Mohon tunggu...
Muhammadaditia
Muhammadaditia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manfaat Kotoran Sapi

18 September 2018   20:01 Diperbarui: 18 September 2018   20:18 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hay teman-teman kompasiana, siapa sih diantara kita yang tidak jijik jika memegang kotoran sapi? Jangankan dipegang, membayangkannya saja sudah membuat kita jijik dan mual-mual. Tapi, pernahkah kalian berpikir jika kotoran yang sangat menjijikan ternyata memiliki banyak manfaat penting, khususnya dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian dari pada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar ribuan tahun yang lalu yaitu pada awal manusia bercocok tanam dan mulai mengenal pupuk sebagai makanan tumbuhan, pada awalnya manusia purba memelihara hewan herbivora yang berupa sapi kambing dan kerbau pada waktu itu hewan tersebut memakan rumput dan mengeluarkan kotoran yang bisa menyuburkan tanaman-tanaman tersebut dan manusia pada waktu itu mengembangkan pupuk kotoran hewan sebagai tambahan makanan tumbuhan, dan selain bisa untuk membuat pupuk tanaman yang dimakan sapi pupuk tersebut juga bisa dibuat rabuk untuk sayuran dan seiringnya perkembangan zaman anak cucu orang terdahulu mengembangkan pupuk tersebut menjadi 2 pupuk yang bernama pupuk cair dan non cair yang disebut pupuk padat (kering) didaerah kopeng tepat nya desa sumogawe banyak petani yang memanfaatkan sapi sebagai alat bantu menyuburkan tanaman dan diambil susu nya untuk pahan pangan masyarakat,salah satu pemanfaattan rabuk nya dengan menaburkan ketanaman nya yang berupa tanaman koll wortel dan cabe sedangkan rabuk yang tidak layak ditaburkan pada rumput gajah untuk makanan sapi,membuat pupuk padat sangatlah mudah biasanya para petani langsung mengambil dari kandang sapi dan memindahkan langsung ke ladang yang kosong agar tidak bau dan bebas polusi dan membiarkan nya sampai kotoran sapi tersebut mengering hingga tidak ada bau proses pengeringan rabuk sapi biasanya memakan waktu sekitar 1 minggu bahkan ada yang sampai 10 hari dan kalau musim penghujan bisa memakan waktu 1 bulan, seandainya pupuk sapi sudah mengering siap untuk dikemas dan langsung bisa ditaburkan ketanaman untuk mempercepat perkembangan sedangkan membuat pupuk yang cair sangat relatif lebih mudah caranya dengan memindahkan langsung kotoran sapi dietempat yang teduh selanjutnya rabuk sapi tersebut di ratakan sampai benar-benar rata pupuk cair memanaskan nya lebih hemat diantara nya 2 sampai 3 hari kemudia petani kopeng menyampurkan resep rahasianya itu kedalam pupuk cair  resep rahasia itu ditaburkan kedalam rabuk yang sudah diratakan dan dimasukan dedalam penampungan dan menunggu nya 1 sampai 2 hari apabila pupuk cair tersebut blm mencair maka akan langsung ditaburkan ke rumput gajah , pupuk cair biasanya sangatlah unggul untuk penyerbukan tanaman yang masih bibit(tanaman kecil) biasanya ditaburkan ke bibit cabe dan sawi proses penaburan bibit cair tersebut biasanya petani kopeng menaburkan selama 3 hari sekali untuk tanaman yang kecil dan 2 minggu sekali untuk tanaman yang besar istilah nya mau dipanen selain pupuk padat dan cair sebagian petani kopeng mengolah rabuk (kotoran sapi) dengan menggunakan olahan biogas dengan menggunakan biogas petani lebih hemat gas LPG sebagai alat bantu masak membuat nya agak sedikit rumit yaitu harus menyediakan bak yang besar untuk menampung  kotoran selanjutnya membuat kandang sapi yang berbentuk sedikit miring sehingga kotoran sapi langsung bisa langsung turun dan bisa langsung masuk ke penampungan biogas dengan mengolah nya beberapa hari hingga kotoran tersebut panas dan mengeluarkan gas yang berupa api .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun