Tuh kan. Lagi-lagi, sisi kejujurannya tidak dihargai. Ada ngambek untuk ‘selingkuh’, tetapi tidak ada penghargaan untuk kejujurannya. (Kalo cowok yang ‘diselingkuhin’ sih biasanya bukan ngambek, tetapi ngediemin, dan menjauhi, alias meninggalkan).
Umumnya kita sudah sepakat menginginkan putra-putri bangsa ini tumbuh dan berkembang sebagai orang-orang yang jujur, tetapi keinginan itu seringkali tidak selaras dengan cara kita membesarkan putra-putri bangsa ini. Alih-alih ingin menjadikan anak-anak sebagai figur yang jujur, justru malah melemahkan semangat mereka untuk jujur.
Sebenarnya penting bagi kita untuk sabar dalam teliti menyikapi hal-hal semacam tadi. Sungguh benar bahwa seseorang patut dihukum atas kesalahannya, tetapi seseorang juga patut dihargai atas sisi baiknya. Kesalahan dan kejujuran itu dua hal yang berbeda. Anak yang salah memang idealnya dihukum, tetapi bila anak jujur, idealnya anak juga dihargai atas kejujurannya. Bukan cuma menghukum kesalahan tanpa menghargai kejujurannya.
Jadi, bila kita ingin putra-putri bangsa ini menjadi sosok-sosok yang jujur, kita juga harus mau menghargai kejujuran mereka. Setidaknya untuk membuat mereka sadar bahwa kejujuran itu benar-benar berharga. Kita sama-sama berusaha!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H