Sikap obyektive, adalah menilai orang atau sesuatu berdasarkan fakta dan keadaannya. Penilaian yang jujur dan tidak ada unsur interest atau kepentingan pribadi atau pihak manapun dalam bersikap. Ini merupakan sikap yang sulit . Tidak sembarangan orang bisa mempraktekannya . Hanya orang-orang yang jujur dan sudah lulus dengan kepentingnnya pribadi yang bisa melakukan.
Salah satu orang yang paling merasakan dari sikap tidak objektiv banyak orang, adalah eks Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Dari banyak tokoh bisa dikatakan dialah orang yang paling banyak menjadi korban, akibat perbuatan orang yang tidak obyektiv. Hampir sepanjang dia menjabat sebagai gubernur DKI, sikap tidak obyektive kelompok tertentu bagai tak pernah berhenti menimpanya .
Dan serangan ketidak obyektivan itu seperti teroganisir dan massive melibatkan banyak pemilik kepentingan di negeri ini. Yaitu pihak--pihak yang ingin mempertahankan kekuasaan dan pengaruhnya.
Tindakan Anies yang benar saja dikomentari pedas , apalagi kalau melakukan kesalahan akan dihajar dan digoreng dan diserang habis habisan dengan kata kata yang pedas dan terkadang rasis. Bahkan tak jarang bertolak belakang dari fakta sebenarnya di lapangan.
Bayangkan Gubernur, dengan segudang prestasi baik nasional dan internasional, sebuah prestasi yang sangat jarang bahkan belum ada yang menyamai seangkatannya. sampai muncul di pencarian google sebagai gubernur terbodoh. Betapa massivenya gerakan serangan down grade ke sosok Anies Baswedan ini.
Data Faktual
Sikap obective secara teori seharusnya lebih mudah dilakukan . Karena semua yang dinilai sudah ada dalam objek yang ditemukan. Apa yang dilihat dengan semua indera tinggal diungkapkan langsung. Apa yang dilihat mata. Apa yang dirasakan hati. Apa yang didengar telinga. Itu saja. Tidak perlu berimajinasi. Tidak perlu mereka --reka dan mengada-adakan apa yang tidak ada.
Namun itu yang menjadi problem. Dalam dunia yang serba banyak tuntutan ini, semua mengejar ambisi diri atau kelompok untuk menjadi terdepan. Tidak peduli dengan caranya untuk mencapai . Bersikap tidak objektive terhadap orang lain, menyebarkan hoaks atau bahkan mendown grade menjadi hal yang lumrah. Yang penting tujuan tercapai. Apalagi bila yang dikerjakan itu dapat mendatangkan uang dan ketenaran. Dua hal yang menjadi magnet yang sangat menggiurkan bagi semua orang. Bahkan ada yang sampai menggadaikan idealisme .
Hoaks Menguasai
Sikap meghalalkan segala acara demi tercapai tujuan , sebenarnya bukan hal baru. Dari jaman dulu sudah ada. Namun dengan perkembangan teknologi khususnya media sosial , penyebaran berita atau issue menjadi hal yang lebih mudah dilakukan dan lebih cepat dalam menjangkau khalayak secara luas.
Kemunculan Anies Baswedan di google sebagai gubernur terbodoh menunjukkan betapa tidak objectivenya penilaian terhadap eks orang nomor satu di DKI tersebut. Dan data itu tidak akan muncul kalau tidak data banyak yang beredar dan bersifat tidak objektive. Penilaian berdasarkan kepentingan tertentu yaitu mendowngrade Anies Baswedan.