Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Married antara The World dan The Word

24 April 2020   05:48 Diperbarui: 24 April 2020   06:04 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Married. Menikah. Kata ini belakangan lagi naik daun. Menjadi buah bibir. Menjadi perbincangan banyak orang. Entah karena pengaruh tayangan drama Korea "The world of the married" yang lagi ngehits atau tidak, belum bisa dipastikan. 

Mungkin juga karena mendekati moment lebaran. Belum tahu juga,. Karena di moment itu kata menikah ini akan sering diucapkan orang orang tua kepada anak atau cucunya. Tentu dilengkapi dengan kata tanya.. Ya " Kapan akan menikah.?

Menikah identik dengan hal hal yang indah. Serba menyenangkan. Penuh dengan kebahagiaan. Serta serba mengasyikan. Itu kesan kesan yang muncul, ketika melihat prosesinya waktu akad nikah. Yang disertai ucapan janji suci untuk selalu bersama.

Dalam suka maupun duka.. Dalam sedih maupun gembira. Membuat hati dan pikiran menjadi tentram dan tenang. Karena yang selama ini dipikirkan sekarang ada disampingnya. Yang selama ini dirindukan tiap malam akan menemaninya. Dan bisa melewatkan waktu kemanapun bersama sama. Ini married dalam bentuk world. Alias dunia pernikahan. Dunia setelah seseorang menikah. Dunia yang sudah dialami dan dirasakan.

Itu pandangan yang muncul mengenai menikah, dari sudut orang yang sudah melangsungkannya. Yang sudah merasakan langsung sendiri. Bukan sekedar cerita dari teman atau saudara atau orang tuanya.

Sementara untuk yang baru siap siap melangsungkannya , bolehlah mulai membayangkan semua keindahan itu. Tetapi jangan berlebihan , nanti waktu terasa berputar lebih lama. Dan waktu pernikahan yang ditunggu tunggu terasa menjadi lebih panjang.

Sementara menikah dalam pandangan, para single lain lagi. Ingat singel ya bukan jomblo. Mereka memang memilih single. Single menjadi pilihan. Bukan terpaksa jomblo. Karena dipaksa keadaan. Bagi para single kata menikah menjadi hal yang tabu untuk diucap. Kata yang menakutkan. Serta menjadi beban. Bahkan kata yang menyebalkan. Mengganggu privasi dan kenyamanan.

Setiap ada pertanyaan tentang menikah, inginnya cepat cepat pergi meninggalkannnya. Kenapa harus kata itu yang mesti ditanyakan. Padahal ada ribuan kata yang lain. Sudah begitu nanyanya berulang-ulang lagi.

Maksud penanya sih baik, untuk memastikan. Tetapi bagi para single mengulang kata itu beratti menambah aib dan malu. Ini married dalam bentuk word. Married dalam bentuk kata , yang belum dialami. Baru dibayangkan.

Dalam pandangan para single, menikah bukan sekedar mengejar status semata. Juga bukan karena terlalu memilih. Tetapi mereka belum mau menikah ya kerena memang belum menemukan pasangan yang cocok. Belum menemukan jodohnya.

Ada juga yang dikarenakan , lagi fokus membangun karier. Karena karier yang bagus merupakan salah satu usaha agar bisa membangun keluarga yang bahagia. Harta memang bukan jaminan kebahagiaan tetapi tanpa harta bahagia tentu sulit diwujudkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun