dengan botol berisi air putih. Ibu membelikan Aditya botol minuman yang bisa dipakai berulang kali (reuse). Ibu menganjurkan untuk selalu membawa botol air minum sendiri agar tidak perlu membeli air mineral yang dikemas dalam botol plastik (reduce). Kalaupun terpaksa membeli air mineral kemasan botol plastik, Aditya dilarang membuang sembarangan sampah botol plastik tersebut. Kata ibu, sampah botol atau sampah anorganik lain yang mengandung bahan plastik tidak boleh dibuang sembarangan karena sulit terurai (undegradable) sehingga dapat menyebabkan banjir dan kerusakan tanah. Sampah botol plastik bisa juga dijadikan bahan kerajinan tangan seperti vas bunga atau celengan uang (recycle). Kalau sampah organik seperti daun atau sisa makanan juga tidak boleh dibuang sembarangan apalagi dibakar. Sebaiknya dikubur dalam tanah agar menjadi pupuk.

Beberapa tahun kemudian, Aditya telah bermetaformosis menjadi remaja yang aktif, adaptif dan kreatif. Prestasi di sekolah dasar dan menengah mengantarkannya menuju pintu gerbang salah satu universitas terbaik di negeri ini. Ia mengambil jurusan Arsitektur. Selama kuliah, ia merasa telah banyak menyia – nyiakan kertas untuk tugas kuliah yang harus direvisi. Untuk itu, ia berusaha mengerjakan tugas seteliti mungkin agar tidak ada kertas yang terbuang percuma. Ia sebisa mungkin mengirim tugas/tulisan dalam bentuk surel (e – mail). Ia lebih suka membaca buku elektronik (e – book) dan blog untuk meminimalisir penggunaan kertas. Di sela – sela kesibukan kuliah, ia aktif mengikuti berbagai organisasi kampus. Terlebih lagi yang berhubungan dengan kegiatan pelestarian lingkungan. Bersama teman – temannya, ia melakukan kegiatan reboisasi di lingkungan kampus. Mereka kerap melakukan sosialisasi tentang pentingnya menjalankan gaya hidup ramah lingkungan (green lifestlye). Sosialisasi dilakukan melalui  media cetak, elektrionik dan internet yang mampu menjaring generasi muda. Salah satu wujud nyatanya adalah sosialisasi melalui tulisan atau artikel yang dibagikan melalui blog.

Hari ini, tibalah saatnya Aditya diwisuda. Sebagai Arsitek, ia bertekad merancang bangunan eco friendly. Ia berprinsip bangunan harus melebur dan bersinergi dengan lingkungan. Contohnya, jendela yang tidak menghalangi cahaya matahari sehingga tidak perlu menyalakan lampu/listrik di siang hari. Atau taman yang dilengkapi lubang biopori guna mencegah banjir dan menambah pasokan air tanah (recycle). Teknologi yang dimanfaatkan dengan cermat membantu mencegah terjadinya gobal warming. Untuk mewujudkan cita – citanya menjadi Arsitek ramah lingkungan, ia ingin sekali bergabung dengan World Wide Fund (WWF) yang bergerak dibidang konservasi alam. WWF telah banyak berkontribusi untuk kelestarian lingkungan.

Akan tetapi, usaha Aditya dan WWF saja tidaklah cukup. Dibutuhkan dukungan dari pemerintah. Pemerintah yang tegas dan berani menindak pelaku pengerusakan lingkungan. Menghukum setimpal orang yang merokok dan membuang sampah sembarangan, membakar hutan, serta melakukan perburuan liar. Selain itu, di bidang pertambangan dan industri pemerintah harus bisa menyeimbangkan antara eksploitasi sumber daya alam dengan revitalisasinya. Jangan sampai sumber daya kita habis tanpa ada penggantinya. Di bidang pajak, pemerintah telah meluncurkan e - filing dan e - SPT terkait pelaporan pajak secara elektronik. Diharapkan, kemajuan instansi pajak dapat diikuti instansi pemerintahan yang lain. Pemerintah perlu lebih agresif merumuskan kebijakan yang melindungi kelestarian alam sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat akan SDA tersebut. Memfasilitasi masyarakat pendidikan tentang isu - isu kerusakan alam. Disisi lain, masyarakat memegang peranan penting dalam menentukan/memilih pemerintah yang peduli pada lingkungan. Masyarakat peduli lingkungan (green people) menciptakan pemerintahan yang peduli lingkungan (green governance).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun