Pagi yang hangat. Benar-benar hangat setelah dua hari sebelumnya dilanda hujan dan suhu yang dingin. Meski kemarin cuacanya cerah seharian, jejalanan di dekat rumah tampak menunjukkan bekas-bekas basah, tanda masih ada sisa-sisa hujan. Atau mungkin Cijerah memang hujan kemarin siang atau sorenya. Saya pun berjalan beberapa ratus meter menuju sebuah jalan yang agak besar, untuk mendapatkan sebuah tumpangan menuju bagian Utara dari Kota Kembang. Memang ada beberapa pilihan yang bisa ditempuh untuk sampai ke tujuan, dan meski di rumah ada kendaraan pribadi, saya lebih memilih naik angkot. Ketimbang angkutan umum, menggunakan kendaraan pribadi memang relatif lebih cepat. Tetapi ada alasan yang membuat saya akhirnya lebih memilih untuk naik angkot. Selain lebih merakyat, kendaraan umum adalah pilihan yang menurut saya bisa mengurangi volume kendaraan di dalam kota. Selain itu, sebenarnya ada lagi, yaitu menikmati musik yang menjadi selera orang-orang seperti saya. [caption id="attachment_304196" align="aligncenter" width="320" caption="Speaker di bawah jok artis."][/caption] Awalnya saya acuh dengan suara radio yang terdengar dari speaker di bawah kursi penumpang. Tetapi setelah terdengar sebuah dendang yang terasa familiar dalam benak, hati ini pun seakan mulai berjoged. Bahkan saya menyempatkan untuk menulis status di laman Fb tentang cita rasa angkot ini. Pandangan pertama, awal aku berjumpa... [caption id="attachment_304194" align="aligncenter" width="320" caption="A. Rafiq pada era keemasannya."]
Taariiiik Maaang ! 19 November 2013 *Bisa juga dibaca di blog.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H