Mohon tunggu...
aditian wijaya
aditian wijaya Mohon Tunggu... Administrasi - masih hidup dan berpikir

Di dunia yg pararel, menertawakan diri sendiri, bisa-bisanya masih hidup dan punya kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ganjar, PDIP, dan Kefrustasian Saya

14 Agustus 2023   08:39 Diperbarui: 14 Agustus 2023   08:42 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input shttps://www.viva.co.id

Saat dulu sy dukung & pilih Jokowi, itu satu paket dengan PDIP. Namun dengan Ganjar, agaknya tidak bisa lagi sama.

Dulu semangat pembaharuan di PDIP terefleksikan di Jokowi,
Sekarang semangat progresifitas di Ganjar tidak tereflesikan di PDIP.

Lalu apakah masih relevan untuk pilih Ganjar? Masih, namun tidak dengan sikap PDIP saat ini. Bila tidak juga berubah,  maka memenangkan Ganjar, hanya akan membuat friksi  semakin besar dan dalam.

Yang banyak dilupakan orang tentang kesuksesan Jokowi adalah kesuksesan di legislatif. Total kontrol di Legislatif, sehingga memuluskan agenda pembaharuan. Bilapun Ganjar menang saya tidak yakin pemerintahannya akan seefektif Jokowi. Suatu tipe kemenangan yang hanya akan menciptakan oposisi yang kuat. Itupun kalau menang.

PDIP masih punya waktu untuk laukan refleksi dan berubah. Saat ini beberapa kader pun cawe cawe agar PDIP mau berunding dan bernegosiasi untuk kebaikan yang lebih besar untuk Bangsa ini.

Sebuh ironi, saat besarnya rasa sayang atas partainya mengharuskan mereka melakukan manuver berbahaya yang bisa saja mencelakakan jago partainya. Mari angkat topi untuk mereka, mereka yang paham dan berjuang untuk tujuan terbesar, Indonesia sebagai Negara Maju. Yang hanya bisa diwujudkan oleh pemerintahan yang efektif sedari awal, eksekutif dan legislatif berjalan seirama.

Bila tidak juga berubah apakah saya akan pilih Prabowo? Tidak, Golput saja. Rasa frustasi untuk tidak memikirkan kehilangan kesempatan satu-satunya bagi negara ini untuk menjadi negara maju, dan rasa frustasi memikirkan kesempatan ekonomi bagi anak keturunan saya yang relatif akan sama dengan bapaknya, adalah alasannya.

Indonesia akan baik- baik saja, untuk tetap menjadi negara kelas 2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun