Mohon tunggu...
Aditia Purnomo
Aditia Purnomo Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa, bukan apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tirto Adhi Soerjo di Balik Kebangkitan Nasional Indonesia

19 Mei 2011   02:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:29 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

20 Mei 1908, beberapa mahasiswa STOVIA yang dimotori oleh Raden Soetomo, membentuk sebuah perkumpulan yang hari jadinya digunakan sebagai penanda kebangkitan nasional bangsanya. Boedi Oetomo, perkumpulan yang dimotori oleh R. Soetomo ini dianggap sebagai organisasi modern pertama pribumi hindia dan mampu bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Meskipun dalam anggaran dasarnya, B.O lebih mengedepankan kemajuan bangsa jawa-madura. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menguatkan beberapa pandangan bahwa hari jadi B.O tidak pantas untuk dijadikan sebagai hari kebangkitan nasional. Selain itu, cukup banyak pihak yang beranggapan bahwa Sarekat Islam lebih dahulu keberadaanya dan lebih layak dinobatkan sebagai pelopor kebangkitan nasional. Memang banyak situs sejarah yang mengungkapkan bahwa S.I berdiri pada tahun 1905 dibawah kendali Haji Samanhoedi yang pada awalnya dinamakan Sarekat Dagang Islam. Namun juga patut diketahui, bahwa oleh beberapa ahli, yang juga turut memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini, seperti M. Hatta menuliskan sebuah artikel yang isinya menyatakan bahwa S.I didirikan oleh seorang Raden Mas asal blora, yaitu R.M. Tirto Adhi Soerjo. Selain Hatta, Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo juga menerangkan bahwa R.M. Tirto Adhi Soerjo adalah pendiri S.D.I dan pendiriannya kurang kebih sama dengan Revolusi Cina. Juga Mas Marco Kartodikromo yang menegaskan saat H. Samanhoedi membuat perhimpunan di solo, ia meminta bantuan R.M. Tirto Adhi Soerjo untuk mengurus perhimpunan itu. Namun, keberadaan seorang Dr. D.A. Rinkes, yang juga merupakan orang Departemen Urusan Pribumi, mampu menenggelamkan nama seorang Tirto Adhi Soerjo dikancah pergerakan nasional di Hindia. Selain mampu mematikan pergerakannya dengan cara membuang Tirto Adhi Soerjo ke Maluku, Rinkes juga mampu memanipulasi data-data yang membuat nama Tirto Adhi Soerjo hilang dari peta pergerakan nasional Indonesia.

Sungguh hal yang tragis, mengingat banyaknya jasa-jasa yang telah dilakukan oleh Tirto Adhi Soerjo seperti menjadi pribumi pertama yang memimpin pers di Indonesia, juga merupakan pribumi pertama yang memiliki dan memimipin harian di Indonesia dengan dana dari pribumi. Medan Priyayi, karya jurnalistik yang berupa harian miliknya juga dengan lantang menyuarakan bantuan bagi pribumi yang tertindas. Selain itu, ia juga merupakan orang yang berani dalam menentang kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Ia juga memiliki peranan dalam perjalanan panjang B.O. Mungkin terlalu banyak hal yang masih harus dijabarkan bila kita berbicara tentang Tirto Adhi Soerjo dan kebangkitan nasional di Indonesia. Namun bila kini kita berbicara peringatan hari kebangkitan nasional, jangan jadikan hal tersebut hanya sekedar peringatan rutin yang kehilangan maknanya. Jadikan hari kebangkitan nasional ini ajang untuk kembali membangkitkan bangsa yang tengah tertidur dalam perjalanannya, sama seperti perjuangan Tirto Adhi Soerjo dan tokoh-tokoh lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun