Mohon tunggu...
Adita Putra
Adita Putra Mohon Tunggu... -

Tegar dalam Hidup, berjuang penuh keyakinan dan harapan, meraih mimpi menggapai tujuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

"Industri Kelapa Sawit"

5 Juni 2012   06:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:23 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kalau menyebutkan kata kelapa sawit, tentunya yang menjadi sorotan adalah Aceh. selain kondisi alam dan struktur tanah yang baik maka tanaman ini sangat cocok untuk di tanami di Aceh. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (Biodisel). banyak rakyat aceh yang memanfaatkan lahannya untuk di tanami kelapa sawit. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

Namun kebijakan pemerintahan aceh untuk peningkatan perekonomian rakyat melalui perkebunan kelapa sawit kini menuai konflik, Hal ini di karnakan tanaman sawit dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem dan keseimbangan alam sehingga banyak mengakibatkan bencana seperti banjir, longsor, dan lain-lain.

Walaupun demikian hal tersebut tidak seburuk yang kita bayangkan. Sebenarnya tanaman kelapa sawit adalah alternatif untuk meningkatkan serta memajukan masyarakat dalam meningkatkan prekonomiannya, hanya saja fenomena yang terjadi saat ini berakibat buruk, hal ini di karnakan banyaknya peggarapan hutan ilegal secara besar-besaran yang terjadi di provinsi aceh. Hutan di binasakan kemudian sawit di kembangkan. apa yang terjadi ketika bayak hutan di ganti dengan tanaman sawit.?

Padahal dalam konferensi perubahan iklim di bali 3-14 desember 2007, mengamanatkan kepada para peserta termasuk indonesia sebagai tuan rumah untuk melindungi kawasan hutan yang tersisa, tetapi ironis, hal tersebut tidak di hiraukan "hutan bukannya malah berkembang tetapi malah berkurang". fenomena yang terjadi adalah banyaknya  pembelian tanah ilegal berupa hutan lindung marak terjadi dengan harga kisaran 2,5 - 6 juta / hektar, dan kawasan hutan gambut berkisar antara 6 - 9 juta / hektar.

Kita dapat melihat negara tetangga kita  Malaysia berhasil mengembangkan perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan perekonomian bangsa sebagai penghasil cpo terbesar, namun dampak buruk yang terjadi tidak kian parah. hal ini di karnakan meraka lebih jeli dalam upaya pemamfatan lahan yang akan di jadikan pengembangan tanaman kelapa sawit. semua terorganisir dengan baik (tidak sembarangan) dan aman. mungkin kita harus banyak belajar dari negara tetangga kita, agar negara kita yang saat ini negara berkembang dapat menjadi negara maju dari berbagai sektor, begitu juga provinsi Aceh pada saat ini..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun