[caption id="attachment_147500" align="aligncenter" width="570" caption="Malaysia (nkri-nkri.blogspot.com)"][/caption]
Jika Anda membaca judul tulisan ini tidak bermaksud sedikitpun saya memprovokasi, tetapi inilah kenyataan yang ada. Disisi lain sebagian dari kita mengkampanyekan Anti Malaysia atau di Facebook dan Twitter disebut Malingsia karena terkenal suka “mencuri” kebudayaan Indonesia, seruan anti Malaysia, cemoohan, hinaan, dan kampanye di media sosial seperti di Facebook merajalela. Padahal diluar sana Bangsa Malaysia sedang tertawa lebar bahkan terbahak-bahak melihat perilaku kekanak-kanakaan Bangsa Indonesia saat ini. Mengapa? Karena hampir disemua sector Malaysia sudah “menguasai” Indonesia.
Ada yang aneh misalnya, ketika istri saya harus ke Malaysia mengikuti Simposium Bahasa Indonesia di salah satu perguruan tinggi negeri di Malaysia, rada agak janggal mendengarnya, Simposium Bahasa Indonesia di Malaysia diikuti oleh Mahasiswa Pasca Sarjana di Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung. Sebuah situasi betapa menguasainya Malaysia atas Indonesia dan betapa hebatnya cara Malaysia mengajak orang-orang Indonesia untuk berwisata ke Negeri Jiran tersebut.
Di Perbankan misalnya, Malaysia menancapkan CIMB Niaga sebagai salah satu Bank papan atas dan berada di urutan ke 5 terbesar di Indonesia. Pemegang sahamnya adalah CIMB Group Sdn Bhd sebesar 56,1%, Santubong Ventures Sdn Bhd 16,65%, Greatville Pte Ltd 2,58%, dan publik memiliki sekitar 24% saham. Selain CIMB Niiaga Perbankan Malaysia ada PT Bank International Indonesia atau lebih dikenal dengan BII, Bank yang awalnya milik Group Sinar Mas kemudianpada 30 September 2008, 55,51 % sahamnya diambil alih oleh Mayban Offshore Corporate Service (Labuan) Sdn. Bhd, anak perusahaan MAYBANK.
Di sektor telekomunikasi ada PT XL Axiata Tbk. Perusahaan telekomunikasi yang dikenal dengan XL ini adalah salah satu operator seluler terbesar ketiga di Indonesia setelah PT Telkomsel dan PT Indosat. Mayoritas saham XL dipegang oleh raksasa telekomunikasi Malaysia, yakni Axiata Group Berhad (Axiata Group) melalui Axiata Investments Indonesia Sdn Bhd sebesar 66,7% dan sisanya Emirates Telecommunications Corporation (Etisalat) melalui Etisalat International Indonesia Ltd. 13,3% serta publik 20%. Dahsyat bukan betapa menguasainya Malaysia atas Indonesia? betapa “gila”nya Iklan XL dengan slogan “Nyambung Terus”nya Televisi kita dibombardir iklan XL dengan “Goyang Gayung” nya.
Di Sektor Penerbangan ada AIR ASIA yang merajai transportasi udara di Indonesia dengan konsep murahnya, dengan Air Asia jugalah akhirnya Malaysia dengan mudah bisa membawa Orang-orang Indonesia untuk datang berkunjung ke Negeri tersebut.
Di sektor perkebunan ada Sime Darby yang menguasai Perkebunan di Indonesia . Yakni, sebua grup bisnis perkebunan besar asal Malaysia hasil merger dari Kumpulan Guthrie, Golden Hope dan Sime Darby. Malaysia saat ini telah menguasai sekitar 2,1 juta hektar dari 5,2 juta hektar lahan perkebunan sawit di Indonesia. Boleh jadi, ini memperkuat sinyalemen sebelumnya bahwa 50 perusahaan Malaysia telah mengontrol 50% lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Waw….Dahsyat!
Di sektor migas, ada Petronas yang tak kalah gesit masuk ke Indonesia. Petronas bukan hanya ikut melakukan eksplorasi untuk menyedot minyak dan gas Indonesia, tetapi juga membuka jaringan yang melayani penjualan bahan bakar minyak melalui pembukaan sejumlah pom bensin.
Di Sektor otomotif ada Proton, meskipun kalah bersaing dengan mobil asal Jepang dan Korea Selatan, tetapi jika dibandingkan dengan Indonesia belum ada produk mobil yang bisa bersaing dengan Proton. Menyedihkan bukan?
Di Sektor rumah sakit, memang Malaysia tidak mendirikan rumah sakit di Indonesia, tapi telah mampu menggiring Orang Indonesia untuk berobat ke Negeri Jiran tersebut, Data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) menunjukkan, pasien asal Indonesia mendominasi rumah sakit di Malaysia. Sekitar 70% pasien Indonesia berasal dari Sumatra, sedangkan sisanya dari Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Bahkan, Rumah Sakit Lam Wah Ee Malaysia mampu menjaring 12.000 orang Indonesia per tahun atau sekitar 32 pasien per hari. Jumlah pasien Indonesia di Rumah Sakit Adventist mencapai 14.000 per tahun atau sekitar 38 pasien per hari. (Inilah.com)
Di bidang pendidikan, Malaysia juga sukses menarik 10.000 pelajar Indonesia. 2010 mereka menargetkan 100 ribu pelajar Indonesia datang ke Malaysia, bandingkan dengan jumlah pelajar Malaysia di Indonesia saat ini hanya berkisar 4.000 Pelajar.
Hanya ada satu sector saja yang tidak digarap Malaysia saat ini dan ini banyak digarap oleh Indonesia, yaitu Sektor Jasa Pembantu Rumah Tangga. Jadi, rasanya konyol jika kita dan mempermalukan bangsa sendiri ketika kita Anti Malaysia, karena disisi lain Malaysia sudah menancapkan kukunya sangat kuat di Indonesia disegala sector dan bidang, seolah-olah Malaysia mengatakan “Negara Kita boleh kecil, tetapi kita bisa Kuasai Indonesia Negara terbesar di Dunia” .
Sebuah Catatan Keprihatinan
Bandung, 5 Desember 2011
Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)
Seorang Writer,Trainer,Public Speaker dan Entertainer. Punya Kakek Seorang Penulis, Ibu Seorang Penulis dan Istri Seorang Penulis. Pernah Menjadi Jurnalis Sekolah, Kampus, dan Radio. Tulisan baru terbit di KayongPost, Pontianakpost, Banjarmasinpost, Tanjungpurapost, Sriwijayapost, Balipost, Acehpost, Kompas, Republika, Sabili dll. Cita-cita ingin menjadi Jurnalis AlJazeera atau CNN dan bisa menulis jurnal di TIME dan Wartawan Washingtonpost. Anda dapat menghubungi via 085860616183 / YM: assyarkhan , adikalbar / FB: adikalbar@gmail.com / Twitter : @assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar / Skype: adi.rabbani / PIN BB : 322235A9
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H