[caption id="attachment_305896" align="aligncenter" width="614" caption="http://smpn2kademangan-blitar.blogspot.com/"][/caption]
Follow Me : @assyarkhan
Jika saja Ummat Islam melihat secara keseluruhan saat ini, maka Pengikut Nabi Muhammad SAW tidak akan mudah lagi dicerai beraikan, bagaimana kondisi saat ini Islam diserang diberbagai penjuru dunia dengan berbagai cara, Jika Kita melihat Indonesia saja misalnya, Jaringan Isllam Liberal (JIL) yang terus merusak Aqidah Ummat Islam, belum lagi Ahmadiyah, Syi'ah dan Kelompok Anti Islam lainnya, Pembuatan Video yang mengaku murtad untuk memurtadkan Ummat Islam yang "bodoh" diseluruh Penjuru Indonesia, Pendiskreditan Islam misalnya orang-orang Korupsi yang awalnya tidak nampak apa sisi keIslamannya mulai disetting bahwa mereka sebagai muslim ta'at, berpeci, berbaju koko dan kemudian berjilbab, Hampir semua media membuatnya begitu. Coba diperhatikan detik demi detik, menit demi menit semua pemberitaan yang ada. Pertanyaan besarnya adalah : ADA APA INI? APA TARGET AGENDA TERSEMBUNYI DIBALIK SEMUA KISAH INI? Saya Pikir Ummat Islam yang beraqidah lurus sudah mengerti dan sudah memahami jawaban apa dari pertanyaan-pertanyaan tadi.
Meneladani Sang Nabi
Jawban kunci dari semua fenomena diatas adalah hanya dengan meneladani Sang Nabi, Ya Nabi Muhammad SAW adalah seorang manusia pilihan yang patut dicontoh dan diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Al-Qur’an beliau mendapatkan sebutan “Uswatun Hasanah” (suri tauladan yang baik). Sedikit demi sedikit Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat dengan cara menanamkan akhlak mulia dan beriman hanya kepada Allah SWT.
Hal tersebut terkait dengan misi beliau yang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang Artinya “Sesungguhnya aku diutus Allah SWT, untuk menyempurnakan (memperbaiki) akhlak manusia”. (HR. Ahmad). Dengan keluhuran budi dan akhlak yang mulia, akhirnya beliau berhasil membawa amanah yang dititipkan oleh Allah SWT untuk mensyiarkan Islam ke seluruh penjuru dunia ini, guna memberi kabar gembira serta membawa keselamatan hidup bagi umat manusia di dunia dan bahkan sampai di akhirat kelak. Hal itu sangatlah bermanfaat bagi seluruh umat manusia dan makhluk lain penghuni alam semesta ini, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya “Aku (Allah) tidak mengutus Kamu Muhammad, kecuali menjadi rahmat (membawa keselamatan) bagi sekalian manusia di alam ini.” (Q.S. Al Anbiya : 107)
Konsep dan keyakinan tentang kebajikan (husnul ‘amal) membuat manusia sebagai mahluk yang berbeda dari mahluk lain di muka bumi bahkan di alam semesta ini. Kebajikan akan terwujud dalam karakter baik (akhlak mahmudah). Tanpa karakter yang baik, manusia kehilangan segala-galanya, terutama akan kehilangan kemanusiaanya sebagai fitrah yang di amanahkan oleh Allah SWT. Pendidikan yang berorientasi pembangunan karakter sangat diperlukan dalam rangka mengembangkan dan menguatkan sifat mulia kemanusiaan, agar manusia yang sering mengaku sebagai mahluk tertinggi di muka bumi ini tidak terpeleset jatuh menjadi mahluk yang tidah manusiawi bahkan lembih tersesat dan lebih rendah dari binatang yang paling hina sekalipun. Oleh karenanya dibutuhkan sosok contoh dan teladan yang “haq” yang harus dipatuhi dan diikuti, tiada lain sosok itu ialah penghulu para Nabi dan rasul yakni Nabi Muhaamad SAW sebagai teladan bagi kita semua.
Imam Ghazali mengatakan bahwa Akhlak adalah sifat yang tertanam / menghujam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan. Dari definisi yang telah diuraikan tadi maka dapat disimpulkan bahwa karakter itu ialah pancaran jati diri seseorang yang mencerminkan ”sifat Tuhan” artinya bertutur kata dan bersikap dengan baik (berakhlak mahmudah) agar ridha Tuhan kita yakni Allah ta’ala selalu benyertai.
Keteladanan Nabi Muhammad dapatlah dijadikan inti dan sumber pembelajaran pendidikan karakter karena pada substansinya pendidikan karakter itu ialah berperilaku atau bersikap dan bertata krama yang baik dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku yang kesemuanya itu telah di contohkan oleh sang baginda Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
SIKAP Kita Sebagai Tentara Muhammad SAW
Sebagai Tentara Muhammad SAW maka kita selayaknya menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam berbagai hal baik dalam ucapan maupun dalam bersikap karena kita adalah pejuang yang berusaha menanamkan nilai Ketuhanan dan Kenabian dimuka bumi ini sebagaimana tugas pokok manusia sebagai Khalifah.
Disini kita dituntut untuk membiasakan diri kita bersikap dan berakhlak sesuai dengan apa yang di teladani oleh Nabi Muhammad SAW yakni akhlak karimah. Dalam sebuah kitab kecil yang bernama mahfuzod didebutkan “mansyabba ‘ala syaiin Syabba ‘alaih” artinya barang siapa terbiasa dengan sesuatu maka terbiasalah ia. Oleh karena itu mebiasakan diri dengan hal-hal yang baik maka hasilnya akan dirasakan Bangsa Indonesia secara keseluruhan dan Ummat Manusia diseluruh dunia.
Sebagai Ummat Muhammad SAW dan sebagai Tentara Allah Swt maka perlu kiranya kita semua untuk merenungi dan mengamalkan firman Allah dalam surat Al Fath ayat 29 berikut ini yang artinya: "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud "
SIKAP MUKMIN Sebagai Tentara ALLAH
Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah. Muhammad SAW merupakan sosok manusia biasa, sama halnya dengan manusia pada umumnya. Namun, yang membedakanya ialah Nabi Muhammad SAW mendapat hidayah Allah berupa Kenabian dan KerasulanNya untuk menjadi tauladan dalam prilaku hidupnya dan panutan dalam ajaran risalahnya. Mencermati firman Allah SWT dalam surat al-Fath ayat 29 tadi, maka setidaknya ada 4 (empat) ciri yang harus nampak didalam diri Ummat Muhammad SAW dan sebagai Tentara Allah Swt di akhir Zaman ini:
1.Asyidda-u 'alal-kuffar (keras terhadap orang-orang “kafir”) yang bermakna bahwa pengikut Muhammad itu adalah orang orang yang senantiasa keras pendirian dan tegas kebijakannya terhadap orang-orang kafir. Ungkapan kata KAFIR adalah melekat pada sifat, yang sama halnya dengan kata MUKMIN dan MUNAFIK, ini berkenaan dengan Aqidah, tidak ada kompromi sedikitpun dalam hal Aqidah, Islam mengajarkan "Lakum Dinukum Waliadiin" Bagimu Agamamu dan Bagiku Agamaku. Ini tidak hanya menyangkut orang-orang diluar Islam saja bahkan sebagai orang Islampun ada yang memiliki karakter Kafir dan Munafiq dan sebagai Pemegang Aqidah yang lurus maka hendaklah keras terhadap mereka, termasuk yang mencoba menodai Aqidah Islam yang lurus ini. Siapapun.
2.Ruhama-u bainahum (Berkasih sayang bersama mereka-muslim), maksudnya bahwa pengikut Muhammad itu saling mengasihi sesama orang-orang yang mengaku Allah sebagai Tuhanya dan Muhammad SAW sebagai Nabinya. Dalam teks ayat-ayat al-Quran, Allah Swt. menyebutkan untuk hubungan yang baik itu dengan kata RAHIMA yang artinya kasih sayang, bukan dengan kata HUBBUN yang berarti cinta, karena cinta itu pasti pilih hati dan dapat saja ditinggalkan. Akan tetapi kasih sayang harus senantiasa dipelihara dan wajib hukumnya bagi setiap makhluk Allah. Sungguh, cinta itu hanya sampai pada hubungan persahabatan saja, sedangkan kasih sayang sampai pada hubungan persaudaraan. Cinta lebih dekat dengan nafsu, sedangkan kasih sayang sangat dekat dengan pengabdian, kepedulian, dan toleransi. Dalam Kajian yang lain pada bagian Firman Allah ini disebutkan "Menyungkurkan" diri terhadap sesama muslim yang bermakna dilarang keras untuk menyombongkan diri tetapi sesama Muslim harus rendah hati.
3.Tara-hum rukka'an sujjada (Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud), maksudnya bahwa Ummat Nabi Muhammad SAW dan sekaligus Tentara Allah SWT harus senantiasa menjaga ruku’ dan sujud dalam artian tunduk dan taat terhadap aturan Allah Swt, lebih khusus menjaga SHOLATdengan menyembah kepada-Nya.
4.Siima-hum fi-wuju-hihim min atsaris-sujuud ( tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud), maksudnya bahwa nampak pada muka orang-orang yang mengikuti Nabi Muhammad SAW itu adalah keteguhan iman, kesucian hati dan kearifan berfikir. Bukan kemudian Sholat membawa batu sebagaimana ajaran Syiah. Tanda-tanda bekas sujud di muka ini bukan hanya kening melainkan wajah secara keseluruhan dimana terlihat wajah teduh dan lembut, penuh kharismatikkarena Wudhu dan tentunya berseri-seri tanda bahwa harapan itu selalu ada.
Keempat Akhlaq ini seharusnya menjadi sifat Ummat Nabi Muhammad SAW dan Karakter Tentara Allah SWT. Menjadi tanda tanya bagi kita ialah sudahkah kita menjadi orang yang dapat digolongkan sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW atau belum, atau bahkan bertentangan dengan sifat dan sikapnya ?.
Maulid tahun ini Wajib menjadi momentum membumikan karakter Nabi dan karakter para orang-orang Shalih terdahulu seperti Keluarga Ali Imran sebagaimana Allah Swt abadikan dalam Al-Qur'an dalam Surat Ke-3 (QS. Ali Imran).
Sumber :
Al-Qur'an
ADI SUPRIADI / Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan
Adi Supriadi Is a Speaker, Motivation Trainer, Thinker and a Writer on culture, humanity, education, politics, peace, Islam, Palestinian, Israel, America, Interfaith, transnational, interstate, Management, Motivation and Cohesion at workplace. Committed to building a Cohesive Indonesia, Cohesive Industrial relation, Cohesion at workplace and offer Islamic solutions to the problems that inside, You can be found at: www.assyarkhan.com or www.kompasiana.com/adisupriadi
The Inititor the harmony of industrial relations between Government, Employers and Workers in 3 ways: a fair of Government, Honest of Employers and trusted of workers.
I am HRD, Training & Personnel Manager at PMA, finished study Master of Management in Winaya Mukti University Bandung. Some of the article published in Kompas, Pikiran Rakyat, Pontianakpost, Balipost, Banjarmasinpost, Sriwijayapost, Atjehpost, etc
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H