Mohon tunggu...
Pratama Α.W
Pratama Α.W Mohon Tunggu... -

Mahasiswa fakultas pendidikan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sayap untuk Jaka (Bagian 1)

6 Desember 2011   18:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:44 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Terbanglah nak, lihatlah kebawah, sampaikan pesan mereka untuk Tuhan". Ucapan itu dibisikkan oleh ibuku saat aku mau berangkat ke Jogjakarta untuk melanjutkan studiku diperguruan tinggi.

Aku Jaka, Jaka Winata, seorang anak yang senang melamun dan berimajinasi. Disekolah, sewaktu SD aku dicap sebagai murid yang pendiam, lebih suka bergaul dengan buku yang tidak ada hubungannya dengan ilmu yang seharusnya kupelajari, daripada dengan teman sebayaku. Perpustakaan adalah markas besarku. Karena disanalah aku bisa melepaskan semua khayalanku, menjelajah dunia lewat anganku, dan mulai mengunjunginya dengan semangatku. Aku bukan anak yang pintar, tapi saat itu, satu-satunya hal yang kupikir bisa membawaku keliling dunia adalah pesawat terbang. Sejak saat itu, ketertarikanku akan pesawat terbang mulai menghilangkan kesadaranku bahwa aku ini hanya anak-anak. Setiap hari aku menggambar pesawat terbang di buku tulisku, keperpustakaan untuk mempelajari mekanisme pesawat terbang sederhana, mempraktekkannya dengan alat dan bahan seadanya dan selalu gagal, lalu putus asa.

Haahh,..Imajinasiku untuk membuat pesawat terbang sendiri mulai hadir kembali saat ibuku membisikkan ucapan itu padaku. Senyum malu terlukis di wajahku karena kupikir betapa keterlaluannya aku sewaktu kecil. Membayangkan hal yang tidak mungkin dicapai untuk anak SD. Sampai didalam bis yang kunaiki, pikiran itu tetap membuatku senyum-senyum sendiri. Namun ada kata-kata yang membuatku penasaran dengan maknanya, "lihatlah kebawah, sampaikan pesan mereka untuk Tuhan". Apa maksudnya? Apa hubungannya dengan khayalanku dulu?

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun