Pada kesempatan kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya menjadi seminaris tingkat pertama. Saya pertama kali datang ke seminari ini adalah pada tanggal 21 Juli 2024. Saya datang ke seminari ini dari rumah saya di Solo dengan mengendarai mobil bersama keluarga saya, perjalanan yang ditempuh waktu itu kurang lebih 3 jam lamanya. Sesampainya di seminari, semua badan saya terasa lelah sekali, karena menempuh perjalanan yang lama.
  Waktu pertama kali sampai di tempat ini perasaan saya terasa begitu bahagia, karena saya membayangkan akan mudah beradaptasi di tempat ini, tetapi rupanya hal itu tidak sesuai dengan apa yang saya bayangkan. Kesedihan saya pertama kali muncul ketika ditinggal orang tua dan keluarga kembali pulang, waktu itu hati saya terasa begitu sakit rasanya, rasa sedih juga tak terkontrol pula. Menjalani hari-hari awal di seminari ini terasa begitu berat rasanya, semua sudah terasa begitu berbeda adanya. Yang awalnya di rumah banyak orang yang dikenal, sekarang hanya ada diri sendiri dalam kesendirian.
  Ketika berada disini, saya memang sulit untuk beradaptasi, baik adaptasi dengan tempat baru maupun dengan lingkungan yang baru pula. Ketika sekitar 5 hari di tempat ini, saya menangisi keadaan saya saat itu, ketika itu saya menangis dalam kesendirian dalam kamar mandi. Memang memalukan, tetapi itu salah satu cara saya melampiaskan rasa sedih dan sakit saya. Setelah menangis perasaan saya kemudian terasa sedikit lega, tetapi tetap ada rasa sedih yang selalu membekas di hati saya.
  Setelah beberapa lama saya berada di tempat ini, saya sedikit demi sedikit saya mulai mencoba menjalin relasi dengan orang lain untuk mengobati rasa kesepian saya ini. Walaupun sulit(karena saya pemalu), tetapi saya mencoba untuk memberanikan diri berelasi dengan orang lain, mau tidak mau saya harus melakukan itu untuk mengatasi rasa kesepian ini. Setelah berhasil mendapatkan banyak teman disini, saya sudah dapat mulai kerasan berada di tempat ini. Setelah saya menyadari hal tersebut, rupa-rupanya untuk berada disini tidak dapat bila ingin berjalan sendirian, sesungguhnya berjalan bersama teman-teman lain sungguh membahagiakan.
  Hari demi hari berlalu, kemudian saya mulai menghadapi berbagai mata pelajaran disini, jujur saja saya pernah minder ketika melihat teman-teman lain, dan saya selalu bertanya-tanya pada diri saya, ''Apakah saya mampu seperti orang lain?''. Tetapi seiring berjalannya waktu saya sadar, bahwa menjadi diri sendiri itu lebih baik disini, mengembangkan sesuatu yang menjadi nilai plus dalam diri sendiri lebih menarik untuk dilakukan. Sekarang, saya meyakini bahwa di seminari ini kita berjalan bersama-sama, tidak ada kata persaingan di antara kita, yang ada hanya rasa saling peduli satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H