Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Hajar Aswad: Antara Mencium dan Menyembah

31 Maret 2024   07:22 Diperbarui: 31 Maret 2024   07:30 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemandangan di Hajar asawadKabah adalah kiblat bagi ummat muslim untuk menyembah Tuhan. Hajar aswad yang berada di Kabah tentu akan menjadi bagi tak terpisahkan dalam proses peribadahan tersebut.  

Kabah di masjidil Haram adalah baitullah. Rumah Tuhan. Tempat dimana seharusnya, sifat kemanusiaan menipis dan sifat keilahian menebal. Di jantung tepat sembahyang , sifat kemanusiaan terpinggirkan bahkan sebaliknya ditanggalkan sementara untuk totalitas dalam menghadap Tuhan. Sifat keilahian dikedepankan. 

Diutamakan. Semua tuntunan akan hal yang  bersifat keduniaan, digantikan oleh semua hal yang berorientasi akherat atau ukhrawi. Di sini manusia disadarkan kembali akan siap dirinya , dari mana  berasal dan kemana  nanti akan kembali.

Adanya contoh dari Nabi yang mencium hajar aswad , membuat ummat muslim yang berhaji atau umroh berusaha keras agar bisa menciumnya. Meski harus berdesakan desakan dan dorong dorongan dengan sesama jammah di kabah. Segala usaha dilakukan demi bisa mingikuti sunah Nabi, bahkan sampai ada yang menggunakan jasa joki mencium hajar aswad

Namun , ada rasa kecewa ketika melihat pemandangan ummat muslim mencium hajar aswad. Di sana sifat kemanusiaan justru makin menguat. Sifat mengutamakan diri sendiri begitu menonjol. Tidak peduli ketika harus mendesak. Tak jarang juga ketika harus mendorong. Semua berlomba berada paling di depan. Semua berlomba yang lebih dulu. Mencium lebih dahulu. Memeluk lebih dahulu. Memeluk selama mungkin sekuat mungkin.

Begitulah pemandangan yang terjadi Hajar aswda, saat puncak umrah ataupun Haji. Begitu  terjadi berulang kali. Bahkan tidak jarang samapai pingsan dan bahkan sampai terinjak injak.

Yang lebih parah lagi adalah usaha untuk mencium hajar aswad demi mengikuti sunah nabi,dijadikan bahan untuk diabadikan camera demi sebuah konten di media sosial. Sampai harus menghalang-halangi jamah lain yang juga mau mencium hajar aswad.

Itu tentu menjada hal yang kontradiksi. Di jantung tempat ibadah, di tanah  suci, , di rumah Tuhan. Seharusnya membuat semua orang tersadar. Untuk lebih  mengutamkan apa yang diperintahkan Tuhan. Mengedepankan akhlak mulia yang diajarkan Tuhan lewat utusanya Nabi Muhammad. Sifaat sifat yang mulia. Sifat yang rahmatan lil 'alamin. Sifat yang membuat kedamaian bagi seluruh alam. Sifat saling mengasihi yang lain. Sifat mengutamakan kepentingan orang lain. Sifat tidak egois , mengejar kepentingan sendiri tanpa peduli orang lain sesama muslim.

Tentu kejadian kejadian tersebut  , menjadi hal yang tidak diharapkan terjadi justru di rumah alloh ,Di tanah suci Mekah, disitu juga kita tidak menghormati sekaligus mengamalkan apa yang diajarkan yang punya rumah ( baitullaoh ). 

Atu mungkin dengan kejadian tersebut  , Tuhan sedang memberikan cermin kepada umat islam,  Itulah potret ummat islam yang mengklaim umat terbaik di muka bumi.  Potret yang tidak bisa dibohongi lagi. Apa yang biasa manusia kerjakan disitu juga akan muncul wajah sebenarnya. Tidak ada yang bisa menutup nutupi lagi. Semua seperti dibuka lebar. Dan manusia pun menunjukkan sifat yang sebenarnya.

Ummat islam banyak yang terjebak kepada sikap menyembah hajar aswad, hingga perbuatan yang dilarang Tuhan dilakukan . Padahal dalam hadist  anjuran mencium itu pun dibatasi oleh pertimbangan keselamatan diri sendiri dan orang lain. Apa gunanya mencium hajar aswad ketika harus mendorong dan mendesak sesama muslim hingga terjatuh dan terluka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun