Mohon tunggu...
Adita Bella Lastania
Adita Bella Lastania Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

International relation

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemikiran Sayyid Qutb Semasa Hidupnya

16 Januari 2011   15:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:31 6336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu pemikir fundamentalis Islam yang terkenal adalah Sayyid Qutb, beliau lahir di Asyut, Mesir pada tahun 1906. Sayyid Qutb adalah salah satu pemikir Islam yang banyak diilhami oleh Al-Maududi, beliau adalah seorang penyair dan guru. Sayyid Qutb adalah salah satu anggota dari Ikhwanul Muslimin dan beliau bergabung pada tahun 1951 serta menjabat sebagai penasihat kebudayaan serta menjadi editor koran Ikhwanul Muslimin. Adapun beberapa pemikiran yang telah beliau sumbangkan selama masa hidupnya, dari awal beliau meniti karir sampai masuk menjadi anggota Ikhwanul Muslimin hingga dipenjara dan meninggal di tiang gantung yaitu sebagai berikut :

Pemikiran serta karya Sayyid Qutb selama masa hidupnya

Selama masa mudanya Sayyid Qutb telah menuangkan pemikirannya tentang pandangan-pandangannya terhadap Islam. Selama masa dimana beliau belum bergabung dengan gerakan Ikhwanul Muslimin kebanyakan karya-karyanya tidak jauh dari hal-hal yang sarat akan seni dan keindahan serta penafsiran-penafsiran dalam bahasa syair, karena beliau adalah seorang penyair dan guru.

Latar belakang pendidikan yang ia peroleh dalam bidang pendidikan serta pemikiran kritisnya yang terilhami para tokoh-tokoh islam seperti Al-Maududi dan juga Hassan Al-Banna yang dengan terang-terangan mengkritik pemerintahan yang berkuasa pada saat itu. Pemikiran Sayyid Qutb berjalan sesuai fase kematangan berfikir tentang keadaan masyarakat Islam terutama Masyarakat Mesir yang dipimpin oleh Gamal Abdul Nasser. Ia pada mulanya hanya mengulas tentang isi-isi Al-Qur’an beserta segala seni dan keindahan yang ada didalamnya namun lama kelamaan beliau pun ikut masuk dalam kelompok pergerakan kemerdekaan yang memperjuangkan kemurnian Islam dan menolak modernisasi kebarat-baratan.

Di umur 33 tahun Sayyid Qutb membuat buku “At-Taswir Fanni Fil Qur’an” pada tahun 1939. Tulisan ini mengupas indahnya seni yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur’an. . Pada tahun 1945 ia menulis sebuah kitab bertajuk “Masyahidul Qiamah Fil Qur’an” yang isinya menggambarkan peristiwa hari kiamat dalam Al-Qur`an. Dan pada tahun 1948, Sayyid Qutb menghasilkan sebuah buku berjudul “Al-Adalah Al-Ijtima’iyyah Fil Islam” atau Keadilan Sosial dalam Islam. Dalam kitab ini, ia tegas menyatakan bahwa keadilan masyarakat sejati hanya akan tercapai bila masyarakat menerapkan sistem Islam dan mengikuti kaidah-kaidah yang telah diajarkan. Di sekitar tahun 1948-1950 Sayyid Qutb mendapat kesempatan untuk pergi menimbah ilmu di Amerika Serikat. Selama di AS beliau banyak menemukan hal-hal yang membuatnya kaget karena melihat maraknya rasisme dan kebebasan seksual yang terjadi di dalam masyarakat AS. Melalui karyanya The America That I Saw beliau mengungkapkan bahwa kemajuan Amerika semata-mata sebagai kemajuan produksi, organisasi, nalar, dan kerja. Tidak memperlihat suatu kemajuankepemimpinan sosial dan kemanusiaan tidak pula dalam prilaku dan emosi.

Fase terakhir perjalanan Sayyid Qutb berawal pada tahun 1951, saat ia mulai bergabung dengan Jama’ah Al-Ikhwan Al-Muslimun ( Ikhwanul Muslimin), sampai tahun wafatnya di tiang gantungan tahun 1966. Ikhwanul Muslimin adalah suatu gerakan yang dianggap radikal di Mesir pada saat itu dikarenakan pemikiran-pemikiran parah tokoh didalamnya yang menolak pemerintahan yang dianggap tidak Islami dan para pemimpinnya yang murtad karena tidak mengikuti kaidah-kaidah dalam Islam serta cenderung bekerjasama dengan dunia Barat. Kelompok Ikhwanul Muslimin ini di didirikan oleh Hassan Al-Banna.

Sayyid Qutb berkesempatan menjadi penasihat kebudayaan dan editor majalah Ikhwanul Muslimin. Kelompok Ikhwanul Muslimin dianggap tidak sah dan anggotanya ditangkap serta dijebloskan kedalam penjara oleh Presiden Mesir saat itu Gamal Abdul Nasser. Selama di penjara Sayyid Qutb merefisi berjilid-jilid penafsiran Al-Quránnya. Dalam karyanya ma’álim fi al-thariq (Petunjuk Jalan) ia mengatakan bahwa kelompok yang menentang Islamisasi masyarakat dan negaraharus diperlakukan selayaknya kaum jahiliyah atau dianggap murtad. Menurut beliau rezim Mesir adalah rezim yang tidak Islami dan sah untuk digulingkan. Sayyid Qutb menolak modernisasi dalam Islam dan beliau juga berpendapat bahwa Islam tidak perlu belajar kepada dunia Barat. Qutb juga mengajukan beberapa solusi yang dianggap radikal contohnya adalah dalam membaca Al-Qurán. Al-Qurán haruslah dibaca seperti membaca Puisi karena Metodologi (manhaj) dicirikan dengan vitalitas suara, nada , ungkapan langsung dan kiasan. Masyarakat atau kelompok yang setuju dengan pemerintahan Mesir pada saat itu merupakan orang-orang murtad dan dihalalkan untuk dibunuh. Menurut Qutb ikrar Lailaha ilallah adalah pernyataan revolusi terhadap seluruh kedaulatan yang berkuasa di atas muka bumi Nya. Maka seluruhnya itu mesti dikembalikan kepada hakNya. Qutb juga mengatakan bahwa pandangannya adalah pandangan langsung personal dan intuitif terhadap wahyu. Baginya pemikiran “agama” lebih penting dari pada pemikiran “politik”.

Karena beberapa pemikiran yang cenderung keras dikemukakan Sayyid Qutb sebagai fundamentalis dalam menolak modernisasi dalam Islam, beberapa kalangan mensejajarkannya pemikirannya dengan Marx dan Nietzsche. Pagi hari Senin, 29 Agustus 1966, Sayyid Qutb digantung bersama-sama sahabat seperjuangannya, Muhamad Yusuf Hawwash dan Abdul Fatah Ismail.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun