Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

"Kampanye Hitam" Jokowi Merupakan Strategi Marketing Ahok?

6 Mei 2012   18:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:37 7218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_179699" align="alignright" width="333" caption="Jakarta Oh Jakarta (ideguenews.com)"][/caption]

Follow Me : @assyarkhan

Satu hal yang perlu diingat bahwa Tulisan ini masih menggunakan kata Mungkin? Artinya memang perlu dipahami bahwa Saya tidak berusaha menyatakan Iya dan Tidak, tetapi Dipersilahkan Pembaca untuk menilai sendiri. Di Tulisan Saya sebelumnya “Soal Kerusuhan Solo & Jokowi, Saya Tidak Percaya Kampanye Hitam” , Saya sudah tegaskan tidak percaya dengan Kampanye Hitam, Sesungguhnya Semua Kandidat bisa fokus untuk meningkatkan tingkat keterpilihannya ketimbang menjatuhkan lawan politik. Dan Saya yakin masing-masing kandidatpun sudah sangat memahami jika melakukan Kampanye Hitam sesungguhnya mereka sedang menaikan tingkat keterpilihan salah satu kandidat yang dibuatkan kampanye hitamnya. Maka, Saya tidak yakin jika semua kandidat di Pilkada Jakarta melakukannya untuk orang lain kecuali untuk diri mereka sendiri. Kampanye Hitam yang mereka opinikan sesungguhnya sesatu yang dibuat oleh tangan-tangan kotor mereka sendiri untuk menaikan tingkat keterpilihannya.

Ketika Kerusuhan Solo, Selebaran Gelap Anti Jokowi dan sebagainya bermunculan maka semua orang langsung mengaitkan perseteruan dua kandidat FOKE dan JOKOWI dalam Pilkada DKI Jakarta ini. Misalnya Jokowi Mengomentari bahwa kepemimpinan FOKE telah gagal disahut oleh FOKE dengan “Jalan Di Jakarta Saja Masih Nyasar, Bagaimana Memimpin Jakarta?”, kemudian ketika Jokowi “melecehkan” Pakaian Muslim Betawi, Foke kemudian menyahut dengan “Disini Dilarang Pakai Baju Kotak-Kotak”.

[caption id="attachment_179693" align="aligncenter" width="648" caption="Jokowi, Walikota Solo (Solopos)"]

13363278051637812604
13363278051637812604
[/caption]

BERAWAL DARI PERANG URAT SYARAF

Saling Sindir dan saling baku hantam inipun dipicu oleh media yang memuat Analisa tentang keduanya. Sebut Saja misalnya Berita yang diturunkan oleh Tempo.co “Lawan Foke, Jokowi Harus Kerja Keras” memuat tentang Seberapa besar peluang pasangan duet Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok, memenangkan Pilkada DKI Jakarta andai pemilu digelar dalam waktu pekan ini? Menurut analis Lingkaran Survei Indonesia, peluang itu cukup berat. Apalagi Wali Kota Solo itu kudu berhadapan dengan incumbent Fauzi Bowo yang berada dalam urutan nomor satu hasil survei LSI.

Sangat berat bagi Jokowi untuk mengejar popularitas dan elektabilitasnya dalam waktu tiga bulan saja,” kata Toto Izul Fattah, Direktur Citra Komunikasi LSI, di kantornya, Minggu, 8 April 2012. "Jokowi kalah populer dibanding Fauzi Bowo. Bowo unggul karena sudah dikenal publik." (Tempo.co)

Berita ini Saya Pastikan membuat “PANAS” Kubu Jokowi, Sehingga dibeberapa Media Jokowi-Ahok membuat Psywar dengan menyatakan “Di Beberapa Survey Saya Mulai Mengejar Foke, Dan Perkiraan Juni Saya Sudah Diatasnya” (TribunNews.com) , Detik.com menurunkan Berita “Elektabilitas Masih Dibawah FOKE, JOKOWI mencari Dana Untuk Survey Lagi

[caption id="attachment_179694" align="alignright" width="360" caption="Selebaran Gelap Tentang Jokowi, Apakah Ini Bagian Dari Strategi Marketing Ala Ahok? (Kompas.com)"]

13363278801216158512
13363278801216158512
[/caption]

Kemudian Situasi semakin memanas ketika IndonesiarayaNews.com menurunkan Berita dari LSI “Kemungkinan Terpilihnya di Pilkada DKI Jakarta adalah FOKE”, Alasan dari LSI "Selain tingkat pengenalan, masih Ada 3 alasan lagi mengapa Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli masih unggul," ujar Toto Izul Fattah, Direktur Citra Komunikasi LSI di Jakarta, Minggu, (8/4).

Dalam tingkat popularitas, Fauzi Bowo meraup 98,4%. Unggul jauh dibanding urutan kedua yakni Hidayat Nurwahid yang memperoleh 67,8%. Alasan kedua adalah tingkat kesukaan. Untuk tingkat kesukaan, Fauzi Bowo berhasil memperoleh 79,1%. Unggul tipis dari pesaing terdekat yakni Joko Widodo yang meraih 75,0%. Alasan ketiga adalah tingkat kepuasan atas kinerja. Secara umum, sebanyak 53,4% responden mengaku cukup puas atas kinerja Fauzi Bowo.

Dan alasan terakhir, meskipun publik memang kurang puas soal banjir, sampah, dan macet. Namun jika dibanding kompetitornya, Fauzi Bowo tetap dipercaya lebih mampu mengatasi ketiga masalah tersebut. "Sebanyak 38,2% percaya kepada Fauzi Bowo. Dibanding pesaing terdekatnya Joko Widodo yang hanya meraih 13,2%". Urai Toto (Indonesiarayanews.com)

[caption id="attachment_179695" align="aligncenter" width="620" caption="Brimob Berjaga-Jaga Pasca Solo Rusuh (Kompas.com)"]

13363279531045800512
13363279531045800512
[/caption]

Kubu JOKOWI semakin Panas tentunya ketika OKEZONE.COM menurunkan Berita “JOKOWI SULIT KALAHKAN FOKE”, Berita yang memuat penuturan Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto mengatakan sulit bagi Calon Gubernur dari PDIP, Joko Widodo untuk bersaing dengan Fauzi Bowo jika calon gubernur incumbent ini lolos putaran II.

Menurutnya, Pilkada DKI memang berbeda dan persaingan para calon Gubernurnya sangat ketat. Selain itu, dalam Pilkada ini Partai Politik besar, seperti  PDIP, Golkar dan Partai Demokrat juga saling bertarung memperebutkan kursi DKI 1.

Diterangkan Gun Gun, setidaknya ada 3 partai besar dengan 3 calon potensial, antara lain Foke, Jokowi dan Alex Nurdin yang siap bertarung dalam Pilkada tersebut. Namun, tidak bisa dilupakan ada nama Hidayat Nur Wahid (HNW) yang didukung oleh PKS dengan elektabilitas cukup baik.

"Jika Foke lolos sampai putaran kedua, maka kemungkinan besar Foke bisa menggarap basis massa dari kontestan lain yang tidak lolos terutama mereka yang berafiliasi dengan parpol," ungkap Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute tersebut kepada Okezone, Jumat (4/5/2012).

[caption id="attachment_179696" align="aligncenter" width="620" caption="FOKE VS JOKOWI, Berperang Sebelum Pertandingan Dimulai (kompas.com)"]

1336328005651807755
1336328005651807755
[/caption]

Apakah Foke Terjebak Skenario Marketing Ala Ahok?

Dalam sebuah kesempatan Jokowi menyebut pakaian Koko, Peci dan Bersarung membosankan menuai kecaman dari Masyarakat Betawi, Foke kemudian dalam sebuah kesempatan Menyatakan “Untuk Penghinaan Pakaian Adat, Saya Serahkan Kepada Masyarakat Betawi”. Semakin Panas, Kemudian FOKE dalam sebuah kesempatan yang lain menyatakan bahwa “ANTI BAJU KOTAK-KOTAK”. KOMPAS dalam beritanya dengan judul Foke Anti Baju Kotak-Kotak Memuat berita terkait tanggapan Bakal calon gubernur DKI Jakarta incumbent Fauzi Bowo terhadap JOKOWI, Hal ini tersirat dari pernyataan-pernyataan yang dilontarkannya di depan publik dalam acara Komunitas Jakarta Dukung Foke-Nara .

"Tadi saya mau pake baju kotak-kotak ke sini. Tapi saya dimarahin. Enggak ada tempatnya untuk baju kotak-kotak di sini," kata Foke, sapaan akrab Fauzi Bowo, di Hotel Sahid, Jakarta, Sabtu (5/5/2012). Tidak hanya itu, ia juga mengatakan bahwa berdasarkan survei yang ada dirinya dan Nachrowi Ramli hanya membutuhkan tujuh persen lagi untuk menang.

"Di Jakarta aja nyasar, gimana mau mimpin. Pilih yang sudah pasti menang. Saya enggak tahu apa julukannya buat orang yang milih yang pasti kalah," ujar Foke.

Menariknya, Ahok merupakan Kandidat yang paling banyak “BICARA” terkait psywar yang dilancarkan FOKE, Dalam Pernyataan AHOK terkait komentar Sinis dari FOKE terkait Baju Kotak-Kotak Tersebut sebagaimana diturunkan KOMPAS.COM Menanggapi komentar Fauzi Bowo terkait baju kotak-kotak, bakal calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama justru menganggap hal tersebut sebagai sinyal positif. “Bagus dong. Berarti Foke mengakui bahwa kotak-kotak itu Jokowi-Ahok. Berarti target kami berhasil,” kata Ahokkepada Kompas.com ketika dihubungi, Sabtu (5/5/2012).

Dari komentar yang dilontarkan tersebut, tampak bahwa dirinya dan Joko Widodo cukup diperhitungkan sebagai pesaing dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012.

Berarti Jokowi-Ahok diperhitungkan. Bisa jadi setelah melihat tingkat elektabilitas, kami mulai diperhitungkan,” ungkap Ahok.

Ia pun menambahkan bahwa brand marketing yang dibangunnya oleh Joko Widodo ternyata berhasil membawa pengaruh. Terbukti sosok yang saat ini menjabat sebagai orang nomor satu di Jakarta pun mengidentikkan baju kotak-kotak dengan Jokowi-Ahok.

Untuk branding-nya itu tidak mudah lho. Tapi melihat reaksi seperti ini, berarti kami berhasil,” katanya.

Saya sengaja menebalkan beberapa hal yang ditegaskan oleh AHOK dalam Perjalanannya di PILKADA DKI Jakarta 2012 ini :

1.Target Ciri Khas

2.Target Elektabilitas (Keterpilihan)

3.Brand Marketing

Apakah Kerusuhan SOLO Bagian Dari Brand Marketing Jokowi-Ahok?

[caption id="attachment_179697" align="aligncenter" width="620" caption="Ahok Selalu Cepat Bereaksi Ketika Ada Berita Jelek, Apakah Ini Stragi Marketing? (kompas.com)"]

13363281051393648326
13363281051393648326
[/caption]

Berawal dari kisah persaingan Elektabilitas, kemudian membangun brand marketing dengan cara baju kotak-kotak. Pertanyaan sekarang adalah apakah Kerusuhan Solo merupakan bagian dari Brand Marketing Ahok? Kerusuhan Solo jika ditarik kedalamannya adalah “Sentimen SARA” atau lebih tepatnya Agama, Saling Ejek antar pemeluk agama terjadi sehingga terjadi kerusuhan ini terjadi. Artinya, Ada yang memicu untuk MEMULAI MENGEJEK tentunya sehingga membuat ketersinggungan. Baiklah, Saya tidak ingin berpanjang lebar dalam pembahasan Kerusuhan Solo, tetapi SIKAP reaktif dari PDI-P dalam kerusuhan Solo ini, Sebagaimana diberitakan oleh KOMPAS tentang Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI-P, Eva Kusuma Sundari, dari Fraksi PDI-P menuding bentrok antara dua kelompok massa di Solo, Jumat (4/5/2012) silam, dikonstruksi. Bentrok yang menyebabkan setidaknya dua warga menderita luka berat akibat bacokan ini berkaitan dengan majunya kader PDI-P Joko Widodo, yang juga Wali Kota Solo, sebagai calon gubernur DKI Jakarta. "Gangguan tersebut, selain menghalangi kampanye Jokowi, ditujukan juga untuk menciptakan kesan bahwa Jokowi tidak mampu menjaga keamanan di Solo sehingga bisa menjadi bahan kampanye hitam di DKI Jakarta," kata Eva kepada para wartawan melalui layanan pesan singkat, Sabtu (5/5/2012).

Sebuah pertanyaan Saya dan tentunya ini hanya ALLAH yang tahu dan pelaku-pelaku tentunya, Mungkinkah ini semua scenario Tim Sukses JOKOWI-AHOK? Mungkin Ya dan Mungkin Juga Tidak, Begitu cepatnya reaksi PDI-P dengan mengaitkan tragedi SOLO dengan Pencalonan JOKOWI bisa saja kemungkinan itu terjadi.

Padahal Kerusuhan Solo tidak ada kaitan sama sekali dengan Pilkada DKI Jakarta sebagaimana BANTAHAN dari Fraksi PKB di DPRD SOLO yang menyatakan bahwa Kerusuhan SOLO murni Konflik Sosial.

Dan Berlanjut Dengan Selebaran Gelap

[caption id="attachment_179698" align="alignright" width="300" caption="Demi Jakarta, Harta Atau Tahta? Untuk Kalian Semua yang Mencalonkan Diri (InfoJakarta)"]

13363282041985836483
13363282041985836483
[/caption]

Kemudian setelah itu Isu berikutnya adalah JOKOWI terzalimi dengan Selebaran Gelap, apakah ini juga bagian dari scenario menaikan Elektabilitas? Brand Marketing? Sebagaimana dinyatakan Ahok dalam komentarnya tentang Baju Kotak-Kotak? KOMPAS memberitakan Selebaran gelap tentang bakal calon gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi, telah mulai disebar di wilayah Jakarta. Salah satu selebaran yang ditemukan Kompas.com di Pejaten Barat berjudul "Tolak Jokowi" berisikan beberapa fakta kegagalan Jokowi saat memimpin Solo, Jawa Tengah. Pada selebaran tersebut terdapat tulisan tebal berwarna merah yang bertuliskan, "Tolak Pemimpin Haus Kekuasaan dan Tidak Amanah." Tulisan tersebut tertera pada bagian tengah selebaran yang juga menampilkan foto Jokowi. Pada bagian atas selebaran dipaparkan tiga fakta kegagalan Jokowi. (Kompas.com)

Dan Reaksi Cepat terkait selebaran Gelap inipun dilakukan oleh AHOK (Bakal calon wakil gubernur DKI Jakarta bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama). Sebagaimana TribunNEWS.com memberitakan komentar dari Ahok : "Pamflet kampanye hitam ini, perlu kami ucapkan terima kasih kepadanya karena bantu kami sosialisasi sampai ke seluruh DKI tanpa bayar bahwa Jokowi mau jadi gubernur DKI. Selama ini kami mungkin belum bisa jangkau seluruh DKI agar warga tahu Jokowi mau ikut DKI 1," kata Ahok saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Minggu (6/5/2012).

Ahok justru menilai positif kampanye hitam melalui penyebaran poster tersebut. Ia yakin masyarakat Ibu Kota dapat memilah informasi, baik yang benar maupun yang tidak, karena saat ini warga sudah pintar dalam menyikapi hal tersebut. "Saya kira bagus ada kampanye negatif seperti itu. Masyarakat DKI kan cerdas, akan tahu bahwa Jokowi diperhitungkan bisa jadi gubernur DKI," ucapnya.

Ditambah lagi Ahok menggring OPINI Pembaca TribunsNews dengan mengatakan bahwa Sejauh ini kampanye gelap tersebut dilakukan pihak yang tak suka dengan pasangannya itu. Lagi pula, sepak terjang yang dilakukan kedua pasangan ini telah mampu memikat hati warga Jakarta. Kendati demikian, Ahok tak mau menduga-duga siapa pihak yang sengaja menyebar hal tersebut. "Ada pihak-pihak yang khawatir, makanya mereka lakukan black campaign ini," ujarnya.

Kemudian Kompas.com juga memuat berita bahwa Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok menyatakan tidak khawatir dengan kampanye negatif yang sedang dialami pihaknya. Menurutnya, rakyat bisa menilai siapa yang menggunakan cara-cara damai dan siapa yang menggunakan cara yang memancing kekisruhan

"Warga Jakarta sudah cerdas. Mereka bisa menilai orang yang ingin menang dengan cara menzalimi orang lain tidak akan dipilih," kata bakal calon wakil gubernur DKI Jakarta yang berpasangan dengan Joko Widodo (Jokowi) itu, Minggu (6/5/2012). Mantan anggota Komisi II DPR RI itu mempersilakan warga Jakarta untuk menilai cara-cara yang dipakai setiap kubu dalam kompetisi menuju DKI 1-2. Ia justru menilai penyebaran selebaran gelap yang mendiskreditkan Jokowi itu mendongkrak nama keduanya

Dalam sebuah pembangunan Opini Publik untuk meningkatkan ELEKTABILITAS, Hal ini menurut Saya termasuk dalam Strategi Marketing, Pertanyaanya adalah Apakah Ini Merupakan Bagian dari Strategi Marketing Jokowi-Ahok di Pilkada DKI Jakarta? Anda tentukan jawaban Anda sendiri.

HANYA DEMI SEBUAH ELEKTABILITAS, Kadang Kita Perlu Kasihan Pada Politisi

Bonus Foto Kiriman @suherminto

[caption id="attachment_179701" align="aligncenter" width="474" caption="@suherminto : Pulanglah Joe (Kiriman Foto Dari @Suherminto)"]

1336329779549584692
1336329779549584692
[/caption]

Catatan :

Baca dari Awal Tulisan Agar Bisa Memahami Urutan Analisisnya.

Sumber :

Pengamat : Jokowi Sulit Melawan Foke

Elektabilitas Foke Sulit Terkalahkan Oleh Jokowi Elektabilitas Masih Dibawah FOKE, JOKOWI Cari Dana Untuk Survey Lagi

Lawan FOKE, JOKOWI Kudu Kerja Keras

FOKE Anti Pakai Baju Kotak-Kotak AHOK : Target Marketing Kami Berarti Berhasil PDI-P : Kerusuhan SOLO Ditujukan Untuk JOKOWI Fraksi PKB : Kerusuhan SOLO Murni Konflik Sosial Isi Selebaran Gelap Tentang JOKOWI Ahok : Terima Kasih Untuk Yang Menyebarkan Selebaran Gelap Ahok : Warga Jakarta Sudah Cerdas Pasti Tidak Memilih Yang Menzalimi

Bandung, 7 Mei 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun