20 Mei 1908, beberapa mahasiswa STOVIA yang dimotori oleh Raden Soetomo, membentuk sebuah perkumpulan yang hari jadinya digunakan sebagai penanda kebangkitan nasional bangsanya. Boedi Oetomo, perkumpulan yang dimotori oleh R. Soetomo ini dianggap sebagai organisasi modern pertama pribumi hindia dan mampu bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Meskipun dalam anggaran dasarnya, B.O lebih mengedepankan kemajuan bangsa jawa-madura. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menguatkan beberapa pandangan bahwa hari jadi B.O tidak pantas untuk dijadikan sebagai hari kebangkitan nasional. Selain itu, cukup banyak pihak yang beranggapan bahwa Sarekat Islam lebih dahulu keberadaanya dan lebih layak dinobatkan sebagai pelopor kebangkitan nasional. Memang banyak situs sejarah yang mengungkapkan bahwa S.I berdiri pada tahun 1905 dibawah kendali Haji Samanhoedi yang pada awalnya dinamakan Sarekat Dagang Islam. Namun juga patut diketahui, bahwa oleh beberapa ahli, yang juga turut memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini, seperti M. Hatta menuliskan sebuah artikel yang isinya menyatakan bahwa S.I didirikan oleh seorang Raden Mas asal blora, yaitu R.M. Tirto Adhi Soerjo. Selain Hatta, Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo juga menerangkan bahwa R.M. Tirto Adhi Soerjo adalah pendiri S.D.I dan pendiriannya kurang kebih sama dengan Revolusi Cina. Juga Mas Marco Kartodikromo yang menegaskan saat H. Samanhoedi membuat perhimpunan di solo, ia meminta bantuan R.M. Tirto Adhi Soerjo untuk mengurus perhimpunan itu. Namun, keberadaan seorang Dr. D.A. Rinkes, yang juga merupakan orang Departemen Urusan Pribumi, mampu menenggelamkan nama seorang Tirto Adhi Soerjo dikancah pergerakan nasional di Hindia. Selain mampu mematikan pergerakannya dengan cara membuang Tirto Adhi Soerjo ke Maluku, Rinkes juga mampu memanipulasi data-data yang membuat nama Tirto Adhi Soerjo hilang dari peta pergerakan nasional Indonesia.