Mohon tunggu...
Aditya Rahman
Aditya Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas Ranggon Sastra

Jalan pulang adalah tujuan yang remang-remang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Air Membentur Tanah, Menjadikannya Bogor

12 Oktober 2022   14:14 Diperbarui: 21 Januari 2023   12:24 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 Rentetan air menyerbu jatuh dari dataran tinggi, menggenang seperti kolam tempat bidadari khayangan membasuh ketiaknya, menjatuhkan kilap-kilap dingin ke tanah
Berpuluh kolam tersebar di tiap wilayah kota juga desa
Rimba-rimba tegak tertancap pada bukit, mega-mega tertidur di sekeliling jenggala
Itulah sebab terbentuknya daratan segala rumah yang tegar dan sedikit beriman, melahirkan sepenggal nama. 

Aku sebut namamu,
yang berderau di cakrawala
Yang basah karena rinai jatuh dari mata penghuni kota

Yang gabak meletup dari jiwa-jiwa kawula muda 

Serta keputusasaan jiwa-jiwa tua yang sekarat dihantam keadaan. 

Kubawa namamu pada kota-kota selanjutnya, tempat kuberkelana. 


Namamu akan mengalir seperti ciliwung dan berisi layaknya katulampa dalam tubuhku. 
Namamu akan cepat berlari pada darahku yang tawar di hadapan hidup ini.

Bogor-lah namamu. 

Tempaku jatuh dan tumbuh menjadi seribu kepak sayap kupu-kupu. 

Birgon-12-5-2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun