Mohon tunggu...
Detlh Aal
Detlh Aal Mohon Tunggu... -

menulis dan hanya menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Memangku Rembulan

10 Maret 2014   07:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:06 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Begitu indah pena ini menari

Diatas kertas yang tiada bertepi

Tak terdengar suara jerit hati

Hanya sering terucap kesal diri

Berubah perlahan, beringsut kemudian

Selintas ucapan, berlalu ikuti putaran

Inginku berubah, sesal tiada terarah

Seringnya berucap pasrah, sesaat kemudian kembali merebah.

Terasa dingin malam, terucap lisan lalu terdiam

Teringat hari-hari yang begitu kelam

Sorot tatapan tajam, tepiskan mata terpejam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun