Mohon tunggu...
Adi Surya
Adi Surya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa hobi futsal dan potografer

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Sejarah Lampu Petromax

8 Desember 2023   09:11 Diperbarui: 8 Desember 2023   14:27 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi anak muda generasi sekarang, masa-masa tanpa listrik mungkin sangat tidak terbayangkan. Sebab, sebagian dari hidup mereka sudah dibagi di internet dengan gawai-gawai canggih. Kadn keduanya, tak bisa dinikmati jika tak ada listrik.

Bagi generasi yang lebih tua, di mana listrik belum merata penyebarannya, petromak adalah hal yang pasti ada di rumah. Menjadi pusat penerangan ketika malam menjelang. Lampu petromak memang menjadi salah satu yang paling populer ketika itu. Dengan sensasi memompa sebelum bisa dihidupkan.

Desain lampu petromax pada masa awal masih digunakan hingga hari ini telah banyak mengalami perubahan. Dari yang hanya biasa saja, sampai ada lampu petromax dengan gaya modern.

Nama lampu petromax telah identik dengan lampu tekanan parafin di banyak negara. Petromax atau petromaks awalnya merupakan nama merek dagang untuk jenis lampu parafin bertekanan angin.

Nama petromax sendiri merupakan gabungan kata dari petroleum dan Max Graetz. Ia adalah pendesain lampu ini ditemukan pada tahun 1910. Max Graetz adalah CEO dari perusahaan Ehrich dan Graetz, yang berpusat di Berlin, Jerman. Lalu, sekitar tahun 1916 Lampu petromak mulai tersebar di penjuru dunia, termasuk salah satunya di Indonesia.

Greetz awalnya hendak menciptakan sistem pencahayaan yang bahan utamanya dari parafin. Lampu itu dicanangkan akan menjadi produk lampu baru di Eropa kala itu. Graetz pun menemukan proses untuk membuat gas dari parafin karena memiliki nilai kalori yang sangat tinggi juga dapat membuat api biru yang sangat panas.
Graetz lantas mendesain lampu bertekanan yang bekerja apabila parafin diuapkan. Guna memulai proses ini, lampu dipanaskan dahulu dengan alkohol yang dimetilasi (alkohol yang diubah sifatnya dengan proses kimia). Model selanjutnya, petromak dengan sistem tiup angin terintegrasi yang disebut Rapid Starter dijalankan langsung dari tangki parafin.

Dalam tangki tertutup, parafin lalu diberi tekanan dengan pompa tangan. Sehingga panas yang dihasilkan itu digunakan untuk menguapkan parafin, yang dicampur dengan udara lalu ditiup ke mantel lampu untuk dibakar.

Karena penggunaan lampu petromak yang sangat luas sehingga menjadi nama umum untuk menyebut alat penerangan sejenis ini. Pada tahun 1990-an di negara Indonesia, petromak bisa dikatakan barang mewah karena memang tidak semua orang bisa memiliki lampu itu. Hanya golongan tertentu seperti bangsawan, ataupun inlander yang memilikinya.

Kegunaan lampu petromak ini banyak dipakai sebagai alat penerangan, baik untuk rumah-rumah di daerah pedesaan maupun oleh pedagang kaki lima yang berjualan di malam hari. Saat ini beberapa pedagang nasi goreng di kota kecil masih banyak yang memanfaatkan lampu petromaks sebagai penerangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun