Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Soal Garut, Jangan Salahkan Dicky Chandra Mundur!

9 September 2011   07:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07 2008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_130356" align="aligncenter" width="603" caption="Dicky Chandra from Blog Komunitas"][/caption]

Membaca perkembangan mundurnya Dicky Chandra dari Wakil Bupati Garut dan banyaknya pihak yang menuding Dikcy Chandra tidak gentleman dengan kasus Bupati dan Wakil Bupati Garut ini, seperti yang diungkap Maria Hardayanto dalam Artikelnya Diky Chandra, Mundur atau Lari? Termasuk menyoroti betapa “cengeng”nya Dicky Chandra hanya karena masalah tidak ada harmonisnya hubungannya dengan Bupati , Diky Chandra memilih mengundurkan diri.

Saya jadi bertanya-tanya, Kenapa jadi Dicky Chandra yang dipermasalahkan? Coba lihat rentang kisah perjalanan terpilihnya Aceng HM-Dicky Chandra, dari sejak lama ketika saya membaca Tribun Jabar di ruangan tamu rumah saya dengan tagline “Bupati Terpilih Garut Dilantik Menjadi Ketua DPD Golkar” , Menurut saya Kondisi ini saja sudah masalah besar, sayangnya waktu itu saya belum kenal Kompasiana untuk menulis, apa yang saya fikirkan saat itu? Aceng HM-Dicky Chandra itu terpilih  dari jalur Masyarakat Independen Garut, Mengapa Aceng bekhianat kepada masyarakat Garut yang memilihnya, dan kenapa pula kemudian Golkar membajaknya? Atau sebenarnya Aceng HM selama ini tidak independen alias menipu Masyarakat Garut dengan bertopengkan kata "Independen" padahal secara diam-diam sudah ditawari menjadi pengurus Golkar sejak lama sebelum terpilih.

Saya tidak sependapat jika kita menyalahkan Dicky, justru dengan keinginan mundurnya Dicky ini adalah bentuk keprihatinannya terhadap kepemimpinan yang ada, hati nuraninya berteriak keras, dalam menulis ini saya merasa seolah-olah saya adalah Dicky, bagaimana tidak menjerit hati yang paling dalam saat maju di usung Independen tanpa embel-embel Partai Politik ternyata di perjalanan idealisme itu harus mati dimakan Pragmatismenya Aceng HM, Sudah pasti Golkar memenangkan pertarungan Politik di Garut saat ini dengan membajak Aceng H<, begitu banyak pejabat Golkar baik tingkat Kabupaten Garut, Proivinsi Jabar dan DPP yang tertawa terbahak-bahak dengan keberhasilan mereka “membajak” Aceng HM, dan saya pastikan ini akan dilakukan oleh Partai Golkar yang pernah disebut orang melayu Kalbar “Partai Berkelokar”  (Partai yang penuh intrik dan sebagainya) di wilayah lainnya di Indonesia.

Sedangkan Dicky Chandra maju dengan nurani terdalam ingin membangun Garut tanpa ada embel-embel memperkaya diri dan itu sudah ditunjukannya selama ini sebelum menjabat Wakil Bupati Garut, Mengapa Dicky Mengundurkan diri? Inilah pertanyaan besar Anda bukan? Saya hanya berusaha untuk menganalisanya, Dicky dilahirkan sebagai seorang Seniman, tidak ada Politik Praktis dalam diri seniman, Seorang Seniman berusaha jujur dengan hasil karyanya, tidak mengada-ada, apakah penulis, pelukis, sastrawan atau apapun jenis senimannya, artinya Dicky Chandra seorang IDEALIS. Seorang Idealis terkadang memang tidak realistis, masih terlalu besar melibatkan perasaannya, ada Idealisme yang tinggi dari Dicky untuk memimpin Garut tanpa harus berpolitik dan memperkaya diri, bahkan menjadi pemimpin yang sesungguhnya. Saya fikir Jika Anda seorang Penulis. Anda adalah seorang Seniman, bagaimana Anda menulis sejalan dengan jeritan dan teriakan hati Anda bukan, saya merasakan hal yang sama.

Berbeda dengan Aceng HM yang latar belakangnya seorang Aktivis LSM, coba Anda baca sekali lagi tulisan Maria Hardayanto yang bertajuk Diky Chandra, Mundur atau Lari? dan berbagai referensi yang ada, Aceng HM adalah seorang Aktivis LSM, Siapa yang tidak tahu karakter Aktivis LSM, saya pernah menjalaninya selama kurang lebih 5 tahun berinteraksi bahkan terlibat langsung di dunia LSM ini, ada seorang teman saya saat ini dipermudah Pemerintah Kabupen dalam proses mengikuti seleksi CPNS karena dia terlalu "vokal" dalam menyuarakan kepentingan rakyat yang kadang-kadang saya melihatnya terlalu mengada-ada dan dibuat-buat,  Teman saya saat ini menjabat di salah satu dinas karena “diluluskan” Panitia seleksi dengan maksud agar dia tidak bersuara lagi, kebanyakan Aktivis LSM bersuara nyaring hanya berharap mendapatkan “sesuatu” sebut saja uang atau apapun, bentuknya Satu hal yang paling saya syukuri saya tidak "terjun" dalam dunia LSM seperti itu , LSM yang saya dirikan yaitu GEMA IBNUL KHATAB tetap di jalur memberantas Penyakit Masyarakat pada tahun 2000. Berbeda dengan teman saya di beberapa LSM yang lainnya, ketika mereka mendengar ada bocoran bahwa Dinas Kelautan mendapat kucuran dana dari Pemerintah Pusat, maka besoknya mereka menyuarakan seolah-olah membela kepentingan masyarakat nelayan dan kemudian menyudutkan Dinas Kelautan tersebut di koran-koran,  membaca berita trsebut, Kepala Dinas Kelautan menghubungi teman saya ini untuk datang ke kantor Dinas Kelautan, sesampainya disana Dinas Kelautan bertanya “Ente Mau Berapa?, agar tidak bicara lagi di Koran?” . Inilah yang dituturkan banyak teman saya yang aktif di dunia LSM walaupun tidak semua LSM begitu, ketika saya tanya kok Idealisme Anda bisa dijual begitu? Mereka menjawab “Sehari-hari mengurus LSM ini, makan dari mana coba?” Itu yang terjadi pembaca, Singkatnya dari cerita saya diatas bahwa dunia LSM itu tidak se idealis yang dibayangkan banyak orang, sesungguhnya penuh intrik, menipu, memeras Pemerintah atau siapapun dan menjual nama masyarakat untuk kepentingan pribadi aktivis LSM tersebut. Bisa jadi inipun dilakoni oleh Aceng HM selama menjadi Aktvis LSM.

Lalu, Apa hubungannya dengan Pengunduran Diri Dicky Chandra gimana? So Pasti sangat erat sekali, Dunia Pragmatisme seperti Aceng HM tidak akan mau bahkan tidak akan pernah bersatu dengan Orang Idealis seperti Dicky Chandra, akan banyak rahasia yang dibuat Aceng dalam pengambilan kebijakan Pemerintahan Daerah yang disembunyikan dari Dikcy Chandra, dan inipun sudah terjadi berkali-kali. Baca disini

Sebagai seorang yang memiliki Idealisme tinggi, Dicky Chandra Saya pastikan tidak akan kuat melihat “topeng-topeng monyet” dalam proses sandiawara Politisi, dengan brgabungnya Aceng HM ke Golkar, saya pastikan Aktivis partai tersebut akan mengelilingi Aceng HM untuk dibagi Proyek Pembangunan,  ini sudah menjadi bentuk Politik Pragmatisme yang berlaku saat ini di Indonesia. Bisa jadi,  dihati Dicky Chandra ingin bertahan dan tidak mundur dari jabatannya saat ini. Tetapi apa daya, kekuatan politik terus menekan emosionalnya, bahasa singkatnya “Nyeri Hate” atau bahasa yang lain “Makan Hati” , mau melakukan sebuah tidakan Dicky Chandra tidak memiliki kekuatan apapun, hanya seorang wakil bupati seperti halnya Boediono Wakil Presiden saat ini, apa kekuatan Boediono  ketimbang Yudhoyono? Tidak ada sama sekali.

Semoga Pembaca bisa mencerna apa yang saya maksudkan dalam tulisan ini, Dicky Chandra tidak salah dengan keputusannya, Jika Dicky Chandra mau meneruskan jabatannya Dia harus kuat “belajar”untuk Mengkhianati rakyat Garut, tetapi biasanya seorang Idealis tidak kuat melihat hal ini, Seorang Idealis akan menjerit hatinya ketika Pragmatisme menjadi lingkungan kerjanya, jalan terakhir yang memungkinkan adalah MUNDUR sebelum “dosa” politik membebani idealismenya sebagai orang yang berusaha jujur membawa Garut lebih baik.

Bandung, 9 September 2011

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi), Direktur Rabbani Hamas Institute Indonesia, dapat dihubungi 085860616183 / 081809807764 / YM : assyarkhan / FB : adikalbar@gmail.com / Twitter : @assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar / Skype : adikalbar / PIN BB : 322235A9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun