Mohon tunggu...
Aditia saputri
Aditia saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nothing special here.

Be yourself, you don't have to be perfect!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tumbuh Sehat Bersama Gizi : Edukasi Pencegahan Stunting Melaui Kesehatan Gizi Keluarga di Desa Kuripan, Ciseeng

26 Desember 2024   10:11 Diperbarui: 26 Desember 2024   10:20 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Edukasi Pencegahan Stunting Melalui Kesehatan Gizi Keluarga di Desa Kuripan, Ciseeng

Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan banyaknya kasus kurang gizi pada anak balita, usia masuk sekolah baik pada laki-laki dan perempuan. Masalah gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan rendahnya kualitas tingkat pendidikan, salah satu dampak negatifnya adalah tingginya angka ketidakhadiran dan tingginya angka putus sekolah. Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata (Achmad, Dadang and Latipah, 2022). Balita merupakan periode emas dalam pertumbuhan fisik, mental dan emosional anak. Siklus pertumbuhan dan perkembangan pada balita membutuhkan zat gizi lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur lain, sehingga balita lebih rentan mengalami masalah gizi (Nafijah, Wardoyo and Mahmudiono, 2017; Rahayu et al., 2021).

Menurut Kemenkes, stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia dengan prevalensi yang cukup tinggi. Stunting disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu lama pada masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang merupakan masa-masa pemenuhan gizi untuk balita. Standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005 menunjukkan, nilai z-skor nya kurang dari -2SD dikategorikan pendek, dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD (Hamzah and B, 2020).

Pembangunan kesehatan Indonesia dalam periode tahun 2020-2024 difokuskan pada beberapa program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit menular dan pengendalian penyakit tidak menular. Upaya peningkatan status gizi masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang tercantum di dalam sasaran pokok Rencana Pembangunan jangka Menengah Tahun 2020 -- 2024. Target penurunan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak balita (dibawah 2 tahun) adalah menjadi 14% (RPJMN, 2020 -- 2024).

Terjadinya stunting dipengaruhi oleh banyak faktor, baik secara langsung seperti rendahnya asupan gizi dan status kesehatan, sedangkan penyebab tidak langsung seperti faktor pendapatan dan kesenjangan ekonomi, sistem pangan, sistem kesehatan, urbanisasi, dan lain-lain. Multi faktor yang sangat beragam tersebut membutuhkan intervensi yang paling menentukan yaitu pada 1000 HPK (1000 hari pertama kehidupan). Waktu yang paling penting untuk memenuhi kebutuhan gizi anak adalah pada 1.000 hari pertama kehidupan yaitu sejak pembuahan sampai dengan ulang tahun kedua anak. Selama periode ini (1000 hari pertama kehidupan), anak mengalami peningkatan kebutuhan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, anak lebih rentan terhadap infeksi, anak memiliki kepekaan yang tinggi terhadap pemrograman biologis dan anak sangat bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, perawatan dan interaksi sosial (Black et al., 2013)

Salah satu faktor penyebab terjadinya stunting adalah kekurangan status gizi atau masalah kurangnya gizi kronis karena kurangnya pengetahuan, pengaruh pola asupan gizi yang diberikan ibu pada anak tersebut terhadap status gizi anak, pengetahuan ibu tentang pola asupan gizi, masalah gizi, dan gizi yang harus diberikan pada anak tersebut agar tidak terjadinya stunting (Olsa, Sulastri, & Anas, 2018). Stunting juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi diantaranya cacingan dan sanitasi lingkungan (Kusumawati, Rahardjo, & Sari, 2015). Salah satu upaya meningkatkan pola asuh untuk mencegah terjadinya stunting melalui peningkatan pengetahuan dengan pemberian edukasi, pemahaman orang tua terutama ibu sangat mempengaruhi pola asuh dan status gizi sehingga untuk meningkatkan kesehatan dan gizi keluarga diperlukan edukasi untuk mengubah perilaku yang dapat mengarahkan dan meningkatkan kesehatan dan gizi bagi ibu dan anaknya (Kemenkes RI, 2018).

Kegiatan edukasi merupakan salah satu determinan dalam teori perubahan perilaku, health belief model, yang berupaya memodifikasi faktor pengetahuan yang mempengaruhi kepercayaan individu dalam kerentanan dan ancaman dari suatu penyakit yang selanjutnya akan memicu individu untuk melakukan perubahan perilaku (Maulana et al., 2021).

Salah satu upaya untuk mencegah stunting melalui edukasi diperlukan untuk mengarahkan atau mengubah perilaku ibu hamil agar mau dan mampu meningkatan kesehatan dan memenuhi kebutuhan gizinya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Upaya penurunan dan pencegahan stunting diperlukan peran serta tenaga kesehatan, puskesmas, dan peran serta masyarakat melalui pemberdayaan kader posyandu sebagai garda utama dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak sangat berperan dalam memberikan edukasi pencegahan stunting (Himawaty, 2020).

Dampak stunting pada anak sangat luas dan mencakup morbiditas dan mortalitas yang tinggi, penampilan perilaku yang kurang eksploratif, kecemasan yang lebih tinggi, depresi, kesehatan yang buruk, perawakan pendek pada saat dewasa, penyakit kronis di kemudian hari, tingkat kecerdasan (IQ) yang buruk, fungsi kognitif yang buruk. dan prestasi sekolah yang buruk (Berhe, Seid, Gebremariam, Berhe, & Etsay, 2019; Nadilla, Nurwati, & Santoso, 2022).

Desa-desa di berbagai wilayah, termasuk Desa Kuripan di Ciseeng, tidak luput dari tantangan stunting. Desa Kuripan merupakan salah satu desa di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penduduk Desa Kuripan mencapai 9.815 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 5.121 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 4.694 jiwa. Jumlah kepala keluarga mencapai 2.596 kepala keluarga. Stunting adalah salah satu dari sekian permasalahan yang ada di Desa Kuripan dan menjadi hal yang menjadi fokus bagi Desa Kuripan. Beberapa upaya yang dilakukan oleh Desa Kuripan salah satunya melalui kader posyandu belum dapat mengatasi kasus stunting di Desa Kuripan. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya fasilitas yang dapat menunjang para pihak Desa agar dapat mengurangi terjadinya stunting dengan memberikan suatu sosialisasi kepada masyarakat tentang stunting. Oleh karena itu, langkah-langkah preventif yang komprehensif dan terpadu perlu diterapkan guna mengurangi prevalensi stunting dan meningkatkan kesehatan anak-anak melalui peningkatan gizi keluarga di Desa Kuripan.

Dengan memfokuskan pada pendidikan gizi, diharapkan masyarakat dapat memahami nilai penting dari pola makan yang seimbang dan memadai, serta praktik asuh yang mendukung pertumbuhan optimal anak-anak mereka. Edukasi gizi tidak hanya memberikan pengetahuan tentang makanan bernutrisi, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya memastikan bahwa kebutuhan gizi anak terpenuhi sejak awal kehidupan.

Melalui pendekatan edukasi, artikel ini akan menganalisis bagaimana pelatihan tentang gizi yang tepat dapat memberdayakan keluarga di Desa Kuripan untuk mengambil keputusan yang cerdas terkait makanan, perawatan anak, dan pola hidup sehat. Dengan melibatkan keluarga sebagai unit utama dalam intervensi pencegahan stunting, diharapkan dampaknya akan lebih berkelanjutan dan berpotensi merubah paradigma dalam merawat anak-anak untuk generasi yang lebih sehat di masa depan.

Kegiatan ini diikuti oleh 12 peserta yang merupakan ibu kader posyandu di Desa Kuripan yang diharapkan dapat menghasilkan dampak yang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka mengenai pencegahan stunting.        Hasil pelaksanaan kegiatan ini meliputi empat kegiatan yaitu persiapan awal, pemberian materi edukasi, diskusi, serta evaluasi kegiatan.

Kegiatan pertama yaitu persiapan awal, sebelum dimulainya program edukasi, persiapan awal dilakukan untuk memastikan kelancaran dan kesuksesan kegiatan. Ini melibatkan penyusunan materi edukasi yang informatif dan relevan, pengorganisasian tempat, serta penjadwalan yang sesuai dengan ketersediaan peserta. Persiapan awal yang baik memastikan bahwa peserta dapat fokus pada materi yang akan disampaikan. Penilaian awal juga dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stunting dan kebutuhan edukasi di Desa Kuripan. Penilaian ini melibatkan wawancara dengan kader posyandu di Desa Kuripan. Tujuannya adalah untuk memahami pengetahuan, sikap, dan praktik gizi yang ada di masyarakat.

Kegiatan kedua yaitu pemberian materi edukasi, berdasarkan hasil penilaian awal, materi edukasi dikembangkan secara komprehensif. Pemberian edukasi ini disajikan dengan bantuan proyektor. Pemberian materi edukasi dilakukan dengan merujuk pada Surat Keputusan Menteri Republik Indonesia bahwa promosi Kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat yang dapat mengembangkan kegiatan masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat (Kemenkes, 2007). Sedangkan menurut Maywita (2018) promosi kesehatan merupakan kegiatan atau upaya untuk menginformasikan Kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan Kesehatan yang lebih baik.

Materi yang disampaikan mencakup:

Pengenalan Stunting: Penjelasan tentang apa itu stunting, faktor penyebab, dampaknya terhadap pertumbuhan anak, dan pentingnya pencegahan.

Kesehatan Gizi Keluarga: Informasi mengenai pentingnya gizi yang seimbang dalam pertumbuhan anak dan kesehatan keluarga secara umum.

Pencegahan Stunting melalui Gizi Keluarga: Cara-cara praktis yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk mencegah stunting, termasuk pola makan yang baik, pemilihan makanan bergizi, dan perawatan anak.

Kegiatan pemaparan materi ini dilengkapi dengan contoh-contoh nyata, data statistik, dan visualisasi untuk memperjelas pesan yang disampaikan. 

Kegiatan ketiga yaitu diskusi terkait materi edukasi dimana kader dan ibu saling mendiskusikan melalui pertanyaan dan pengalaman dalam pemberian makan pada anak sehari-hari, sesi diskusi dilaksanakan untuk memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya, berbagi pengalaman, dan memperdalam pemahaman. Diskusi ini juga menjadi wadah untuk berbagi ide tentang bagaimana peserta dapat mengimplementasikan praktik-praktik gizi yang sehat di lingkungan masing-masing. Peserta dapat saling belajar dari pengalaman satu sama lain, sehingga tercipta atmosfer kolaboratif yang memperkuat pemahaman tentang pencegahan stunting. 

Kegiatan keempat yaitu melakukan evaluasi yang merupakan komponen penting dalam program edukasi pencegahan stunting melalui kesehatan gizi keluarga yang diikuti oleh 12 peserta ibu kader posyandu di Desa Kuripan. Evaluasi dilakukan melalui dua metode yaitu respon keikutsertaan selama penyuluhan dan pengisian formulir survei kepuasan oleh mitra.  Selama sesi penyuluhan, peserta ibu kader posyandu menunjukkan respon yang positif terhadap materi edukasi yang disampaikan. Mereka terlihat aktif mengikuti presentasi, bertanya pertanyaan, dan berpartisipasi dalam diskusi. Ini menunjukkan minat yang tinggi dalam memahami konsep pencegahan stunting dan gizi keluarga. Respon yang aktif dan positif dari peserta merupakan indikator bahwa materi yang disampaikan relevan dengan kebutuhan dan minat mereka. Setelah sesi edukasi selesai, mitra diminta untuk mengisi formulir survei kepuasan. Survei ini dirancang untuk mengevaluasi sejauh mana mitra merasa puas dengan pelaksanaan program edukasi dan apakah mereka merasa bahwa tujuan penyuluhan tercapai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun