Rentetan air menyerbu jatuh dari dataran tinggi, menggenang seperti kolam tempat bidadari khayangan membasuh ketiaknya, menjatuhkan kilap-kilap dingin ke tanah
Berpuluh kolam tersebar di tiap wilayah kota juga desa
Rimba-rimba tegak tertancap pada bukit, mega-mega tertidur di sekeliling jenggala
Itulah sebab terbentuknya daratan segala rumah yang tegar dan sedikit beriman, melahirkan sepenggal nama.Â
Aku sebut namamu,
yang berderau di cakrawala
Yang basah karena rinai jatuh dari mata penghuni kota
Yang gabak meletup dari jiwa-jiwa kawula mudaÂ
Serta keputusasaan jiwa-jiwa tua yang sekarat dihantam keadaan.Â
Kubawa namamu pada kota-kota selanjutnya, tempat kuberkelana.Â
Namamu akan mengalir seperti ciliwung dan berisi layaknya katulampa dalam tubuhku.Â
Namamu akan cepat berlari pada darahku yang tawar di hadapan hidup ini.
Bogor-lah namamu.Â
Tempaku jatuh dan tumbuh menjadi seribu kepak sayap kupu-kupu.Â
Birgon-12-5-2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H